Momen kelahiran bayi sejatinya membahagiakan kedua orang tua. Berbeda dengan orang tua asal Medan yang kini harus menanggung pilu akibat kondisi telapak kaki bayinya yang melepuh usai melakukan prosedur wajib. Kasus telapak kaki bayi di Medan melepuh ini kini tengah ditindaklanjuti.
Kasus Telapak Kaki Bayi di Medan Melepuh
Ibnu Sajaya Hutabarat (25) tengah nelangsa. Bayi yang selama ini dinanti telah lahir dengan selamat di sebuah rumah sakit di Medan. Sayangnya, kondisi bayinya kini sungguh memprihatinkan.
Kisah berawal ketika istrinya melahirkan melalui proses operasi di rumah sakit pada Rabu (8/3) sore. Malam harinya, seorang perawat menemui dirinya untuk menawarkan agar anaknya dicek hipotiroid.
“Awalnya saya oleh perawat ditawari skrining atau hipoteroid untuk cek stunting dan keterbelakangan mental anak. Itu pada 8 Maret, sekitar waktu magrib ke isya,” kata Ibnu melansir laman Detik Sumatera Utara.
Awalnya, Ibnu tidak langsung menyetujui dan mendiskusikan dengan anggota keluarga. Esok harinya, Ibnu dipanggil ke ruangan bayi dan bertemu dengan perawat yang menawarkan pengecekan itu. Saat itu, perawat menjelaskan bahwa pengecekan hipotiroid itu tidak berisiko.
Mendengar hal itu, Ibnu pun menyetujuinya. Dia lalu mengisi formulir persetujuan pengecekan. Jumat (10/3), pengecekan bayi itu dilakukan oleh perawat RS Mitra Medika. Perawat melakukan pengecekan dengan mengambil sampel darah dari tumit bayi.
Usai prosedur, alangkah kagetnya ketika Ibnu melihat kaki bayi tercintanya sudah diperban. Ibnu heran, tetapi tidak ada pihak RS yang bisa menjawab dengan detail.
“Aku tanya sama perawat tetapi jawaban mereka satupun tak memuaskan. Anak ku terlihat gelisah gitu, seperti kesakitan. Jujur aku panik, baru beberapa hari lahir anakku itu, awalnya cantik kok bisa begini. Sampai besoknya pun aku tak puas dengan jawaban pihak rumah sakit,” kata Ibnu.
Artikel Terkait: Kejadian Langka! Ditemukan Janin Tumbuh dalam Otak Anak 1 Tahun
Laporkan Kasus ke Aparat Berwajib
Atas kejadian itu, Ibnu pun membuat laporan ke Polda Sumut dengan nomor: STTLP/B/319/III/2023/SPKT/Polda Sumut, tertanggal 14 Maret 2023.
Siti Junaida Hasibuan selaku kuasa hukum Ibnu Hutabarat menduga air yang digunakan oleh para perawat untuk mengompres kaki bayi tersebut terlalu panas. Akibatnya, kaki bayi menjadi merah dan terkelupas.
“Jadi, pas itu ada perawatnya bilang waktu itu mereka panasi (kaki bayi menggunakan air hangat). Saya tanya sampai seberapa panas mereka panasi, soalnya itu sudah seperti luka bakar,” ujar Siti.
Siti meminta Polda Sumut untuk menindaklanjuti kasus itu. Dia berharap dugaan malapraktik itu bisa segera diungkap.
“Saya minta Polda Sumut kerja cepat menindaklanjuti laporan klien saya, agar pemerintah pusat dan daerah segera mengetahui adanya kasus dugaan malpraktik,” kata Siti.
Artikel Terkait: Kronologi Ibu Hamil Meninggal di Subang Usai Ditolak Rumah Sakit
Pihak Rumah Sakit Bertanggung Jawab
Lebih lanjut, keluarga bertemu manajemen RSU Mitra Medika dan bertemu dengan Direktur RS. Pihak rumah sakit mengakui melakukan kesalahan dan siap untuk bertanggung jawab.
Direktur RS Mitra Medika dr Sjahrial R Anas tak membantah adanya peristiwa tersebut. Dia mengaku apa yang dilakukan pihak RS sudah sesuai prosedur dimana skrining adalah program stunting pemerintah dengan cara mengambil sampel darah dari telapak kaki bayi.
Namun, ia juga tak menyangka kali ini terjadi kasus melepuh yang diduga karena kulit bayi sensitif.
“Rupanya terjadi pelepuhan, dia sensitif,” kata Direktur RS Mitra Medika dr Sjahrial R Anas, Kamis (16/3/2023). Sjahrial menyatakan telah bertemu dengan orangtua bayi dan berjanji akan bertanggungjawab sepenuhnya.
“Jadi kami akui terjadi di RS (Mitra Medika) dan kami akan bertanggung jawab penuh, anak ini akan kami rawat sampai kakinya sembuh, akan kami libatkan juga dokter-dokter ahli. Ini juga sudah kami sampaikan kepada orang tua bayi. Intinya kami akan bertanggungjawab penuh dan akan obati,” tegasnya.
Mengenal Skrining Hipotiroid Kongenital
Sebagai informasi, skrining Hipotiroid merupakan program wajib yang dicanangkan oleh pemerintah untuk meminimalisir risiko cacat pada bayi baru lahir.
Melalui laman resmi Kementerian Kesehatan, Wakil Menteri Kesehatan RI, Dante Saksono Harbuwono menyebutkan bahwa dengan pencanangan tersebut, kedepan pemeriksaan SHK atau pemeriksaan kekurangan hormon tiroid bawaan wajib dilakukan kepada semua bayi baru lahir.
Terlebih, kasus kekurangan Hipotiroid Kongenital tidak menunjukkan gejala, sehingga kebanyakan tidak disadari oleh orang tua. Gejala khas baru muncul seiring anak bertambah dewasa.
Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) adalah skrining yang dilakukan pada bayi baru lahir untuk memilah bayi yang menderita Hipotiroid Kongenital (HK) dan bayi yang bukan penderita.
Pada prosesnya, Skrining Hipotiroid Kongenital dilakukan dengan mengambil sampel darah pada tumit bayi yang berusia minimal 48 sampai 72 jam dan maksimal 2 minggu oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan pemberi layanan Kesehatan Ibu dan Anak (baik FKTP maupun FKRTL), sebagai bagian dari pelayanan neonatal esensial.
Darah diambil sebanyak 2-3 tetes dari tumit bayi kemudian diperiksa di laboratorium. Apabila hasilnya positif, bayi harus segera diobati sebelum usianya 1 bulan agar terhindar dari kecacatan, gangguan tumbuh kembang, keterbelakangan mental dan kognitif.
“Setetes darah tumit menyelamatkan hidup anak-anak bangsa. Karena begitu kita tahu kadar tiroidnya rendah langsung kita obati. Pengobatannya bisa berlangsung seumur hidup supaya mereka bisa tumbuh dan berkembang secara optimal,” ujar Wamenkes.
Semoga kasus ini bisa menjadi pembelajaran untuk kita semua.
Baca Juga:
Kisah Haru Perjuangan Istri Bisa Hamil, Suami Idap Kelainan Sperma
Sedih! Perempuan Ini Meninggal karena Janin Membatu, Begini Kronologinya
Gratis! Ini Cara Daftar Pin Ibu Hamil KRL Jabodetabek dan Yogya-Solo Online
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.