Istilah hamil kembar air mungkin sudah tidak asing bagi sebagian orang. Namun, untuk Anda yang baru pertama kali hamil mungkin masih merasa aneh dengan istilah tersebut.
Sebenarnya dalam dunia medis tidak ada istilah hamil kembar air. Karena hal ini merupakan kondisi di mana ibu hamil memiliki air ketuban yang berlebih.
Disebut dengan hamil kembar air karena akibat dari air ketuban yang sangat banyak sehingga membuat perut sangat besar seperti ukuran perut hamil kembar. Dalam dunia medis, kondisi tersebut dikenal dengan polihidramnion.
Dilansir dari laman American Pregnancy Association (APA), merujuk pada kebanyakan kasus, polihidramnion memang tidak berbahaya. Tetapi memang berpotensi menyebabkan komplikasi kehamilan yang serius.
Dalam situasi yang ringan, polihidramnion tidak menimbulkan gejala apa pun pada pasiennya. Sedangkan untuk polihidramnion sedang hingga berat menimbulkan beberapa gejala seperti sulit bernapas, pembengkakan vulva, produksi urine berkurang, sembelit, mual, perut terasa sesak, dan bengkak di beberapa bagian tubuh.
Artikel terkait : Bumil jangan lupa vaksin rubella, bila tidak ingin bayi lahir cacat
Penyebab hamil kembar air (polihidramnion/air ketuban berlebih)
Penyebab hamil kembar air yang perlu diketahui.
Umumnya, penyebab polihidramnion tidak dapat diketahui secara pasti. Polihidramnion ringan mungkin hanya disebabkan oleh penumpukan cairan ketuban secara bertahap selama kehamilan.
Selain itu, ada kemungkinan hamil kembar air ini bisa dipicu oleh beberapa faktor. Seperti gangguan kesehatan janin, ibu hamil yang memiliki riwayat diabetes, infeksi TORCH, perbedaan rhesus darah ibu dan janin, metabolisme tubuh ibu tidak normal, dan konsumsi narkoba serta alkohol.
Sedangkan menurut APA, kondisi polihidramnion sedang hingga berat pun dipengaruhi oleh faktor. Yakni sebagai berikut:
1. Cacat lahir atau cacat bawaan
Terkadang, kondisi polihidramnion adalah efek samping dari cacat lahir yang mengganggu kemampuan bayi untuk menelan. Saat berada di rahim, bayi akan menelan cairan ketuban dan kemudian mengeluarkannya, menjaga cairan ketuban pada tingkat yang stabil.
Sedangkan apabila bayi tidak dapat menelan karena cacat genetik, maka cairan ketuban akan menumpuk. Inilah yang bisa menyebabkan ibu hamil alami polihidramnion.
2. Ibu diabetes
Peningkatan kadar glukosa darah dapat menyebabkan penumpukan cairan ketuban yang berlebih. Komplikasi ini dapat terjadi dalam kasus di mana ibu menderita diabetes sebelum hamil atau menderita diabetes ketika hamil (diabetes gestasional).
Artikel terkait: Mengenal Diabetes Gestasional pada Ibu Hamil
3. Masalah dengan detak jantung bayi
Cacat jantung bawaan atau detak jantung bayi melemah karena kelebihan cairan ketuban bisa menyebabkan polihidramnion.
Risiko yang bisa terjadi bila ibu hamil kembar air
Apabila ibu hamil mengalami polihidramnion ringan hingga sedang, kemungkinannya masih dapat melahirkan hingga usia kandungan cukup bulan yaitu antara 39 hingga 40 minggu. Namun, berbeda dengan ibu hamil dengan polihidramnion berat.
Ibu hamil dengan kondisi tersebut berisiko mengalami persalinan prematur sekitar usia 37 minggu atau lebih muda. Tak hanya itu, komplikasi serius pun rawan terjadi pada ibu hamil polihidramnion berat.
Berikut ini adalah beberapa komplikasi akibat polihidramnion berat. Bunda harus waspada akan hal ini.
- Ketuban pecah dini.
- Plasenta (ari-ari) terlepas dari dinding rahim.
- Tali pusar janin keluar ke vagina.
- Persalinan caesar.
- Kematian janin dalam kandungan (keguguran).
- Perdarahan.
Untuk menghindari hamil kembar air, ibu hamil disarankan untuk sering konsultasi atau bertanya pada dokter kandungan mengenai kondisi kandungan. Sehingga dokter dapat memantau bagaimana kesehatan dan perkembangan janin setiap bulannya.
Baca juga :
12 Komplikasi Kehamilan Kembar yang Perlu Parents Waspadai
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.