Hepatitis pada ibu hamil sering kali tidak disadari karena gejalanya yang terlihat samar-samar, bahkan bisa tidak muncul sama sekali. Lantas bagaimana jika ibu hamil sudah terdeteksi dengan hepatitis, bagaimana dampaknya pada kehamilan dan janin yang sedang dikandungnya?
Umumnya, seseorang bisa mengidap salah satu dari tiga jenis virus hepatitis yaitu A, B, dan C, namun jenis yang paling sering dialami ibu hamil adalah jenis hepatitis B dan C.
Perlu diketahui, Bun, hepatitis merupakan jenis infeksi yang dapat merusak organ hati secara serius. Dan jika terdeteksi pada ibu hamil, maka setelah melahirkan akan berisiko meneruskannya ke bayi.
Untuk memahami risiko masing-masing jenis hepatitis terhadap ibu hamil dan janin, simak ulasan berikut ini!
Jenis dan risiko hepatitis pada ibu hamil
1. Hepatitis C (HCV)
Jenis hepatitis ini menularkan virus melalui kontak dengan darah. Biasanya seseorang dapat terkontaminasi dengan virus karena berbagi jarum atau alat lain untuk menyuntikkan narkoba dan obat-obatan lain. HCV muncul pada semakin banyak wanita hamil, mungkin karena peningkatan tajam dalam heroin dan penyalahgunaan obat resep.
Bagaimana HCV memengaruhi janin
Satu dari 20 bayi yang lahir dari ibu dengan HCV berisiko tertular virus. Penularan ini bisa terjadi lewat beberapa cara, mulai di dalam rahim, saat melahirkan, atau setelah bayi lahir.
Penyakit ini biasanya tidak memengaruhi janin di dalam kandungan. Dan juga bayi yang telah lahir tidak bisa terinfeksi virus dari ASI, tetapi tanyakan kepada dokter bila mendapati puting pecah atau berdarah, karena virus menyebar melalui darah.
Tidak ada cara untuk mencegah virus menyebar ke bayi, dan ibu hamil dengan HCV bisa melahirkan normal, alias tanpa operasi caesar.
Gejala Hepatitis C
- Merasa sangat lelah
- Otot yang sakit
- Nyeri sendi
- Demam
- Mual atau nafsu makan buruk
- Sakit perut
- Kulit yang gatal
- Urin berwarna gelap
- Warna kuning pada kulit dan putih mata, disebut penyakit kuning.
Hepatitis B (HBV)
Seperti halnya hepatitis C, virus ini dapat menyebabkan infeksi serius yang merusak hati. Hepatitis pada ibu hamil dapat menularkan kedua virus ke bayi sebelum, selama, atau setelah persalinan pervaginam atau Caesar. Perbedaannya dengan hepatitis B adalah:
- Ibu hamil bisa mendapatkannya tidak hanya melalui darah, tetapi lebih kecil kemungkinannya melalui air mani, keputihan, air liur, dan cairan tubuh lainnya.
- Vaksin dapat mencegah infeksi HBV, dan sebagian besar bayi mendapatkannya saat lahir.
Dokter secara teratur memeriksa ibu hamil untuk itu.
- Jika ibu hamil terinfeksi, kemungkinan menularkannya kepada bayi jauh lebih tinggi daripada untuk hepatitis C. Apabila ibu hamil menderita hepatitis B dalam 6 bulan terakhir, apa yang dokter sebut infeksi akut, bayi memiliki 90 % peluang untuk mendapatkannya. Namun jika ibu hamil memiliki infeksi lebih lama, yang disebut hepatitis B kronis, peluang itu turun menjadi 10-20%.
Gejala hepatitis B:
Tanda dan gejala hepatitis B meliputi:
- Sakit perut
- Urin berwarna gelap
- Demam
- Nyeri sendi
- Kehilangan selera makan
- Mual dan muntah
- Kelemahan dan kelelahan
- Menguningnya kulit dan bagian putih mata Anda (jaundice)
Perawatan setelah melahirkan
Tidak ada obat untuk hepatitis B. Tetapi jika bayi baru lahir, bisa mendapatkan dosis pertama vaksin hepatitis B dan suntikan lain yang disebut globulin imun hepatitis B dalam waktu 12 jam, ia memiliki peluang lebih dari 90% untuk tidak pernah mendapatkan virus. Semua bayi secara rutin mendapatkan suntikan pertama. Tetapi mereka mendapatkan imunoglobulin hanya jika ibu memiliki atau diduga menderita HBV. Bayi itu juga membutuhkan dua dosis vaksin yang tersisa selama 6 bulan ke depan untuk mendapatkan perlindungan maksimal.
Hepatitis A (HAV)
Ini adalah bentuk hepatitis yang jauh lebih ringan daripada dua jenis lainnya. Tapi itu satu-satunya yang dapat menyebabkan masalah serius selama kehamilan.
Ibu hamil biasanya terkena hepatitis A dengan makan atau minum sesuatu yang pernah bersentuhan dengan kotoran orang yang terinfeksi, seperti melalui tangan kotor selama persiapan makanan. Kebanyakan orang sembuh sendiri tanpa perawatan. Jarang bagi ibu hamil untuk menularkan kepada anaknya.
Tetapi HAV dapat membuat ibu hamil melahirkan dini, terutama jika mendapatkan virus setelah trimester pertama. Hepatitis pada ibu hamil dapat menyebabkan komplikasi berbahaya lainnya, seperti menyebabkan plasenta terpisah dari rahim sebelum bayi siap untuk dilahirkan.
Hepatitis A lebih umum terjadi di tempat-tempat tanpa makanan dan air bersih dan dengan sistem sanitasi yang buruk. Jika ibu hamil atau memiliki usia subur, pertimbangkan untuk mendapatkan vaksin HAV sebelum mengunjungi daerah-daerah tersebut.
Jika sudah makan di restoran yang melaporkan wabah hepatitis A, temui dokter. Vaksin dapat membantu melindungi ibu hamil dan janin. Tetapi ibu hamil harus mendapatkannya dalam waktu 2 minggu setelah mendapatkan virus.
Baca juga:
Hepatitis A dan Hepatitis B, mana yang lebih berbahaya?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.