Mendengar ibu yang mendonorkan ASI karena jumlahnya berlimpah menjadi hal yang sudah tak asing lagi di telinga kita. Namun, bagaimana jika seorang ibu menjual ASInya karena produksinya yang berlebih?
Bagi sebagian budaya dan agama, pemberian donor ASI memang tidak bisa sembarangan. Di agama Islam contohnya, memberikan ASI berarti juga membuat adanya ikatan saudara sepersusuan. Oleh karena itu, pemberian ASI dianjurkan hanya untuk sesama jenis, untuk mencegah risko ada pernikahan.
Hal inilah yang membuat donor ASI bagi sebagian orang perlu kehati-hatian. Walaupun demikiam, tidak semua melakukannya, setidaknya hal ini dilakun seorang ibu yang merasa tak perlu ambil pusing mengenai hal tersebut.
Meski kontroversial, Julie Dennis justru menjual ASI miliknya. Rupanya, ada cerita dibalik keputusannya itu.
Cerita Seorang Ibu Menjual ASInya
Julie Dennis yang berusia 32 tahun rupanya terlebih dahulu menjadi seorang surrogate mother atau ibu pengganti. Dirinya diketahui meminjamkan rahimnya itu untuk mengandung dan melahirkan bayi bagi sepasang suami istri.
Setelah sang bayi lahir, ia pun melanjutkan perawatan dengan memberikan bayi tersebut ASI secara eksklusif. Ide untuk menjual ASI tersebut lantas terlintas di benaknya kala proses menyusui bayi.
Tepatnya pada Agustus 2019, ia selesai menyusui secara eksklusif. Julie pun memutuskan untuk menjual ASI yang masih keluar tersebut pada ibu lainnya.
Artikel Terkait : Penerima Donor ASI Gagal Menikah, Setelah Tahu Calon Pasangan adalah Saudara Sepersusuan
Setiap Kantong Dihargai 18 Ribu
Julie pun akhirnya mulai memasarkan ASInya itu secara komersial. Untuk satu kantong ASI, dihargainya sekitar Rp18 ribu.
Dari hasil berjualan ASInya tersebut, dirinya sudah memiliki keuntungan yang cukup besar. Tak tanggung-tanggung, ia berhasil mengantongi uang sampai Rp 284 juta.
Karena jumlah ASInya yang berlimpah, ia pun menyediakan kebutuhan ASI untuk dua orang bayi hingga keduanya berusia 1 tahun. Bila dikalkulasikan, perempuan yang berprofesi sebagai guru sekolah dasar ini pun bisa menghasilkan hingga 443 liter susu.
Biasanya ia menyimpannya terlebih dahulu di dalam kulkas. Bila sang pembeli sudah memintanya, ia akan langsung mengirimkan.
Artikel Terkait : 5 Kisah suka dua para artis yang pernah menjadi pendonor ASI
Bukan Sekadar Mendapatkan Keuntungan
Terkait keputusannya ini, Julie mengaku berjualan ASI ditempuhnya bukan hanya sekadar untuk memiliki keuntungan. Ia bermaksud untuk membantu pasangan lainnya yang merasa kesulitan mendapatkan ASI.
Di sisi lain, ia pun sudah tak memiliki bayi untuk disusui. Tak ada salahnya juga buatnya untuk setali tiga uang memperoleh keuntungan finansial dan membantu orang sekaligus.
“Aku tidak punya bayi untuk disusui setelah enam bulan pertama. Setelah selesai kemudian aku mendapatkan kompensasi dari situ. Aku mulai memasarkan ASI di Facebook dan ada keluarga lain yang membutuhkannya. Mereka juga punya bayi lewat ibu pengganti tapi dia tidak mau atau tidak bisa menyusui jadi mereka menghubungiku,” jelasnya, seperti dikutip dari LAD Bible.
Artikel Terkait : Bagaimana hukum donor ASI dalam agama Islam? Ini penjelasannya
Keputusan yang Kontroversial
Melakukan penjualan ASI secara daring ini tak terlepas dari kontroversi orang-orang di sekitar. Perempuan asal Florida Amerika Serikat ini kerap mendapatkan kritik tajam karena mendapatkan uang dengan cara demikian.
“Aku dapat komentar yang menjelekkan-jelekkan karena meminta kompensasi untuk waktu yang aku habiskan dengan memompa ASI. Karena banyak dari mereka berpikir kalau ASI itu didapatkan secara gratis jadi kenapa saya harus menjualnya,” ucapnya.
Meski demikian, ia menjelaskan bahwa orang-orang tersebut tak terlalu paham perjuangannya. Ia menghabiskan waktu untuk memompa, berusaha untuk menjaga kualitasnya dengan membersihkan, membungkus, dan mensterilkan alat pompa ASI. Di samping itu, kantong ASI yang dipakai pun harus dibeli.
“Aku menghabiskan waktu berjam-jam untuk memompa ASI setiap harinya. Ditambah waktu untuk membersihkan, membungkus dan mensterilkan alat pompa ASI setiap kali selesai pemakaian,” ungkap Julie.
Agar tetap steril, alat pompa pun ia rutin ganti setiap 6-8 minggu. Menurutnya, harga mesin sterilisasi dan alat pompa pun biayanya cukup mahal untuk pembelian dan perawatannya.
“Butuh kerja keras untuk memompa ASI secara eksklusif dan ini merupakan pekerjaan atas nama cinta,” pungkasnya.
Itulah cerita dari Julie, seorang perempuan yang menjual ASI pada orangtua lainnya. Bagaimana pendapat Parents terkait dengan memperjual belikan ASI?
Artikel Terkait : Bayi-nya Meninggal di Kandungan, Ibu ini Donor ASI hingga 60 Liter
Baca Juga :
Donor ASI: Syarat, Tahapan, dan Hal yang Harus Parents Perhatikan
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.