Menurut sebuah survei, anak pada usia 8 atau 9 tahun sudah pernah terpapar konten seksual atau pornografi di Internet atau media lainnya. Sebagai orangtua, kira-kira apa yang harus kita lakukan jika anak terlanjur melihat pornografi seperti ini?
Tidak bisa dipungkiri, seiring dengan perkembangan teknologi, konten-konten dengan muatan seksual bisa lebih mudah diakses. Ini tentu menjadi pekerjaan bersar untuk kita, para orangtua, memberikan arahan yang tepat kepada anak.
Faktanya, hal ini berkaitan erat dengan pendidikan seks perlu Parents berikan sejak dini. Sayangnya, masih banyak yang menganggap bahwa pendidikan seks merupakan sesuatu yang tabu bahkan dilarang untuk dibicarakan dengan anak.
“Nanti juga tahu sendiri” adalah alasan yang kerap dikemukakan oleh orangtua jika menyinggung mengenai pendidikan seks. Padahal, pemikiran tersebut adalah pemikiran yang salah.
Jika tidak diarahkan untuk mendapatkan informasi yang tepat di jalur yang benar pula, anak akan mencari informasi sendiri. Akan tetapi, belum tentu caranya benar dan dari pihak yang benar pula. Dengan demikian, pendidikan seks adalah salah satu hal dasar yang harus kita tanamkan kepada anak.
Jika anak terlanjur melihat pornografi, apa yang harus dilakukan orangtua?
Banyaknya konten seksual dalam media-media yang akrab dengan kehidupan sehari-hari anak, baik di televisi, internet, dan lain sebagainya, kerap menormalisasikan hubungan seks sebagai salah satu hal yang lumrah.
Dikutip dari Psychology Today, anak-anak yang memang secara emosional, sosial, dan intelektual belum siap menerima konten-konten seperti itu. Mereka cenderung untuk meniru apa yang dilihat tanpa mengetahui lebih jelas mengenai apa itu hubungan seks.
Memfilter tayangan di televisi atau internet saja mungkin tidak cukup karena masih ada kemungkinan untuk kecolongan. Lalu apa yang harus orangtua lakukan jika anak terlanjur melihat pornografi?
1. Menyadari bahwa hal ini wajar terjadi, terlepas dari benar ataupun salah
Kita tidak bisa memungkiri bahwa anak bisa terpapar pornografi dari berbagai media. Ini adalah hal yang wajar, apalagi di zaman yang serba canggih seperti sekarang ini.
Yang bisa dilakukan adalah memberikan pengarakan pada anak. Mana hal yang benar dan mana hal yang salah. Mana yang pantas dan yang tidak pantas.
2. Menjadikan momen jika anak melihat pornografi sebagai pembuka untuk diskusi mengenai pendidikan seks
Bicaralah pada anak mengenai pornografi. Jelaskan bagaimana pornografi adalah sumber informasi mengenai seks yang tidak benar.
Nah, diskusi ini sebaiknya dilakukan tanpa nada-nada panik atau tidak nyaman, ya. Sebaiknya juga tidak men-judge anak dan berikan pengertian sesuai dengan usianya.
3. Berikan informasi secara faktual
Diskusikan mengenai apa yang media representasikan mengenai seks, hubungan relasi, dan gender roles. Ajarkan kepada anak untuk tidak mentah-mentah menerima informasi yang mereka dapatkan dari media.
Dampingi anak untuk melakukan cross-check terlebih dahulu dengan sumber lainnya yang lebih terpercaya. Misalnya seperti buku mengenai anatomi tubuh, penjelasan ilmiah mengenai hubungan seks, dan sebagainya.
Peran orangtua disini adalah memberikan informasi yang memang dibutuhkan anak secara faktual. Sebagai contoh, jika melihat adegan seks dan anak bertanya apa itu?
Parents cukup menjelaskan secara faktual sesuai dengan value dari keluarga, misal seperti ini, “Oh, itu namanya hubungan seks. Itu dilakukan oleh pasangan yang sudah menikah untuk mengekspresikan cinta mereka. Tapi kalau belum menikah, tidak boleh dilakukan, karena itu dosa”.
Kita perlu menyadari bahwa kita tidak bisa mengontrol apa yang disiarkan oleh media. Di sinilah pentingnya pendidikan seks untuk anak, yaitu agar anak mendapat informasi dari sumber yang tepat, yaitu orangtua.
Apa yang dapat dilakukan orangtua jika memergoki anak melihat film porno atau melakukan masturbasi?
Pastinya orangtua akan kaget saat memergoki anaknya menonton film porno atau bermasturbasi. Tenang dan jangan panik. Hal yang perlu dilakukan adalah mengajak anak untuk berdiskusi.
Berikut adalah langkah-langkah yang bisa dilakukan oleh orangtua dikutip dari materi yang disampaikan Agstried Elisabeth, M.Psi dari Rumah Dandelion, dalam siaran Instagram Live @theasianparent_id, Jumat 15 Mei 2020 lalu.
1. Menghargai privacy anak
Jika kita memergoki anak sedang menonton konten pornografi atau melakukan masturbasi di kamarnya, yang pertama kali orangtua harus lakukan adalah menghargai privacy anak yang dimana kita telah melangkah masuk ke dalamnya.
Contohnya, jangan langsung memarahi anak di tempat saat memergoki. Sebaiknya tinggalkan dulu anak dengan keluar dari kamarnya atau pergi dulu ke tempat lain.
Selain berguna untuk kita sebagai orangtua dalam mengontrol emosi, anak juga bisa meredam sementara kekagetan yang diterimanya. Ketika suasana sudah mulai kondusif, orangtua bisa memulai untuk membuka diskusi dengan anak.
2. Ajak bicara tanpa menuduh
Komunikasi dalam bentuk diskusi sangatlah penting. Parents bisa mulai dengan menghilangkan kecanggungan dengan memulai lewat obrolan sederana dengan susana santai. Kemudian, bisa dilanjutkan dengan menanyakan mengapa anak melakukan hal tersebut.
Satu hal yang perlu diperhatikan, jangan marah. Keingintahuan anak tentang pornografi bisa muncul karena banyaknya larangan yang ia terima. Jadi, lebih baik jangan langsung memarahi dan melarang anak untuk melakukan hal tersebut melainkan ajak anak berdiskusi.
3. Menjelaskan sesuai dengan value yang dianut keluarga
Selanjutnya, dalam diskusi orangtua bisa menjelaskan mengapa hal tersebut tidak boleh dilakukan. Akan tetapi, tetap sesuai dengan value yang dianut dan disepakati sebelumnya oleh keluarga.
Misalnya, jika keluarga beragama Islam, Parents menjelaskan bagaimana pandangan agama Islam mengenai pornografi dan masturbasi. Berikan fakta-fakta dari sudut pandang ilmiah juga yang bisa mendukung pernyataan orangtua tersebut.
4. Tawarkan anak informasi yang benar melalui jalan yang benar juga
Apabila setelah diskusi didapat kesimpulan bahwa anak melakukan hal tersebut semata-mata karena rasa ingin tahu, beritahu kepada anak bahwa orangtua siap membantunya untuk mendapatkan informasi yang benar.
Berikan informasi dari sumber-sumber terpercaya seperti dari buku, tayangan sex education untuk anak, dan bisa juga melalui penjelasan dari dokter. Saat ini banyak sekali sumber pendidikan seks yang bisa diakses oleh anak dengan pendampingan orangtua untuk belajar bersama.
Bicara mengenai seks kepada anak memang bukan topik yang nyaman untuk dibicarakan. Akan tetapi, diskusi di sini buka berarti kita menjelaskan secara gamblang mengenai seks dari awal hingga akhir, melainkan berikan penjelasan yang sederhana dan tepat.
Selain menjelaskan mengenai seks, ajarkan pula bagaimana membangun relasi yang sehat untuk kelakanak dewasa nanti.
Perlu diingat, bahwa sebagai orangtua kita tentu menjadi supporter dan educator bagi anak. Dengan demikian bisa membantu anak untuk menentukan hal baik dan yang buruk.
Bukankah akan jauh lebih baik jika anak mendapatkan informasi terkait dengan pendidikan seks lewat orangtuanya daripada anak mengetahuinya dari orang lain atau media yang belum tentu kebenarannya?
Baca juga:
Mengenalkan Pendidikan Seks bagi Anak dari Usia ke Usia
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.