Dunia kesehatan tanah air kembali menjadi sorotan, kali ini berasal dari Jawa Barat. Seorang ibu hamil meninggal di Subang usai ditolak melahirkan di RSUD Ciereng Subang. Kasus ini sontak mendapat komentar hngga ke ranah pemerintah.
Kronologi Ibu Hamil Meninggal di Subang
Adalah Kurnaesih (39) yang harus meregang nyawa usai ditolak melahirkan di RSUD Ciereng Subang. Usia kandungan Kurnaesih saat itu sembilan bulan.
Suami korban, Juju Junaedi (46) menuturkan kejadian berawal ketika sang istri mengalami kontraksi saat masih berada di rumah. Kondisinya terus-menerus mengalami penurunan, sehingga pihak keluarga memutuskan membawanya ke Puskesmas Tanjungsiang untuk penanganan awal.
“Sudah drop waktu masih di rumah tuh, saya bawa langsung ke puskesmas. Terus sama, masih gitu, tidak ada perubahan. Terus akhirnya dibawa langsung ke RSUD Subang,” ujar Juju merujuk laman Detik.
Setibanya di RSUD, istrinya diterima Instalasi Gawat Darurat (IGD). Namun, ketika akan masuk ke ruang pelayanan obstetri neonatal emergency komprehensif (PONEK) untuk mendapatkan tindakan malah ditolak. Alasannya pihak RSUD Ciereng belum menerima rujukan dari Puskesmas Tanjungsiang.
“Waktu di IGD memang masih diterima, tapi waktu dipindahin ke ruangan anak, langsung ditolak. Katanya belum ada konfirmasi dari rujukan Puskesmas Tanjungsiang mah. Nah kayak gitu aja kronologinya mah,” lanjut Juju.
Tidak ingin menyerah begitu saja, Juju dan keluarga segera melarikan istrinya ke sebuah rumah sakit di Bandung. Sayang, dalam perjalanan nyawa sang istri tak tertolong begitu juga dengan bayi di dalam kandungan.
“Tidak ada tindakan sama sekali dari RSUD Ciereng, langsung saja saya bawa ke Bandung sama ibu bidan puskesmas pakai ambulans di Puskesmas Tanjungsiang. Istri saya sudah tidak kuat dan meninggal duluan waktu mau ke rumah sakit di Bandung,” pungkas Juju lirih.
Artikel terkait: Hati-hati! 7 Siswa SD Keracunan Jajanan Viral Chiki Ngebul Nitrogen
Tanggapan Dinas Kesehatan dan Stakeholder Terkait
Kejadian ini memantik reaksi banyak pihak, pun Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Subang dr Maxi angkat bicara. Maxi menyesalkan atas kasus penolakan RSUD Subang yang menyebabkan korban meninggal dunia.
“Terkait kematian ibu dan bayinya di Tanjungsiang, saya secara pribadi maupun atas nama Dinas Kesehatan menyampaikan rasa berbelasungkawa dan keprihatinan yang dalam. Kami juga memohon maaf atas pelayanan kepada masyarakat yang belum optimal dan sesuai dengan ekspektasi masyarakat,” ungkapnya.
Maxi juga menjelaskan bahwa saat kejadian, kapasitas ICU tidak memungkinkan untuk menerima pasien baru. Oleh karenanya, pihak RSUD Subang menyarankan pasien agar dibawa ke rumah sakit lain.
Meski demikian, Dinkes Subang menyesalkan tindakan dari RSUD Ciereng. Dinkes Subang juga meminta agar RSUD Subang memperbaiki layanan agar kejadian serupa tidak terulang lagi.
“Tidak ada niat mencelakakan atau menolak pasien, karena saat itu memang kondisi ICU penuh. Kami menyesali karena situasi seperti ini membuat akibat yang sangat fatal dan memilukan bagi almarhumah dan keluarga. Semoga kejadian ini menjadi pelajaran penting dan berharga untuk mawas diri bagi seluruh pelayanan kesehatan,” katanya.
Di lain sisi, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin turut merespons kabar ini. Menkes Budi memastikan akan mengecek informasi tersebut untuk mendapat penjelasan lebih detail.
“Saya baru dengar itu di mana, di Subang, ya. Nanti saya bicara sama dinkesnya (Dinas Kesehatan Kabupaten Subang),” ujar Menkes Budi.
Artikel terkait: 4 Fakta Kasus 66 Anak Gambia Meninggal Akibat Sirup Paracetamol
DPR Desak Kasus Diungkap
Lebih lanjut, Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani Aher prihatin sekaligus geram dengan penolakan RSUD Ciereng Subang terhadap pasien hamil yang berakibat hilangnya nyawa ibu dan anak. Netty meminta Kemenkes memeriksa kasus kematian ibu Kurnaesih secara transparan dan jangan ditutup-tutupi.
“Jika ditemukan adanya unsur kelalaian, maka pihak yang bertanggungjawab harus menerima hukuman sesuai aturan berlaku. Kasus ini harus menjadi pelajaran bagi siapa pun yamg berhadapan dengan nyawa pasien. Jangan sampai terulang lagi,” ujarnya.
“Kasus semacam ini tak boleh dianggap enteng dan berlalu begitu saja. Seharusnya rumah sakit (RS) segera menangani pasien hamil yang kritis, bukan malah ditolak yang membuat mereka harus mencari RS lainnya,” ucap Netty.
“Jika alasan penolakan tersebut benar, maka sangat memprihatinkan. Apakah tidak ada kebijaksanaan dalam prosedural administrasi saat kondisi darurat? Seharusnya, setiap pasien dalam keadaan kritis, apalagi Ibu hamil yang akan melahirkan, harus segera ditangani,” tegas Netty.
Kasus ibu hamil meninggal di Subang memang sungguh tidak bisa diterima dan semoga tidak kembali terulang di masa mendatang ya.
Baca juga:
Viral Bayi Kenzie 1 Tahun dengan Berat 27 Kg, Begini Tanggapan Dokter
Viral Anak Tersangkut di Loyang, Berhasil Diselamatkan Damkar
Muncul Kasus Polio di Aceh, Masyarakat Diminta Waspada
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.