Kehamilan merupakan suatu anugerah luar biasa pada setiap perempuan yang telah menikah, tapi apa jadinya jika Anda hamil di usia muda? Hamil di usia muda bisa dianggap cukup berbahaya jika Anda berusia di bawah 20 tahun.
Berdasarkan data WHO, sekitar 16 juta wanita usia 15-19 tahun melahirkan anak setiap tahun, angkanya mencapai sekitar 11% dari keseluruhan kelahiran di dunia. Jumlah ini cukup besar dengan risiko yang besar juga.
Meskipun Anda merasa siap hamil di usia 20 tahun, tapi ketahuilah bahwa hamil di usia muda memiliki banyak risiko. Beragam risiko tersebut pun tentunya akan memengaruhi kesehatan ibu hamil dan janin yang dikandungnya.
Risiko kesehatan hamil di usia muda yang harus diwaspadai
Dilansir dari situs Healthline, hamil di usia remaja memiliki peluang lebih tinggi untuk menderita anemia atau pengurangan jumlah sel darah merah. Kondisi ini akhirnya membuat ibu hamil cepat merasa lelah hingga dapat memengaruhi perkembangan janin.
Risiko lain yang akan dialami yaitu melahirkan bayi prematur. Apabila kehamilan sehat umumnya berlangsung selama 40 minggu, tapi jika hamil di usia muda, maka kemungkinannya sangat besar ibu hamil melahirkan sebelum usia kandungan 37 minggu.
Akibatnya, tumbuh kembang otak, fisik dan organ janin belum sempurna. Bahkan, efek jangka panjang dari kelahiran prematur yaitu akan membuat bayi mengalami gangguan kesehatan dan dan masalah tumbuh kembang seumur hidupnya.
Bayi prematur yang lahir dari seorang ibu yang masih remaja pun cenderung memiliki berat badan kurang. Dengan begitu, bayi mungkin mengalami kesulitan bernapas dan menyusu seperti bayi normal lainnya.
Tak hanya itu, bayi lahir dengan berat badan kurang juga lebih rentan terhadap penyakit saat usianya beranjak dewasa. Misalnya, ia akan mudah mengidap penyakit diabetes dan jantung.
Parahnya, bayi yang lahir dari ibu remaja juga memiliki risiko kematian dini yang lebih tinggi. Sungguh kondisi yang sangat tidak diinginkan, bukan?
Tanggapan dokter mengenai kehamilan dini
Menurut Dr. dr. Ali Sungkar, SpOG (K) selaku dokter Obstetri dan Ginekologi, kehamilan di usia muda dapat memicu stres dan kondisi buruk lain. Pasalnya, para remaja belum memiliki organ yang matang, meskipun untuk organ reproduksi memang sudah siap.
“Kalau dilihat dari BMI, remaja itu hanya sekitar 17, karena umumnya mereka kurus-kurus, sehingga dia butuh kenaikan berat yang tinggi atau artinya mereka memiliki nutrisi yang kurang. Akibatnya akan memiliki risiko tinggi preeklamsia,” jelas Ali saat ditemui di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan.
“Sistem reproduksi memang siap, artinya wanita yang sudah menstruasi itu bisa hamil. Akan tetapi, secara keseluruhan ada yang dinamakan jendela terbaik untuk hamil. Sebenarnya waktu terbaik wanita untuk hamil yaitu usia 25 hingga 35 tahun,” imbuhnya menjelaskan.
Alasannya, karena usia 25-35 tahun adalah usia ‘matang’ bagi wanita, baik secara fisik maupun mental. Wanita di antara usia tersebut pun memiliki kematangan emosi yang lebih baik, sehingga dapat mengurangi risiko stres yang dapat terjadi saat hamil.
“Kehamilan di usia remaja tidak dianjurkan, atau kalau bisa dipersiapkan nikahnya itu pada usia berapa, tentunya yang bukan usia remaja. Sebab, sering kali kehamilan dini adalah kehamilan yang tidak diinginkan, itu berbahaya,” ungkap Ali.
Setelah mengetahui apa saja risiko yang akan terjadi pada kehamilan remaja, oleh karena itu hindarilah hamil di bawah usia 20 tahun. Seperti yang dikatakan oleh dokter Ali, menikahlah pada usia dewasa, bukan remaja, sehingga dapat menghindari hamil di usia muda.
***
Anda juga bisa bergabung dengan jutaan ibu lainnya di aplikasi theAsianparent, untuk berinteraksi dan saling berbagi informasi terkait kehamilan, menyusui, dan perkembangan bayi dengan cara klik gambar di bawah ini.
Baca juga :
Melahirkan Usia Muda di 18 Tahun
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.