7 Jajanan Tidak Sehat, Ada Latiao yang Mengandung Bakteri Berbahaya
Hindari jajajan tidak sehat berikut ini ya, Parents!
Berdasarkan hasil survei Badan POM 2007, sekitar 45 persen jajanan anak merupakan jajanan tidak sehat, lho.
Bahkan, belum lama ini, ada jajanan atau camilan tidak sehat yang peredarannya ditarik oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Indonesia.
Mengetahui hal ini, Parents perlu lebih waspada dan berhati-hati memilih camilan untuk anak.
Artikel terkait: Beredar Jajanan Anak Dengan Kemasan Porno: Bikini Snack Remas Aku
Apa Saja yang Termasuk Jajanan Tidak Sehat?
Yang termasuk jajanan tidak sehat adalah segala makanan yang tidak mengandung gizi atau nutrisi serta mengandung banyak zat berbaya seperti formalin, boraks, serta pewarna tekstil atau Rhodamin B dan Methanyl Yellow.
Bahan-bahan tersebut sangat berbahaya bagi tubuh. Sebab, jika dikonsumsi dalam jangka panjang, tidak baik untuk kesehatan anak.
Si Kecil akan mengalami penyakit-penyakit seperti pusing dan mual, mual-muntah, keram perut, keram otot, lumpuh otot, diare, cacat, memicu kanker, bahkan kondisi terparahnya bisa mengakibatkan kematian.
Nah, berikut contoh jajanan tidak sehat lengkapnya yang perlu dihindari:
1. Latiao
Belum lama ini, BPOM resmi menarik edaran camilan impor asal Tiongkok, latiao.
Melansir laman resmi BPOM, hasil uji laboratorium menunjukkan produk latiao tercemar bakteri Bacillus cereus yang menjadi penyebab keracunan makanan.
Melansir laman Kompas, belum lama ini juga, produk latiao ditarik peredarannya lantaran diduga menjadi penyebab kejadian luar biasa keracunan pangan di 7 wilayah Indonesia.
Beberapa di antaranya adalah Lampung, Sukabumi, Wonoboso, Tangerang Selatan, Bandung Barat, Pamekasan, dan Riau.
Latiao terbuat dari apa?
Latiao merupakan camilan gurih yang terbuat dari kembang tahu atau tepung gandum dan bumbu cabai pedas. Camilan ini pernah viral di TikTok sehingga banyak produknya yang diimpor ke Indonesia.
2. Jelly dan Agar-agar
Jajanan yang paling disenangi oleh anak-anak ini ternyata perlu diwaspadai.
Rasanya yang manis dan warnanya yang selalu menarik ternyata ada kandungan zat berbahaya di dalamnya.
Seperti dalam sebuah investigasi yang disiarkan oleh salah satu stasiun TV nasional.
Mungkin Parents juga sudah pernah mendengarnya, ada temuan bahwa sebuah industri rumahan yang memproduksi jelly dan agar-agar ternyata dicampur dengan bahan kimia berbahaya.
Harga jual yang terbilang murah, yakni hanya Rp1000, terbukti jelly tersebut positif mengandung boraks dan pewarna tekstil.
Hal itu, tentu berdasarkan daya uji yang dilakukan di laboratorium milik Dinas Kesehatan.
Memang tidak semua penjual berbuat curang, namun Parents harus lebih aware dan teliti lagi untuk membedakan produk asli dengan produk berbahaya.
Agar-agar murni biasanya memiliki tampilan warna yang bercahaya, rasa manisnya asli, tidak pahit, kenyal tapi mudah hancur, dan cepat basi.
Sedangkan agar-agar yang bercampur bahan kimia, tampilan warnanya kelihatan pekat, rasanya manis tapi lama-lama pahit, kenyal dan padat, serta tidak cepat basi.
Artikel Terkait: Radang Tenggorokan Mengganggu? Ini 12 Rekomendasi Obatnya yang Efektif dan Aman Dikonsumsi
2. Permen
Jajanan manis ini tentu digemari banyak kalangan, terutama anak-anak.
Permen mengandung gula tambahan buatan, biasanya jenis fruktosa, dan sedikit sekali zat gizinya.
Penelitian menyebutkan, fruktosa dapat meningkatkan risiko diabetes tipe-2 dan obesitas.
Apa yang Terjadi Jika Terlalu Banyak Makan Permen?
Beberapa kondisi ini akan dialami saat kita terlalu banyak makan makanan manis seperti permen, yaitu:
- Merusak Gigi
Terlalu banyak mengonsumsi permen, artinya memandikan gigi dengan gula.
Kondisi lingkungan yang manis, mudah sekali mengandung bakteri.
Berkumpulnya bakteri di area oral anak yang tidak segera dibersihkan akan menimbulkan berbagai masalah gigi.
Misal saja erosi enamel, penyaki gusi dan kerusakan gigi. Untuk itu, sebaiknya hindari si kecil mengonsumsi permen berlebihan.
-
Merusak Hati (liver)
Kandungan gula yang terlalu berlebihan di dalam permen ini yang dapat merusak dan menyebabkan gangguan hati.
Sebelum gula memasuki aliran darah, akan melewati hati dan baru mengelompokkannya.
Nah, ketika si Kecil mengonsumsi permen yang berlebihan, maka hati atau liver mereka akan bekerja ekstra keras.
Proses tersebut guna memproses gula dan mengubahnya menjadi lemak.
Akan tetapi, seiring dengan waktu, beberapa partikel lemak yang terjebak dalam hati, menyebabkan gangguan dan sangat berbahaya untuk kesehatan.
-
Kecanduan
Gula juga mampu mengaktifkan pusat reward di otak, mengaktifkan dopamin.
Itu sebabnya gula dimasukkan dalam kelompok bahan makanan yang bersifat adiktif alias menyebabkan kecanduan.
3. Keripik Kentang
Rasanya yang gurih, wajar jika membuat anak sangat menyukainya. Di pasaran, keripik kentang dan makanan ringan lainnya hadir dengan berbagai nama dan rasa.
Umumnya, keripik kentang diolah dengan cara deep fry di dalam minyak.
Minyak merupakan sumber kalori dan lemak jenuh ekstra yang bisa membahayakan jantung.
Dijelaskan oleh dr. Gita Permatasari, mengonsumsi kentang goreng bahkan berkaitan dengan meningkatnya risiko diabetes tipe 2 pada wanita.
Selain itu, banyak produk keripik olahan yang mengandung tinggi garam atau sodium dan juga lemak trans.
Seperti yang sudah diinformasikan bahwa sodium merupakan pemicu gangguan kardiovaskular.
Ada juga beberapa produk keripik kentang dan jajanan ringan lainnya yang ditambahkan senyawa akrilamida atau acrylamide.
Senyawa tersebut disinyalir dapat meningkatkan risiko kanker dan kerusakan saraf.
Tingkat akrilamida akan meningkat dan bersifat karsinogen ketika kentang digoreng dalam suhu 170 derajat celcius.
Hal yang sama pun diungkapkan oleh sebuah penelitian yang dilakukan National Institute of Food and Nutrition di Warsawa Polandia, mengungkapkan bahwa konsumsi akrilamida dapat menginduksi kondisi yang bisa meningkatkan risiko aterosklerosis, radang pada pembuluh darah.
Artikel Terkait: 3 Aspek untuk Meraih Kebahagiaan Menurut Psikolog, Berawal dari Self Love
4. Cilok
Jajanan yang terbuat dari tepung tapioka ini, memang menjadi favorit semua kalangan, begitupun dengan anak-anak.
Cilok atau bisa juga disebut dengan bakso kojek, merupakan jajanan yang banyak dijajakan dengan cara berkeliling.
Risiko tersebut membuat cilok menjadi jajanan yang kurang sehat. Sebab, bisa saja banyak debu atau kotoran yang menempel pada cilok.
Debu dan kotoran dari jajanan yang kurang terjaga hieginitasnya, mungkin tercemar bakteri seperti campylobacter, Clostridum difficile, Escherichia coli, salmonella, serta shigella.
Semua bakteri tersebut bisa menyebabkan keracunan makanan dengan salah satu gejalanya adalah diare.
Bahkan, bisa menyebabkan terkena virus, seperti rotavirus dan norovirus serta parasit seperti giardia intestinalis.
Cilok yang dilengkapi saus warna merah, mirip saus sambal, juga tersimpan bahaya. Sumbernya berasal dari pengenyal yang dipakai oleh sausnya.
Pengenyal yang dipakai umumnya adalah boraks dan pewarnanya adalah pewarna tekstil Rhodamin B.
Artikel terkait: Suka Ngemil Tapi Takut Gemuk? Ini 11 Jajanan Tradisional Rendah Kalori
5. Es Limun atau Sirup
Umumnya, limun atau sirup mengandung gula buatan fruktosa seperti telah dipaparkan di atas. Banyak juga produk sirup yang mengandung pewarna buatan yang berbahaya.
Warna yang menarik pada es limun ternyata kebanyakan berasal dari pewarna Rhodamin B yang sama sekali tidak boleh ada dalam makanan karena berpotensi mengembangkan sel-sel kanker.
Selain itu, Rhodamin B juga disinyalir dapat merusak hati. Rhodamin B sendiri merupakan pewarna sintetis berbentuk serbuk kristal merah keunguan yang jika dilarutkan akan menghasilkan warna merah terang.
Rhodamin juga ditemukan di biji merah delima dan gulali.
Selain Rhodamin B, pewarna berbahaya lain yang biasa ditemukan pada makanan anak, salah satunya adalah Methanil Yellow.
Penghasil warna kuning kecokelatan ini aslinya merupakan pewarna tekstil dan cat biasa ditambahkan pada kerupuk bawang dan ice cone.
Seperti Rhodamin B, Methanil yellow juga dilarang oleh Departemen Kesehatan RI karena berpotensi menyebabkan keracunan dan gangguan hati.
6. Sosis dan Nugget
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa daging olahan dapat memicu kanker alias karsinogenik.
Di antara daftar daging olahan penyebab kanker ialah bacon, sosis, daging ham, daging kalengan, dan sebagainya.
Daging olahan penyebab kanker didefinisikan oleh WHO sebagai “daging yang sudah mengalami perubahan lewat penggaraman, fermentasi, pengasapan, atau pengawetan atau cara lainnya untuk meningkatkan rasa atau mengawetkannya sehingga masa simpannya lebih panjang”
Proses transformasi tersebut biasanya dengan menambahkan zat-zat kimia pada daging. Zat tambahan itulah yang akan mengubah daging menjadi bersifat karsinogen.
International Agency for Research on Cancer (IARC), lembaga riset kanker di bawah WHO, mengelompokkan nitrat dan nitrit ke dalam “kemungkinan karsinogen pada manusia”.
Karena saat daging yang memiliki kandungan zat itu digoreng atau dibakar di suhu tinggi, bisa berubah menjadi N-nitroso, seperti nitrosamin, yang memang bersifat karsinogen.
Artikel terkait: Mengenal Kondisi Somatoform, Keluhan Fisik yang Disebabkan
Nah, Parents, itulah daftar jajanan tidak sehat yang harus diwaspadai jika dikonsumsi oleh si Kecil.
Untuk menghindari si Kecil membeli jajanan-jajanan tersebut di luar, tidak ada salahnya Parents membuatnya sendiri di rumah.
Sebab dengan membuat olahan sendiri, kebersihan dan kesehatannya pun lebih terjamin.
Yuk, mulai hidup sehat dengan menjaga asupan makanan!
***
Baca juga:
Berencana Pasang Gigi Palsu? Perhatikan Hal Penting Ini Lebih Dulu, Yuk!
Turunkan Berat Badan 5 Kg Dalam 13 Hari, Ini 8 Fakta Diet Mayo!
9 Manfaat Buah Markisa untuk Kesehatan, Tingkatkan Imunitas dan Kurangi Anxiety