Kisah RA Kartini, Meninggal Setelah Melahirkan karena Preeklampsia

Kartini meninggal dunia pada tanggal 17 September 1904 di usia yang sangat muda, yaitu 25 tahun.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Ulang tahun Raden Ajeng (RA) Kartini diperingati setiap tanggal 21 April. Di balik sosoknya, ada cerita pilu terkait penyebab kematiannya. Kartini meninggal setelah melahirkan di usianya yang ke-25 tahun. Ia meninggal dunia 4 hari selepas melahirkan putranya, Raden Mas Soesalit Djojoadhiningrat. Simak cerita persalinan RA Kartini berikut ini.       

Kartini Meninggal Setelah Melahirkan, Bukti Tingginya Angka Kematian Ibu

Sumber: Wikimedia Commons

Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879. Ia dikenal berkat surat-suratnya yang diterbitkan menjadi sebuah buku berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Pikirannya yang melampaui zaman membuatnya dianugerahi gelar sebagai pahlawan nasional. Hari lahirnya lantas diperingati untuk mengingat perjuangan seorang perempuan dalam meraih kemerdekaan.

Di balik sosoknya yang cemerlang, tersimpan kisah pilu mengenai kematiannya. Ia meninggal dunia pada tanggal 17 September 1904 di usia yang sangat muda, yaitu 25 tahun. Berbagai sumber terpercaya menyebutkan, Kartini meninggal dunia 4 hari setelah melahirkan karena mengalami preeklampsia.

Kematian Kartini mengingatkan kita tentang kematian ibu yang hingga kini masih menjadi momok bagi sebagian besar perempuan. Dalam suratnya yang bertanggal 11 Oktober 1901 kepada sahabat penanya Estella Zeehandelaar, Kartini menceritakan bahwa pada zamannnya setiap tahun ada sekitar 20 ribu perempuan meninggal saat melahirkan.

“Dan 30 ribu anak lahir meninggal karena pertolongan bagi perempuan bersalin yang kurang memadai,” tulisnya dalam surat. Ia menulis surat itu ketika mendapatkan tawaran sekolah bidan.

Artikel terkait: 5 Fakta RA Kartini, Pejuang Emansipasi Perempuan yang Meninggal di Usia Muda

Kartini Meninggal Setelah Persalinan, Preeklamsia Jadi Penyebabnya

Sumber: Liputan6.com

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Apa yang ditulis oleh Kartini menjadi bukti bahwa kematian ibu adalah persoalan serius yang terjadi sejak zaman dahulu kala hingga sekarang. Ironisnya, masalah yang menjadi perhatiannya justru menimpa dirinya sendiri. 

Berdasarkan kabar yang beredar di kalangan dokter, Kartini meninggal karena preeklampsia. Kondisi ini disebabkan oleh tekanan darah tinggi yang biasanya menimpa ibu hamil dengan usia kandungan lebih dari 20 minggu.   

“Kartini meninggal habis melahirkan karena preeklampsia. Tekanan darahnya naik dan sempat kejang,” kata dokter spesialis obstetri dan ginekologi, Ardiansjah Dara, mengutip dari laman CNN.

Salah satu faktor yang meningkatkan risiko terjadinya preeklampsia adalah ibu hamil yang berusia lebih dari 40 tahun atau malah kurang dari 20 tahun.

Seperti yang kita tahu, Kartini menikah di usia 24 tahun. Ia dipersunting oleh Bupati Rembang, K. R. M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat yang telah memiliki 3 orang istri. 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Secara umum, penyebab kondisi ini masih belum diketahui secara pasti. Preeklampsia biasanya ditandai dengan penyempitan pembuluh darah. Selain itu, faktor seperti kekurangan nutrisi, bayi kembar, hingga penyakit diabetes, lupus, hipertensi, atau penyakit ginjal juga meningkatkan risiko terkena preeklampsia. 

Artikel terkait: Foto Surat Kartini di Museum Rembang, Berisi Gagasan Emansipasi Perempuan

4 Faktor Penyebab Angka Kematian Ibu Masih Tinggi 

Sumber: iStockphoto

Kartini dikenang sebagai pahlawan yang memperjuangkan hak-hak dan kemerdekaan perempuan. Kematiannya juga menjadi pengingat bahwa kematian ibu di Indonesia adalah persoalan sejak dulu.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Mengutip dari Kompas, berikut 4 fakta Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia saat ini:

1. Pengertian AKI menurut WHO

World Health Organization (WHO) atau Organisasi Kesehatan Dunia menyebut, yang tergolong sebagai kematian ibu adalah kematian selama kehamilan atau 42 hari setelah persalinan. Kasus kematian ibu dikategorikan sebagai AKI apabila penyebabnya berkaitan dengan kehamilan dan bukan karena kecelakaan atau hal lain. 

2. AKI di Indonesia

Pada tahun 1990, terdapat 390 perempuan yang meninggal dunia setiap 100.000 kelahiran. Kemudian pada tahun 2015, angka ini menurun menjadi 305 kematian setiap 100.000 kelahiran.

Tahun 2017, Bank Dunia mencatat ada 177 kematian ibu di Indonesia per 100.000 kelahiran. Angka ini masih tergolong tinggi dan bahkan menduduki peringkat AKI tertinggi nomor 3 di ASEAN. 

Artikel terkait: 5 Potret Anak Artis Pakai Baju Adat Saat Hari Kartini, Elegan dan Menggemaskan!

3. Penyebab AKI 

RA Kartini meninggal dunia pada tahun 1904 karena mengalami preeklampsia. Seratus tujuh belas tahun berlalu, faktor utama penyebab AKI di Indonesia masih sama, yakni perdarahan dan tekanan darah tinggi. Faktor lain yang menyebabkan AKI adalah infeksi, aborsi tidak aman, serta komplikasi. 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

4. Penyebab Lain yang Sering Diremehkan 

Selain faktor kesehatan, AKI juga disebabkan oleh faktor lain yang sering kali diremehkan. Di antaranya adalah kehamilan di bawah umur, jarak kehamilan yang terlalu dekat, tidak memeriksakan kehamilan, transportasi yang tidak memadai, hingga faktor sosial budaya. 

Tak sedikit ibu hamil yang meninggal dunia karena harus menunggu keputusan suami terkait akses kesehatan. Begitu pula dengan minimnya informasi seputar kesehatan reproduksi. 

Parents, Kartini meninggal setelah melahirkan di usianya yang masih sangat muda. Semoga kepergiannya bisa menjadi pengingat agar kita mau lebih memperhatikan kesehatan ibu dan janin, ya.

Baca juga:

"Buat Saya Hari Kartini Itu Bikin Miris…"

22 Kutipan Inspiratif Ibu Kartini untuk Seluruh Perempuan Indonesia Masa Kini

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Lirik dan Makna Lagu Ibu Kita Kartini, Perjuangan Memberdayakan Perempuan!