Apakah mungkin penyakit infeksi seksual gonore pada bayi bisa terjadi? Jika iya, bagaimana proses penularannya? Berikut ini penjelasan lengkap mengenai gonore pada bayi. Sila disimak, ya, Bunda!
Apa Itu Penyakit Gonore?
Gonore adalah infeksi menular seksual (IMS) atau gonokokal yang disebabkan oleh bakteri yang bernama bakteri Neisseria gonorrhoeae (N. gonorrhoeae). Penyakit ini dapat menginfeksi laki-laki dan perempuan.
Gonore paling sering memengaruhi uretra, rektum atau tenggorokan. Pada perempuan, gonore juga dapat menginfeksi leher rahim. Penyebarannya paling sering melalui seks vaginal, oral atau anal.
Artikel terkait: Cegah Penyakit Menular Seksual, Cukupkah dengan Setia pada Pasangan?
Penyebab dan Risiko Tertular Gonore
Adapun yang berisiko tertular gonore adalah perempuan yang aktif secara seksual dan berusia di bawah usia 25 tahun. Pun pria yang berhubungan seks dengan pria lain (hubungan sejenis).
Faktor lain yang dapat meningkatkan risiko termasuk:
- Memiliki pasangan seks baru
- Memiliki pasangan seks yang memiliki pasangan lain
- Punya lebih dari satu pasangan seks
- Pernah menderita gonore atau infeksi menular seksual lainnya
Di Amerika Serikat sendiri, menurut Healthy Children, gonore juga sering terjadi pada remaja berusia 15 hingga 19 tahun. Bayi baru lahir juga bisa terinfeksi saat proses persalinan, di mana penularannya melalui ibu yang juga mengidap bakteri N. gonorrhoeae.
Apabila terjadi pada balita dan anak usia sebelum pubertas, umumnya infeksi ditularkan akibat dari pelecehan seksual yang dialami anak –pelaku pelecehan seksual terinfeksi penyakit bakteri ini.
Proses Penularan Gonore pada Bayi
Bakteri gonore paling sering ditularkan dari satu orang ke orang lain selama melakukan kontak seksual, termasuk hubungan oral, anal atau vagina.
Pada bayi, infeksi gonore pada bayi rentan terjadi akibat pajanan perinatal pada serviks ibu yang terinfeksi. Setelah itu, bakteri bermanifestasi di tubuh bayi 2-5 hari setelah ia dilahirkan.
Prevalensi infeksi pada bayi tergantung pada prevalensi infeksi pada ibu juga. Apakah ibu sudah melakukan skrining sebelumnya, dan apakah ibu sudah diobati sebelum dan selama kehamilan?
Jadi ada baiknya, pada perempuan yang memiliki infeksi bakteri ini dan ingin memiliki anak, melakukan skrining prenatal dan pengobatan terlebih dahulu. Ini sebagai bentuk upaya untuk pencegahan penularan bakteri N. gonorrhoeae dari ibu pada calon bayinya nanti.
Gejala Gonore pada Bayi
Dalam banyak kasus, infeksi gonore tidak menimbulkan gejala. Kalaupun ada, gejalanya tidak hanya memengaruhi alat genital, tetapi juga memengaruhi banyak tempat di tubuh pengidapnya. Umumnya yang kerap merasakan gejala adalah pasien pria, sedangkan pada perempuan sering kali tanpa gejala.
Gejala di Alat Genital
Gejala gonore pada pria meliputi:
- Keluarnya cairan seperti nanah dari ujung penis
- Sakit atau nyeri di bagian penis, seperti di salah satu testis
- Ada sensasi terbakar saat buang air kecil
Tanda dan gejala infeksi gonore pada perempuan antara lain:
- Peningkatan keputihan
- Nyeri atau rasa terbakar saat buang air kecil
- Perdarahan vagina di antara periode, seperti setelah berhubungan seksual
- Sakit perut atau panggul
- Keluarnya cairan kuning atau berdarah dari vagina
Ketika infeksi terjadi pada bayi baru lahir, tanda yang paling sering muncul adalah infeksi mata yang parah.
Gejala di Area Tubuh Lain
Sementara itu, gejala gonore juga dapat memengaruhi bagian-bagian tubuh berikut, seperti melansir dari Mayo Clinic:
- Tanda dan gejala termasuk gatal pada dubur, keluarnya cairan seperti nanah dari rektum, bintik-bintik darah merah terang pada tisu toilet dan harus mengejan saat buang air besar.
- Gonore yang memengaruhi mata dapat menyebabkan sakit mata, kepekaan terhadap cahaya, dan keluarnya cairan seperti nanah dari satu atau kedua mata.
- Tanda dan gejala infeksi tenggorokan mungkin termasuk sakit tenggorokan dan pembengkakan kelenjar getah bening di leher.
- Jika satu atau lebih sendi terinfeksi oleh bakteri (artritis septik), sendi yang terkena mungkin terasa hangat, merah, bengkak dan sangat nyeri, terutama saat bergerak.
Artikel terkait: 10 Penyakit Menular Seksual Beserta Gejala dan Penyebabnya, Yuk Waspada!
Komplikasi Gonore
Manifestasi infeksi N. gonorrhoeae yang paling parah pada bayi adalah ophtalmia neonatorum dan sepsis, yang dapat mencakup artritis dan meningitis. Sementara manifestasi yang tidak terlalu serius di antaranya adalah rhinitis, vaginitis, uretritis, dan infeksi kulit kepala di tempat pemantauan janin sebelumnya.
Ophtalmia Neonatorum disebut juga radang konjungtiva. Konjungtiva adalah selaput bening yang menutupi bagian puting mata. Dan bila selaput itu meradang, bisa menyebabkan perforasi (lubang) bola mata dan kebutaan pada bayi.
Meski terkadang perempuan tidak merasakan gejala apa pun, mereka tetap berisiko mengalami komplikasi seperti penyakit radang panggul (pelvic inflammatory disease/PID), yang memengaruhi rahim, ovarium, dan saluran tuba dan dapat menyebabkan jaringan parut pada tuba, infertilitas atau kehamilan ektopik.
Dan pada laki-laki, komplikasi yang paling umum disebut epididimitis, yaitu peradangan pada tabung melingkar yang membentang di sepanjang bagian belakang testis di mana saluran sperma berada (epididimis). Bila epididimitis tidak diobati bisa menyebabkan infertilitas.
Komplikasi Lain
- Bakteri yang menyebabkan gonore juga dapat menyebar melalui aliran darah dan menginfeksi bagian lain dari tubuh, termasuk persendian. Demam, ruam, luka kulit, nyeri sendi, pembengkakan dan kekakuan adalah gejala yang mungkin terjadi.
- Gonore menjadikan penderitanya rentan terhadap infeksi human immunodeficiency virus (HIV), virus yang menyebabkan AIDS.
Diagnosis Gonore pada Bayi
Sejumlah tes laboratorium, menurut Healthy Children, dapat dilakukan untuk mendiagnosis gonore oleh dokter anak. Tes laboratorium ini meliputi:
- Sampel cairan dari serviks ibu atau penis anak (serta ayah) dan mengujinya di laboratorium.
- Tes urine juga bisa dilakukan pada ibu dan bayi.
- Tes cairan mata jika bayi baru lahir mengeluarkan cairan dari matanya. Pemeriksaan menggunakan mikroskopis dan kultur.
Ketika gonore didiagnosis, pasien harus diuji untuk IMS lain seperti sifilis, HIV, infeksi klamidia, atau hepatitis B. Bahkan, infeksi gonore dan klamidia biasanya sering terjadi di saat bersamaan. Tidak hanya ibu dan bayi, pasangan seksual dari orang yang terinfeksi (dalam hal ini ayah si bayi) juga harus diuji untuk IMS.
Kapan Harus Menghubungi Dokter Anak?
Jika bayi Anda yang baru lahir mengeluarkan cairan dari mata, segeralah memeriksakannya ke dokter anak. Gonore memiliki gejala yang mirip dengan IMS lainnya sehingga diagnosis yang akurat sangat penting.
Begitu juga dengan Anda, bila mengalami tanda atau gejala seperti yang dijelaskan di atas, segera periksakan diri Anda ke dokter kulit dan kelamin.
Artikel terkait: Waspada! 4 Penyakit menular seksual baru kembali ditemukan
Perawatan dan Pengobatan Gonore pada Bayi
Gonore dapat diobati dengan antibiotik seperti obat oral dosis tinggi tunggal yang disebut sefalosporin atau fluorokuinolon atau suntikan tunggal ceftriaxone.
Berikut dosis yang direkomendasikan Centers for Disease Control and Prevention (CDC):
Obat Ceftriaxone 25-50 mg/kg berat badan IV atau IM dalam dosis tunggal, tidak melebihi 250 mg.
Satu dosis Ceftriaxone adalah terapi yang memadai untuk kasus ophtalmia gonokokal. Ceftriaxone juga harus diberikan dengan hati-hati pada bayi dengan hiperbilirubinemia, terutama yang lahir prematur.
Cefotaxime 100 mg/kg berat badan IV atau IM sebagai dosis tunggal dapat diberikan untuk neonatus yang tidak dapat menerima Ceftriaxone karena pemberian kalsium IV secara simultan.
Pencegahan Gonore pada Bayi
Untuk mencegah atau mengurangi risiko penularan gonore pada bayi, Anda juga harus melakukan upaya ini:
- Gunakan kondom saat berhubungan seks. Tidak melakukan hubungan seks adalah cara paling pasti untuk mencegah gonore. Namun, jika Anda memilih untuk berhubungan seks, gunakan kondom selama semua jenis kontak seksual, termasuk seks anal, seks oral, atau seks vaginal.
- Batasi jumlah pasangan seks Anda. Berada dalam hubungan monogami di mana tidak ada pasangan yang berhubungan seks dengan orang lain dapat menurunkan risiko.
- Pastikan Anda dan pasangan menjalani tes infeksi menular seksual.
- Jangan berhubungan seks dengan seseorang yang tampaknya memiliki gejala seperti rasa terbakar saat buang air kecil atau ruam atau luka genital.
- Pertimbangkan untuk melakukan skrining gonore secara teratur. Skrining tahunan direkomendasikan untuk perempuan yang aktif secara seksual di bawah usia 25 tahun dan untuk perempuan yang lebih tua dengan peningkatan risiko infeksi.
- Melakukan pengobatan selama hamil, terutama di 3 bulan pertama kehamilan, trimester ketiga, dan pada saat akan melahirkan.
- Skrining rutin juga dianjurkan untuk pria yang berhubungan seks dengan pria, serta pasangannya.
- Segera setelah lahir, bayi secara rutin diberikan salep tetrasiklin atau eritromisin di mata mereka untuk melindungi mereka dari infeksi gonore
Dokter yang merawat ibu dan bayi baru lahir harus berkomunikasi untuk memastikan tindak lanjut dari hasil tes laboratorium yang dilakukan saat persalinan. Jika positif, segera lakukan pengobatan yang tepat untuk bayi baru lahir dan ibu.
***
Demikianlah Bunda penjelasan lengkap mengenai gonore pada bayi. Semoga artikel ini bermanfaat.
Baca juga:
8 Penyakit Ini Mengintai Anda yang Kerap Lakukan Oral Seks, Hati-Hati!
Viral Friends with Benefit: Jangan Gegabah, Ini Risiko Hubungan Seks Tidak Aman!
Sangat Menular! Kenali Chancroid, Salah Satu Infeksi Menular Seksual
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.