Sebagian besar dari Parents pasti pernah mendengar mengenai kepribadian seseorang yang dibagi menjadi dua, yakni introvert dan ekstrovert. Namun, siapa sangka bahwa kedua kepribadian tersebut memiliki perbedaan dalam produksi air liur. Dalam penelitian, introvert lebih banyak produksi air liur daripada ekstrovert. Nah, kali ini kami akan membahas mengapa hal ini terjadi. Namun, sebelum membahas hal tersebut lebih lanjut, kami akan membahas dulu mengenai kepribadian introvert dan ekstrovert.
Artiket terkait: Tenang Lapang, Konsultasi Psikologi Gratis bagi yang Sudah Terlalu Lelah Hadapi Pandemi
Apa itu Kepribadian Introvert dan Ekstrovert?
Pada dasarnya, kepribadian introvert dan ekstrovert merupakan dua kutub yang saling berlawanan. Melansir dari Healthline, seorang introvert sering dianggap sebagai individu yang pendiam dan bijaksana. Mereka tidak mencari perhatian khusus atau menginginkan keterlibatan sosial. Situasi seperti ini dapat membuat introvert merasa lelah dan terkuras. Sementara itu, introvert adalah kebalikan dari ekstrovert. Ekstrovert sering digambarkan sebagai kehidupan pesta. Mereka mencari interaksi dan percakapan. Mereka sangat suka pertemuan sosial dan mereka berkembang dalam hiruk-pikuk lingkungan yang sibuk.
Psikolog Carl Jung menggambarkan dua kepribadian ekstrem ini pada tahun 1920-an. Dia menulis bahwa introvert dan ekstrovert dapat dipisahkan berdasarkan bagaimana mereka mendapatkan kembali energi. Introvert, menurut definisi dasarnya, lebih menyukai lingkungan yang sedikit merangsang dan mereka membutuhkan waktu sendiri untuk mengisi ulang. Sementara itu, ekstrovert mengisi bahan bakar dengan bersama orang lain.
Namun, kita tahu sekarang bahwa ciri-ciri kepribadian ini tidak sepenuhnya berupa oposisi biner. Namun, pada dasarnya lebih seperti spektrum warna. Seorang introvert dapat memiliki elemen ekstroversi dalam kepribadian mereka. Sementara itu, ekstrovert mungkin juga terkadang menginginkan kesendirian dalam hidupnya. Tidak melulu harus selalu berpesta. Jadi, pada dasarnya seseorang memiliki kadar introvert dan ekstrovert dalam dirinya dengan kadar yang berbeda-beda.
Artikel terkait: Jangan Sampai Menyesal! Ini 4 Tips Memilih Pasangan Hidup Menurut Psikolog
Introvert Lebih Banyak Produksi Air Liur Daripada Ekstrovert
Kita kembali pada tingkat produksi air liur atau saliva. Melansir dari Psychology Today, pada tahun 1960-an, psikolog kepribadian Hans Eysenck dan rekannya berteori bahwa introvert lebih banyak produksi air liur daripada ekstrovert. Mereka berpendapat bahwa perbedaan ini merupakan perbedaan alami dalam biologi sistem saraf. Menurut mereka, introvert dicirikan oleh keadaan gairah kortikal yang lebih tinggi, yang meningkatkan kewaspadaan, tonus otot, dan detak jantung.
Akibatnya, mereka benar-benar tidak membutuhkan banyak rangsangan untuk mendorong melampaui ambang relaksasi dan masuk ke ranah kecemasan dan stimulasi berlebihan. Sementara itu, ekstrovert memiliki titik awal yang lebih rendah untuk gairah dan karena itu membutuhkan lebih banyak stimulasi untuk mencapai titik yang sama.
Kondisi ini ada hubungannya dengan bagian otak yang disebut Reticular Activating System (RAS). Bagian otak ini merespons rangsangan, seperti makanan atau kontak sosial. Misalnya, bagian otak ini akan mengontrol jumlah air liur yang Anda hasilkan sebagai respons terhadap makanan. Demikian pula, jika RAS Anda ditetapkan tinggi sebagai titik awalnya, bahkan kontak sosial dalam jumlah minimal pun, bisa tampak tidak terkendali. Di sisi lain, ekstrovert memiliki titik awal yang lebih rendah dan senang mencari banyak interaksi sosial untuk membawa mereka ke titik ketika mereka merasa normal dan puas.
Artikel terkait: Si Kecil Sudah Aktif Main Medsos? Ini 6 Risikonya Menurut Psikolog!
Perasan air lemon memberikan stimulus makanan yang sempurna untuk menguji ini. Anda dapat memeras lemon ke lidah dan lihat apa yang terjadi. Apabila produksi air liur berlebih, bisa jadi itu tanda bahwa Anda adalah seorang introvert. Hal ini disebabkan, RAS Anda merespons perasan air lemon yang masuk. Para ilmuwan juga percaya bahwa introvert telah meningkatkan aktivitas di RAS.
Oleh karena itu, lemon dapat meningkatkan produksi air liur. Kemudian, karena RAS juga bereaksi terhadap kontak sosial, introvert bereaksi lebih kuat ketika bertemu dengan orang. Sebaliknya, ekstrovert membutuhkan stimulus yang jauh lebih besar untuk menghasilkan respons. Jadi, mereka biasanya menghasilkan lebih sedikit air liur sebagai respons terhadap perasan air lemon daripada introvert. Namun, akibatnya, para ektrovert akan merasa lebih nyaman dalam kelompok sosial.
Baca juga:
17 Tahun Jadi Psikolog, Ayank Irma Dirikan 'Ruang Tumbuh' Klinik yang Bantu Setiap Individu Bertumbuh
Konflik Rumah Tangga Tidak Selalu Buruk, Ini Penjelasan Psikolog
Viral Perempuan Dibungkus Kain, Psikolog:"Itu Gangguan Parafilia"
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.