Ketika memasuki kehidupan rumah tangga, para perempuan kerap dihadapkan pada pilihan dilematis: Mau menjadi ibu rumah tangga atau berkarier? Seolah, perempuan harus selalu memilih dua kutub berbeda yang saling ‘bermusuhan’. Namun benarkah, tak ada pilihan bagi ibu rumah tangga berkarier dan tetap bisa mengejar passion?
Ibu rumah tangga (IRT) memang kerap mendapat stigma negatif. Misalnya, dianggap tak cukup memiliki kecakapan. Urusannya sebatas dapur, sumur, dan kasur. Sayangnya, anggapan inilah yang pada akhirnya memunculkan perasaan rendah diri dan tak berguna.
Gambar: Twitter @rochmyaningsih
Akan tetapi, lain cerita bagi seorang ibu rumah tangga asal Deli Serdang, Sumatra Utara, Dyna Rochmyaningsih. Status sebagai IRT tak membuatnya berhenti mengejar passion.
Segala tetesan keringatnya pun terbayar lunas. Ia kini mampu membuktikan bahwa dirinya bisa menjadi ibu rumah tangga sekaligus berkarier, di tengah segala keterbatasan kondisinya.
Lantas, seperti apa kisah perjalanan seorang Dyna Rochmyaningsih? Berikut penuturan ibu dua anak ini melalui akun Twitter @rochmyaningsih.
Artikel terkait: Dirikan Kumpulan Emak Blogger, Mira Sahid: “Tak Hanya Jadi Berdaya, Menulis Juga Proses Healing”
Menikah di Usia Muda: Capek tapi Dinikmati
Gambar: IWMF.org
Usia 20an biasanya menjadi masa produktif yang dimanfaatkan banyak orang untuk membangun karier. Mengambil jalan berbeda, Dyna Rochmyaningsih justru memilih menikah dan berumah tangga.
“Saya menikah di umur 23 dan beberapa orang terkejut dengan keputusan saya,” tulis Dyna.
Keputusan itu nyatanya membuat banyak pihak terkejut. Serentetan pertanyaan lantas dilontarkan kepadanya kala itu.
“‘Don’t you wanna enjoy your 20s?’ ‘Gak mau cari beasiswa buat kuliah S2?’ ‘Nikmatin hidup aja dulu,’ ‘Gak mau berpetualang dan melihat dunia?’” begitulah selentingan pertanyaan yang ia terima.
Meski begitu, Dyna tak gentar soal pilihannya. Ia mantap melepas masa lajang.
“Di umur 24 saya sudah punya anak dan tinggal di rumah kontrakan di Jakarta. Sehari-hari masak dan ngurus bayi. Capek tapi saya nikmatin aja,” kenangnya.
Belajar dan Menulis Sambil Mengurus Anak
Gambar: Medium
Di tengah kerepotannya mengurus sang buah hati, rupanya Dyna masih menyempatkan diri belajar. Ia memanfaatkan waktu tidur anak untuk berselancar di internet, hanya dengan bermodalkan sebuah komputer jadul.
Ia terus belajar dan menulis apa saja yang ada di pikirannya, bahkan sambil menggendong bayi dan mengupas bawang. Perlahan tapi pasti, jerih payahnya mulai membuahkan hasil.
“Sembari menyaksikan pertumbuhan anak saya, senyum pertamanya, langkah pertamanya, tulisan-tulisan saya mulai terbit media internasional,” ujar Dyna.
Gambar ilustrasi
“Enggak banyak. Satu berita setiap 2 bulan. Honornya 2 juta. Lumayan buat saya yang kerja dari rumah,” sambungnya lagi.
Lebih jauh ia menyebut, semua proses tersebut dilakukannya sambil menggendong bayi dan mengupas bawang. Satu hal yang amat ia syukuri, teknologi memungkinkan semua hal. Termasuk di antaranya membuka sekat-sekat fisik yang membatasinya sebagai seorang ibu rumah tangga.
“Saya bisa belajar meski tidak bersekolah dan saya bisa bekerja meski bukan di kantor,” ungkapnya.
Artikel terkait: Bangun Komunitas Single Moms Indonesia, Maureen Hitipeuw: “Hargai Kami Selayaknya Perempuan Lain”
Ibu Rumah Tangga Berkarier Jadi Jurnalis Sains, Membuka Banyak Kesempatan
Gambar: pulitzercenter.org
Bekerja sebagai jurnalis sains lepas kemudian membuka banyak kesempatan bagi Dyna. Mulai dari penghasilan tambahan hingga jalan-jalan ke luar negeri.
“Bali, Kuala Lumpur, Hanoi, Tokyo, Seoul, San Francisco, Lausanne, Sitandiang, Kereng Bangkirai, Asilulu, Bajo Mekar, semuanya ternyata bisa saya kunjungi gratis tanpa harus menjadi mahasiswa penerima beasiswa maupun pekerja kantoran,” katanya.
Namun menurut Dyna, pencapaian yang benar-benar membuatnya menangis adalah sepucuk surat dari seorang pembaca. Surat tersebut dikirim oleh guru besar di ITB sekaligus ilmuwan pertama di observatorium Bosscha.
Salah satu kuliah umum yang dibawakan Dyna Rochmyaningsih
Berikut kutipan suratnya:
“Artikel-artikel Anda adalah pembuka mata, saya berbahagia banyak orang minta di-copy-kan artikel Anda, pada bulan Agustus yang lalu ketika saya memberi ceramah. Selamat bekerja dan selamat berpionir menggaungkan suara pikiran dan hati dari sektor ilmu dasar dan penelitian.”
Menutup utasnya dilama Twitter, Dyna menulis sebuah pesan menyentuh. Ia menekankan bahwa menikah, menjadi ibu, dan menetap di rumah bukanlah akhir dari segalanya.
“Semua akan datang pada saat yang tepat seperti yang sudah digariskan. Yang bisa kita lakukan adalah mengimani prinsip hidup kita, terus belajar dan berpegang teguh pada passion,” pungkasya.
Artikel terkait: Pentingnya Rumah Tangga Setara di Mata Kalis Mardiasih: “Supaya Sehat Mental”
Stigma kuno tentang ibu rumah tangga seharusnya ditinggal jauh ke belakang. Faktanya, kemajuan zaman telah menyingkap ruang-ruang kesadaran tentang eksistensi mereka. Bahwa, kaum perempuan bisa memilih menjadi apa pun dengan seperangkat potensi yang dimiliki.
Semoga kisah Dyna Rochmyaningsih bisa menginspirasi, ya. Barangkali Bunda juga ingin menjadi ibu rumah tangga yang berkarier atau bahkan punya pengalaman serupa? Apa pun pilihannya, tetap semangat, ya, Bun.
Baca juga:
Curhatan Seorang Ibu Rumah Tangga: IRT Bukanlah Pengangguran
Stop Syuting Demi Anak, Fairus Iloet: “Aku Enggak Mau Kehilangan Momen”
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.