Setelah persalinan, terutama dengan cara normal, banyak Bunda yang lebih berhati-hati dalam melakukan kegiatan sehari-sehari, seperti duduk, berbaring, berjalan, hingga berjongkok. Berbicara soal berjongkok, sebenarnya boleh nggak, sih, jongkok setelah melahirkan?
Akan tetapi, sebelum membahas lebih lanjut tentang bolehkah jongkok setelah melahirkan, terlebih dahulu kita bahas kondisi yang kerap dialami ibu pasca melahirkan normal. Yakni mengenai bekas jahitan di area vagina yang kerap dialami sejumlah ibu.
Ada beberapa aktivitas yang sebaiknya dibatasi setelah Bunda melahirkan, karena takut akan berdampak pada bekas jahitan di area vagina. Sebab, melahirkan normal sering meninggalkan bekas jahitan (episiotomi), yakni sayatan yang dibuat di jaringan antara lubang vagina dan anus (perineum).
Merawat jahitan bekas melahirkan normal. | Sumber gambar: Shutterstock
Meski demikian, tidak semua ibu yang melahirkan normal akan mendapatkan episiotomi, ini tergantung dengan kondisi Bunda. Namun, jika Bunda mengalami episiotomi, tentu pemulihannya tidak selalu terasa nyaman. Bahkan, bagi beberapa orang, episiotomi menyebabkan rasa sakit saat berhubungan seksual setelah berbulan-bulan melahirkan.
Nah, bagi Bunda yang mendapat episiotomi setelah melahirkan normal, tentu harus lebih berhati-hati dalam beraktivitas dan merawat luka bekas jahitannya. Jika tidak, bukan tidak mungkin jika episiotomi tersebut akan menimbulkan risiko seperti infeksi.
Apabila Bunda merasakan demam, sakit yang berlebih pada luka bekas jahitan, hingga mengeluarkan cairan seperti nanah, maka sebaiknya segera menghubungi dokter. Sebab, ini bisa menjadi tanda dan gejala infeksi pada bekas episiotomi.
Cara Merawat Luka Episiotomi
Ada beberapa cara sederhana bagi Bunda untuk merawat luka bekas episiotomi, antara lain:
1. Hindari Melakukan Aktivitas yang Berat
Jika Bunda melakukan aktivitas-aktivitas yang berat dan berlebihan, ini bisa memberikan tekanan pada perut Bunda, sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman atau nyeri di area bekas jahitan di vagina
2. Konsumsi Lebih Banyak Serat
Bunda sudah tahu, kan, jika mengonsumsi cukup serat dapat mencegah terjadinya sembelit atau susah buang air besar? Sembelit terjadi karena kurang mengonsumsi serat sehingga feses terlalu keras.
Jika Bunda mengonsumsi cukup serat, feses akan menjadi lebih lunak. Bunda pun tidak perlu mengejan terlalu lama saat buang air besar, sehingga infeksi atau lecet pada area bekas episiotomi bisa Bunda hindari.
3. Menjaga Kebersihan Area Vagina
Bunda harus selalu menjaga kebersihan area vagina, terutama setelah buang air kecil atau besar. Menjaga kebersihan area vagina penting untuk mencegah berkembangnya kuman.
Lalu, hindari membiarkan area vagina Bunda lembap, karena bisa menjadi sarang kuman. Keringkan area vagina sebelum Bunda memakai celana dalam dan jangan lupa untuk teratur mengganti pembalut saat Bunda masih berada di dalam masa nifas.
Benarkah Jongkok setelah Melahirkan Normal Bisa Sebabkan Turun Peranakan?
Bun, pernahkah mendengar prolaps uteri? Melansir dari Mayo Clinic, prolaps uteri atau dikenal dengan turun peranakan adalah suatu kondisi turunnya rahim atau rahim menonjol ke vagina yang terjadi karena otot dasar panggul dan jaringan ikatnya melemah, sehinga tidak bisa menyangga rahim.
Gejala prolaps uteri biasanya meliputi adanya rasa mengganjal di bagian vagina, rongga paggul terasa penuh, tidak nyaman saat berjalan, serta nyeri di punggung bagian bawah.
Prolaps uteri bisa terjadi pada perempuan dari berbagai usia. Namun, kondisi ini lebih sering terjadi pada perempuan yang telah memasuki masa menopause atau melahirkan normal. Melahirkan normal, terutama melahirkan bayi dengan bobot lebih dari 4 kilogram, dapat meningkatkan risiko terjadinya prolaps uteri pada Bunda.
Lakukan aktivitas sesuai kondisi Bunda, ya. | Sumber gambar: Shutterstock
Selain itu, faktor genetik, usia tua, kebiasaan merokok, dan melakukan aktivitas fisik yang berlebihan seperti mengangkat beban yang terlalu berat juga dapat berisiko terjadinya prolaps uteri.
Walaupun demikian, perlu dicatat, Bun, bahwa jongkok setelah melahirkan normal tidak langsung menyebabkan prolaps uteri. Hal terpenting adalah Bunda tidak melakukan sesuatu yang mengakibatkan tekanan yang terlalu berat dan berlebihan pada perut.
Lalu, Kapan Sebenarnya Bunda Boleh Jongkok Setelah Melahirkan Normal?
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, jika Bunda mendapatkan episiotomi setelah persalinan normal, maka Bunda mungkin akan merasakan sakit selama beberapa minggu. Proses pemulihan pasca episiotomi ini berbeda-beda, tergantung pada kondisi kesehatan Bunda.
Proses pemulihan yang berbeda-beda ini juga menandakan tidak ada acuan tertentu atau patokan khusus tentang kapan sebenarnya Bunda boleh jongkok setelah melahirkan normal. Bunda hanya perlu memerhatikan kenyamanan dan kondisi tubuh Bunda keseluruhan jika ingin jongkok setelah melahirkan.
Jika Bunda masih merasa nyeri atau sakit pada luka bekas jahitan (episiotomi), maka jangan memaksakan diri untuk jongkok, termasuk melakukan aktivitas-aktivitas berat yang bisa memberikan tekanan pada perut Bunda.
Selain menghindari jongkok saat bekas jahitan Bunda masih terasa nyeri, sebaiknya Bunda juga jangan melakukan jongkok terlalu lama, misalnya saat buang air besar. Kenapa, Bun? Sebab jongkok yang terlalu lama bisa menimbulkan tekanan pada area vagina, khususnya pada bagian episiotomi atau bekas jahitan.
Apabila Bunda membiarkan hal ini terjadi, maka bisa menimbulkan rasa nyeri yang parah, sehingga proses pemulihan Bunda setelah melahirkan normal pun akan menjadi lebih lama dari yang seharusnya.
Tetap ingat, Bun, bahwa proses pemulihan setelah melahirkan secara normal membutuhkan perhatian khusus dan waktu yang cukup. Jadi, Bunda sebaiknya sabar menunggu untuk tidak melakukan aktivitas-aktivitas yang berat.
Demikianlah informasi tentang kapan boleh jongkok setelah melahirkan normal. Semoga bermanfaat untuk Bunda semua.
Baca Juga:
Cara Menghindari Episiotomi, Sayatan Antara Vagina dan Anus Saat Melahirkan
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.