Perents pernah mendengar tentang kondisi hipertensi emergensi?
Secara umum, hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyakit yang banyak ditemukan di masyarakat. Menurut Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), setidaknya 1,13 miliar orang di dunia mengalami hipertensi. Dan sekitar 70 persen ada di negara berkembang, termasuk Indonesia.
Hipertensi adalah kondisi di mana tekanan darah melebihi batas normal, yakni di atas 120/80 mmHg. Dari angka tersebut, ada dua komponen tekanan darah yang diukur, yakni tekanan sistolik dan diastolik.
Tekanan sistolik menggambarkan tahanan yang ada di dalam pembuluh darah di luar jantung, yang mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Sedangkan tekanan diastolik menggambarkan tahanan di dalam ruang jantung. Secara tidak langsung, tekanan ini menggambarkan fungsi jantung.
Pada sebagian kasus, tekanan darah dapat sangat tinggi dan membahayakan. Nah, kondisi ini disebut dengan hipertensi emergensi. Bila tidak segera ditangani, dapat terjadi kerusakan berbagai organ dan bahkan mengancam jiwa.
Artikel terkait: Catat 5 Jenis Hipertensi yang Terjadi pada Ibu Hamil, Hati-hati Bun!
Apa Itu Hipertensi Emergensi?
Hipertensi emergensi merupakan salah satu jenis krisis hipertensi, di mana tekanan darah meningkat 180/120 mmHg dan disertai dengan gejala yang menandakan adanya gangguan organ seperti nyeri dada, sesak napas, gangguan penglihatan, atau kesulitan bicara.
Bila tidak disertai gejala gangguan organ tubuh, kondisinya disebut dengan hipertensi urgensi.
Penyebab dan Faktor Risiko
Hipertensi emergensi terjadi karena berbagai hal, seperti:
- Gangguan pada sistem saraf, seperti stroke
- Serangan jantung
- Gagal jantung
- Gangguan ginjal kronik
- Interaksi dari pengobatan hipertensi
- Penyulit pada kehamilan, seperti eklampsia
Di samping itu, ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami kondisi hipertensi yang satu ini, di antaranya:
- Berjenis kelamin perempuan
- Berat badan berlebih atau obesitas
- Adanya penyulit seperti penyakit jantung koroner
- Tidak rutin minum obat antihipertensi
Gejala yang Perlu Diwaspadai
Pada hipertensi emergensi, peningkatan tekanan darah yang terlalu tinggi (180/120 mmHg) menimbulkan masalah pada organ-organ tubuh. Oleh sebab itu, gejalanya bergantung pada organ yang terdampak, seperti:
- Gangguan di otak, seperti stroke perdarahan dengan gejala sakit kepala, muntah, penurunan kesadaran, kejang, kelemahan anggota gerak
- Perubahan status mental seperti kebingungan atau penurunan kesadaran
- Gangguan jantung, dengan gejala nyeri dada dan sesak napas
- Gangguan paru, dengan gejala sesak napas berat
Pasien dengan hipertensi emergensi umumnya datang ke unit gawat darurat fasilitas kesehatan. Selanjutnya, dokter akan melakukan wawancara medis, pemeriksaan tanda-tanda vital yang meliputi tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi pernapasan, dan suhu, serta pemeriksaan fisik yang berhubungan dengan organ yang terdampak.
Pemeriksaan lanjut mungkin diperlukan untuk menilai sejauh mana kerusakan organ yang terdampak. Pemeriksaan dapat berupa pemeriksaan darah, analisis urin, pemeriksaan radiologi seperti rontgen dada atau CT scan kepala, dan rekam jantung (elektrokardiografi/EKG).
Artikel terkait: Hipertensi Bisa Terjadi pada Anak, Ini Cara Mencegahnya
Cara Mengobati Hipertensi Emergensi
Pada umumnya, pasien dengan hipertensi emergensi memerlukan perawatan di rumah sakit hingga kondisinya stabil. Dokter akan menentukan apakah seseorang dengan hipertensi emergensi memerlukan perawatan di ruang intensif atau dapat dilakukan di ruang rawat biasa.
Tujuan utama pengobatan hipertensi emergensi adalah menurunkan tekanan darah secara cepat dan tepat agar kerusakan organ tidak berlanjut dan memberat. Untuk mencapai itu, diperlukan pemberian obat antihipertensi melalui selang infus. Pengobatan juga diberikan secara spesifik untuk organ yang terkena gangguan.
Upaya Pencegahan
Meski berbahaya, sebetulnya hipertensi emergensi dapat dicegah dengan melakukan beberapa hal berikut:
- Mengubah gaya hidup. Sejak pertama kali terdiagnosis hipertensi, individu perlu membatasi asupan garam dalam makanan, menurunkan berat badan yang berlebih, menghindari konsumsi alkohol, berhenti merokok, dan berolahraga 30 menit per hari selama minimal lima kali dalam seminggu.
- Mengonsumsi obat antihipertensi secara rutin sesuai jadwal dan dosis yang dianjnurkan dokter. Hindari mengganti obat, mengubah dosis, atau berhenti konsumsi obat tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.
- Rutin memeriksakan darah sebulan sekali, khususnya bila Anda memiliki riwayat hipertensi sebelumnya.
Artikel terkait: Idap Hipertensi Selama Masa Kehamilan? Waspada Alami Sindrom HELLP
Itulah penjelasan mengenai kondisi hipertensi emergensi yang perlu Parents ketahui. Karena bisa berakibat fatal, maka sebaiknya upaya pencegahan dilakukan agar tidak mengalami kondisi seperti ini. Apabila Anda mengalami gejalanya, segera konsultasi ke dokter supaya mendapat langkah penanganan yang tepat. Semoga bermanfaat!
***
Baca juga:
Digunakan untuk Atasi Diare, Kenali Dulu Manfaat dan Efek Samping Obat Oralit Ini
Atasi Infeksi Saluran Kemih, Kenali Dulu Dosis dan Efek Samping Antibiotik Ciprofloxacin
Tak Usah Panik, Begini Cara Atasi Bintitan yang Kerap Dialami si Kecil