Menilik kain tradisional asli Indonesia, ada banyak sekali ragamnya, Bunda. Sebut saja ulos, songket, tenun, hingga batik. Hampir setiap wilayah di Indonesia menghasilkan kain khas tradisional di mana proses pembuatan dan fungsinya berkaitan erat dengan adat istiadat yang berlaku di wilayah tersebut. Seperti halnya kain tenun Lombok yang wajib bisa dibuat perempuan Suku Sasak sebagai syarat untuk bisa menikah.
Penasaran seperti apa penjelasannya? Yuk, simak di sini!
Falsafah Pembuatan Kain Tenun Lombok, Tanda Perempuan Sasak Boleh Menikah
Kain Tradisional Lombok
Foto: Qori Annisa Wicita
Lombok memiliki dua jenis kain tradisional, yakni kain tenun songket dan kain tenun ikat. Cara membedakannya adalah dari warna, motif, dan fungsinya. Kalau kain tenun songket Lombok umumnya penuh dengan warna (fullcolor), terbuat dari benang katun yang berasal dari kapas, serta kaya akan warna perak dan atau emas.
Sementara tenun ikat memiliki motif yang sederhana dengan kecenderungan bentuk motif berupa garis horizontal dan vertikal saja. Kesederhanaan itu juga menjalar dari kegunaannya yang lebih sering digunakan dalam keseharian masyarakat Suku Sasak, suku asli di Lombok.
Artikel Terkait: Kain Ulos, Si Penghangat Tubuh yang Menjadi Benda Sakral dalam Adat
Material Kain Tenun Lombok
Motif Subahnale, salah satu motif favorit kain tenun Lombok. (Foto: Tribun)
Kain tenun Lombok terbuat dari bahan-bahan alami, yaitu kapas pilihan yang dipintal menjadi gulungan benang sebagai bahan utamanya. Pintalan benang tersebut diwarnai menggunakan bahan pewarna yang berasal dari dedaunan, akar-akaran, biji-bijian, kulit pohon, dan juga yang lainnya yang sifatnya alami dan berasal dari alam.
Misalnya saja, warna merah diambil dari sari biji pinang, akar mengkudu, kulit kayu, dan lainnya. Biru dari tanaman Indigofera tinctoria atau tanaman tarum. Sementara warna biru keabu-abuan dihasilkan dari tanaman suji dan daun mangga. Demikian selanjutnya hingga mendapatkan ragam warna yang lebih beragam.
Setelah mendapatkan warna yang diinginkan, pintalan benang tadi dicelupkan ke dalam beberapa ember yang sudah diisi dengan berbagai macam warna. Tahapan pewarnaan ini tidaklah lama, hanya beberapa hari saja hingga benangnya kering setelah diwarnai.
Artikel Terkait: Menilik 5 Fakta Songket, Kain Khas Palembang Berharga Fantastis
Proses Pembuatan Kain Tenun
Foto: First Lombok Tour
Selain bahan dan warnanya yang dibuat dari bahan-bahan alami, proses pembuatan kain tenun Lombok juga masih menggunakan alat-alat tradisional yang sangat sederhana. Alat pemintal benangnya saja masih menggunakan potongan bambu yang dirangkai dengan benang juga yang dibuat menyerupai roda yang dapat diputar secara manual oleh si pembuat.
Setelah benang diwarnai, benang kemudian ditata dalam alat penenun. Tahapan penenunan kain tenun Lombok inilah yang prosesnya agak lama, yaitu membutuhkan waktu sekitar satu minggu hingga satu bulan, sesuai dengan tingkat kesulitan motif dan ukuran kain yang diinginkan.
Itu proses pembuatan kain tenun songketnya, sedangkan pembuatan kain tentun ikatnya beda lagi. Untuk mendapatkan motif yang diinginkan, pengrajin harus mengikat bagian benang, kemudian mencelupkan bagian yang tidak diikat ke dalam zat pewarna.
Tahapan ini dilakukan berulang kali dan membuat ikatan lain lalu diwarnai lagi hingga mendapatkan motif bergaris yang khas. Proses ini biasanya bisa diselesaikan cukup 1 hari saja untuk ukuran kain kurang-lebih 3 meter. Hal yang unik, proses pembuatan kain tenun ikat ini dikerjakan oleh kaum laki-laki lho, bukan perempuan.
Keahlian Menenun Diteruskan Turun-Menurun
Foto: Merah Putih
Keahlian menenun para penenun di Lombok ini didapatkan secara turun-temurun, yakni dari orangtua atau kakek-nenek mereka. Wajib bagi generasi selanjutnya untuk meneruskan estafet kemampuan menenun, karena ini bagian dari adat istiadat suku di Lombok juga, yaitu Suku Sasak.
Masyarakat Sasak, khususnya kaum perempuannya, banyak yang ahli menenun. Mereka wajib menerima ajaran ini sejak masih anak-anak. Bahkan ada aturan adat yang menyebutkan bahwa seorang perempuan Sasak harus berhasil menenun setidakynya 3 kain sebagai syarat menikah. Jika belum berhasil, artinya mereka belum mampu untuk berumahtangga.
Kemampuan ini diajarkan kepada para perempuan Suku Sasak juga dengan maksud agar mereka tidak pergi jauh dari lingkungan sukunya. Dengan demikian, keahliannya menenun bisa menjadi alternatif untuk menopang perekonomian keluarganya, serta menunjang aktivitas keharian mereka seperti digunakan dalam acara adat, beribadah, membedong bayi, selimut, serta penutup jenazah.
Artikel Terkait: Fakta Menarik Kain Sasirangan Khas Banjar, Asal Usul hingga Arti Warnanya
Desa Penghasil Kain Tenun Lombok
Foto: Datu Lombok Tour
Saat jalan-jalan ke Lombok banyak orang mengincar untuk mendatangi pulau Gili untuk menyelam atau naik ke Gunung Rinjani. Lombok memang memiliki banyak destinasi alam yang luar biasa.
Tapi satu lagi yang tidak boleh Anda lewatkan adalah mampir ke Desa Sade dan Desa Sukarara, dua desa terbaik penghasil kain tenun Lombok. Kedua desa ini juga disebut sebagai rumah bagi Suku Sasak, suku asli pulau Lombok. Jarak Desa Sade sendiri hanya 5 kilometer dari Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid, nih, Bunda.
Sejak dahulu kala, kepiawaian pengrajin kain tenun di sana sudah mendapat ancungan jempol. Selain keindahan alamnya yang luar biasa, dari kedua desa ini para wisatawan bisa belajar tentang adat-istiadat Suku Sasak dan juga belajar membuat kain tenun. Satu lagi yang tak bisa dilewatkan, berbelanja kain tenun tentunya!
Demikian penjelasan lengkap mengenai kain tenun Lombok. Semoga informasi di atas bisa bermanfaat.
*****
Baca juga:
Bangga! Dior Gunakan Kain Endek Bali untuk Koleksi Fashion Teranyar
4 Fakta Menarik Serta Jenis-Jenis Kain Tenun Suku Dayak yang Indah
Kain Ulap Doyo, Kain Tradisional Suku Dayak Benuaq yang Terbuat dari Daun
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.