Bumi semakin hari semakin bertambah tua. Sudah tiba saatnya untuk kita melakukan perubahan gaya hidup menjadi lebih ramah lingkungan. Langkah ini tentunya juga baik untuk diri kita sendiri pribadi dan orang lain di sekitar. Gaya hidup ramah lingkungan bisa diterapkan mulai dari rumah.
Rara Sekar, kakak dari penyanyi Isyana Sarasvati pun turut berbagi mengenai gaya hidupnya yang lebih selaras dengan alam di acara virtual Sustainable Lifestyle Is Our New Normal dari Re.juve sebagai bagian dari peluncuran kampanye Re.juve Cares.
Perempuan yang berprofesi sebagai musisi dan peneliti ini telah memulai gaya hidup ramah lingkungan sejak beberapa tahun yang lalu.
“Gaya hidup seperti ini sendiri tak bisa langsung muncul, agak sulit ketika kita sudah dewasa dan ingin mengubah habit atau kebiasaan sejak kecil. Seperti kita tak terbiasa memilah sampah dan sebagainya,” ungkapnya.
Oleh karena itu Rara mengungkapkan pentingnya menanamkan konsep gaya hidup ramah lingkungan sedari kecil kepada anak-anak kita.
Penasaran seperti apa gaya hidup ramah lingkungan yang dijalani Rara? Berikut adalah beberapa hal yang dilakukannya dan tentu bisa kita contek bersama keluarga di rumah untuk hidup dengna lebih baik.
4 Gaya Hidup Ramah Lingkungan ala Rara Sekar
1. Menerapkan Konsep 8R
Sampai saat ini Rara masih terus bereksperimen untuk menemukan gaya hidup ramah lingkungan yang berasal dari rumahnya. Perempuan berusia 30 tahun itu pun menerapkan konsep 8R untuk kehidupannya.
“Ada prinsip 3R tuh, Reduce Reuse Recycle yang standar. Tapi aku suka dengan prinsip 8R karena lebih holistik dan reflektif untuk kita semua sebagai konsumen.” Rara menjelaskan alasannya menerapkan prinsip 8R.
Prinsip 8R sendiri terdiri dari sebagai berikut:
- Rethink, yaitu memikirkan kembali gaya hidup, melihat sekitar, apa yang sebenarnya benar-benar dibutuhkan dan apa yang hanya diinginkan.
- Refuse, menolak produk atau kebiasaan yang tidak bijak pada alam. Katakan tidak pada sesuatu yang bisa berdampak buruk.
- Reduce, mengurangi konsumsi produk yang dapat berdampak buruk pada lingkungan, misalnya pmengurangi penggunaan bubble wrap dalam packaging produk yang dibeli secara online.
- Repair, memilih untuk memperbaiki sesuatu yang rusak daripada membeli yang baru.
- Reuse, gunakan kembali kemasan dari produk yang dibeli dan manfaatkan semaksimal mungkin
- Rot, atau pengomposan (composting) adalah tindakan mengubah limbah makanan dan bahan organik lainnya menjadi nutrisi untuk tanah.
- Repurpose, kurang lebih sama dengan reuse, temukanlah manfaat lain dari sampah rumah tangga yang sebelumnya hendak dibuang begitu saja.
- Recycle, proses daur ulang sampah menjadi produk yang baru
2. Memilah Sampah Rumah Tangga
Di rumahnya sendiri, Rara memilah sampah berdasarkan kategorinya. Ia memiliki tempat khusus misalnya untuk sampah organik yang berasal dari sisa makanan atau sisa memasak. Untuk memudahkan, Rara menaruh tempat sampah organik tersebut di samping wastafel untuk cuci piring.
“Di komplek saya ada Banana Circle, itu adalah lahan yang dibuat semacam lubang. Di sekitar lubang ditanami pisang. Tanaman pisang bisa mendekompos sampah organik dengan lebih cepat. Satu komplek bisa panen kompos setiap hari,” ceritanya.
Selain sampah organik, Rara juga memisahkan sampah lain seperti gelas, kaca, kertas, botol plastik, dan bahan yang bisa didaur ulang.
“Plastik, kaca, apapun yang saya rasa bisa digunakan lagi. Misalnya menanam benih atau membuat karya apapun, itu saya simpan.” Rara berkata.
3. Home Gardening dan Home Composting, Gaya Hidup Ramah Lingkungan Rara Sekar
Rara dan suaminya pun berkebun di rumah, menanam berbagai macam bahan pangan yang mudah ditanam di rumah seperti wortel dan selada. Biasanya mereka memanen hasilnya setiap minggu dan bisa digunakan untuk konsumsi sehari-hari.
“Sebenarnya berkebun itu lagi rame saat pandemi, ya. Dengan berkebun kita bisa mengembalikan pengetahuan kita terhadap alam dan bagaimana makanan berasal,” ia berujar.
Bagi Rara, dalam berkebun tanah yang sehat juga harus diperhatikan.
“Saya dan suami paling senang merawat tanah, tanah yang sehat akan menghasilkan tanaman yang sehat pula. Akan menghasilkan nutrisi yang lebih sehat lagi,” ungkapnya.
Salah satu caranya untuk memperbaiki kualitas tanah adalah menggunakan pupuk kompos yang digunakan untuk merawat tanah kebun tanamannya.
“Saya membuat double bin untuk home composting. Sampah orgnaik yang masih segar dimasukkan ke bin pertama lalu setiap seminggu sekali diayak agar udara masuk. Saat panen dipindahkan ke bin sebelahnya.” ia menjelaskan.
4. Memilih Produk yang Bertanggung Jawab Kepada Lingkungan
Selain melakukan pemilahan sampah dan berkebun, perempuan yang bertempat tinggal di Bogor ini menekankan pentingnya untuk memilih produk yang bertanggung jawab kepada lingkungan.
“Dibutuhkan pemerintahan maupun bisnis yang melihat pentingnya isu sampah dan terbuka untuk mengubah pendekatannya terhadap produksi dan sampah,” ia menulis dalam presentasinya.
Salah satu produk yang dikonsumsi oleh Rara adalah Re.juve, produk cold-pressed juice yang mendukung gaya hidup berkelanjutan (sustainable lifestyle). Kekhawatiran akan semakin mendesaknya mengenai persoalan sampah,
Re.juve berkolaborasi dengan KOMPIS, salah satu bank sampah di Jakarta untuk mengolah sampah buah dan sayuran sisa produksi menjadi pakan ternak berkualitas tinggi. Kemasannya juga menggunakan plastik Recycled PET yang aman untuk makanan dan minuman dan dapat didaur ulang agar tidak menjadi penumpukan sampah plastik.
Selama Pandemi, sampah plastik sendiri meningkat sebanyak 2 kali lipat, yaitu 5 hingga 10gram per orang setiap harinya. Jika tidak dimulai dari kita sendiri, maka masalah penumpukan sampah tidak akan pernah terselesaikan.
Yuk, hidup dengan lebih baik mulai dari rumah sendiri. Hal sederhana seperti memilah sampah dan memanfaatkan kembali sampah rumah tangga bisa berdampak untuk lingkungan dalam jangka panjang.
Apakah Parents sekeluarga sudah menerapkan gaya hidup sehat sekaligus ramah lingkungan dan menularkan kebiasaan ini pada si kecil?
Baca Juga:
Sayangi bumi dengan membuat pupuk kompos dari sampah rumah tangga, begini caranya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.