Setiap ibu pasti akan rela mengorbankan jiwa dan raganya untuk sang anak, hal ini dibuktikan oleh Karisa Bugal yang mengorbankan nyawa demi bayinya tak lama setelah sang bayi lahir. Ibu ini meninggal beberapa menit setelah bayinya lahir.
Seperti disebutkan dalam laman today.com, Karisa Bugal menderita komplikasi kehamilan yakni emboli cairan ketuban. Komplikasi ini terjadi saat cairan ketuban keluar dari kantung ketuban dan masuk ke dalam tubuh ibu, kondisi ini sulit dideteksi dan belum ditemukan obatnya.
Dr. Kelly Gerow menjelaskan, “Emboli cairan ketuban terjadi ketika cairan ketuban yang melingkupi bayi keluar, atau ada bagian dari rambut atau kulit bayi yang masuk ke dalam aliran darah ibu. Hal ini menyebabkan kondisi mematikan pada semua organ di tubuh ibu.”Wes Bugal, sang suami tahu bahwa komplikasi ini tidak baik bagi istrinya. Namun ia tetap berharap bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Pada tanggal 3 November 2014, Karisa pergi ke rumah sakit untuk melahirkan. Saat itulah baru diketahui bahwa dia menderita emboli cairan ketuban, hal ini sangat membahayakan bagi bayi dan ibunya.
Memilih menyelamatkan bayinya, ibu ini meninggal
Saat dokter menemukan detak jantung bayi dalam kandungan Karisa semakin melemah, dokter memutuskan untuk melakukan operasi cesar darurat.
Pemberian anestesi yang diperlukan untuk operasi cesar sangat berisiko bagi nyawa Karisa, namun bila proses persalinan ditunda, bayi dalam kandungan Karisa kemungkinan besar takkan selamat.
Tanpa ragu, Karisa memutuskan untuk memilih jalan yang bisa membuat bayinya selamat. Dengan kesadaran penuh bahwa hal ini bisa membahayakan nyawanya sendiri.
Pilihan yang dibuat Karisa membuat bayinya, Declan Jay Bugal yang lahir pada 4 November jam 7.30 bisa merasakan kehidupan. Ia lahir dengan berat 3,1 Kg.
Sebelum dibawa ke ICU, Karisa sempat sadar dan menanyakan berapa berat bayinya. Tak lama kemudian, Karisa menutup mata untuk selamanya.
Ibu ini meninggal demi agar bayinya bisa hidup
Wes Bugal, merasa sangat sedih atas apa yang menimpa istrinya. Ia yang sebelumnya telah memiliki anak perempuan bersama Karisa yang diberi nama Mallory, merasa kebingungan apa yang harus ia katakan pada anak-anaknya saat mereka menanyakan dimana ibu mereka.
“Bagaimana aku akan menjelaskan pada Declan bahwa ibunya meninggal saat melahirkannya? Aku memikirkannya setiap waktu,” Wes Bugal berkata pilu, sebagaimana dikutip dari godhousekeeping.com. “Hargailah apa yang kau miliki saat ini, kau tidak pernah tahu kapan kau akan kehilangan hal berharga itu,” tambahnya.
Karisa tak pernah memiliki kesempatan untuk melihat wajah Declan. Sumber: Godhousekeeping
Karisa telah pergi untuk selamanya, ia tidak pernah memiliki kesempatan untuk menggendong ataupun mencium anaknya. Semoga ia bisa tenang di alam sana, mengetahui bahwa anaknya lahir dengan selamat, bahwa kepergiannya tidaklah sia-sia.
Mengapa Banyak Wanita Meninggal Saat Hamil atau Melahirkan?
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada 2015, diperkirakan 303.000 wanita meninggal karena komplikasi terkait kehamilan atau persalinan.
Mayoritas kematian ibu disebabkan oleh perdarahan, infeksi, aborsi yang tidak aman, dan eklampsia (tekanan darah sangat tinggi yang menyebabkan kejang), atau karena komplikasi kesehatan yang memburuk saat kehamilan.
Dalam semua kasus ini, perawatan yang tidak tersedia, tidak dapat diakses, tidak terjangkau, atau berkualitas rendah secara mendasar juga bertanggung jawab. Kematian ibu merugikan perkembangan sosial dan kesejahteraan, karena sekitar 1 juta anak tidak memiliki ibu setiap tahun. Anak-anak ini lebih mungkin meninggal dalam 1-2 tahun setelah kematian ibu mereka.
Wanita tidak perlu mati saat melahirkan. Kita harus memberi seorang remaja putri informasi dan dukungan yang dia butuhkan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan reproduksinya, membantunya melalui kehamilan, dan merawat ibu dan bayinya yang baru lahir hingga masa kanak-kanak.
Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah jika wanita memiliki akses ke layanan keluarga berencana yang berkualitas; perawatan terampil selama kehamilan, persalinan dan setelah melahirkan; atau perawatan pasca-aborsi dan jika memungkinkan, layanan aborsi yang aman.
Perhatian harus ditingkatkan untuk perempuan yang hidup dalam situasi konflik, atau di bawah krisis kemanusiaan karena sistem kesehatan dengan tenaga terampil adalah kunci untuk menyelamatkan nyawa para perempuan ini.
Baca juga:
Perjuangan Seorang Ibu, “Aku Hampir Mati saat Melahirkan Anakku…”
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.