Mau Resign karena Tak Tahan dengan Teman Toxic? Perhatikan Ini Dulu!

Apa iya harus mengalah kemudian memutuskan resign?

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Terbayang tidak jika di kantor memiliki teman toxic karena dirinya memiliki gangguan kepribadian narsistik?

Sikapnya yang selalu ingin menjadi ‘matahari’ dan menghalalkan segala cara untuk kepentingan diri sendiri tentu saja bisa bikin rasa tidak nyaman. Alih-alih bisa produktif bekerja, perasaan yang muncul justru keinginan untuk resign.

Setidaknya hal inilah yang dirasakan Nourma, perempuan yang bekerja di salah satu agency ini sedang merasa bimbang. Ruang di kepala seakan-akan dipenuhi dengan kalimat tanya, “Apakah saya harus resign karena sudah merasa tidak nyaman? Atau tetap bertahan meskipun sehari-hari harus berhadapan dengan rekan kerja yang membuat merasa ‘terhimpit?”

Berada dalam kondisi ini tentu bukan perkara yang mudah. Terlebih lagi jika harus bertemu setiap waktu. Pertanyaannya, apa iya harus mengalah dan memilih langkah ini?

Artikel Terkait: Berencana Berhenti Kerja? Pertimbangkan Dulu 7 Hal Berikut sebelum Memutuskan Resign

Gangguan Kepribadian Narsistik Tidak Sama dengan Narsis

Berbicara tentang gangguan kepribadian narsistik, dr. Santi Yuliani, Sp.KJ, M.Sc, mengingatkan bahwa  seseorang yang senang tampil atau narsis belum tentu memiliki gangguan kepribadian narsistik. 

“Kalau orang yang senang tampil, tentu saja belum tentu memiliki gangguan kepribadian narsistik. Jangan salah persepsi, ya,” terangnya.

Dijelaskan dr. Santi, istilah narsistik diambil dari nama Narsisius, orang dari Yunani yang amat menyukai dan mengagumi dirinya sendiri. Semua bermula pada saat dirinya terpesona dan menyukai pantulan dirinya di atas air.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

“Nah, sosoknya ini akhirnya terkenal hingga jadi istilah jadi narsistik,” ungkap dr. Santi lagi.

Lebih lanjut, dokter spesialis kedokteran jiwa di RS Jiwa Prof. DR. Soerojo Magelang ini menjelaskan sifat narsistik ini bisa diartikan sebagai rasa bangga akan dirinya sendiri. Namun, orang lain tidak boleh melebihi dirinya.

Orang dengan gangguan kepribadian narsistik bahkan akan menggunakan metode apa pun untuk bisa memenangkan dirinya sehingga ia bisa menguasai ‘panggung’.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

“Sifat narsis ini, kalau sudah sampai mengganggu, maka sudah bisa dikatakan disorder,” tambah dr. Santi.

Ada beberapa ciri yang umumnya bisa dilihat dari orang yang memiliki gangguan kepribadian narsistik. Dengan mengetahui ciri-ciri, diharapkan kita bisa mengambil langkah yang tepat. 

Artikel Terkait: 10 Jenis Gangguan Kepribadian dan Gejalanya, Parents Perlu Tahu!

Ciri Orang dengan Gangguan Kepribadian Narsistik

1. Menghalalkan Segala Cara 

Dijelaskan dr. Santi, ciri pertama adalah mereka pada umumnya bisa melakukan apa saja untuk mendapat apa yang diinginkan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

“Ciri utamanya, gangguan kepribadian narsistik akan melakukan apa pun untuk mendapatkan apa yang mereka mau. Mereka juga selalu menganggap segalanya adalah kompetisi yang harus ia menangkan.”

2. Sulit untuk Minta Maaf 

Selanjutnya, orang dengan kepribadian narsistik biasanya suka sulit minta maaf.

“Kemudian, orang yang memiliki gangguan kepribadian narsistik tidak mau meminta maaf, meskipun sebenarnya dia sudah merasa salah. Kenapa bisa seperti ini, karena ia merasa terlalu tinggi. Mereka juga akhirnya mengambil  peran sebagai korban.”

3. Mengeklaim Pekerjaan atau Ide

Di lingkungan pekerjaan, sisi lain yang diperlihatkan rekan kerja dengan gangguan kepribadian seperti ini, mereka sering kali mengakui ide atau pun pekerjaan atas nama dirinya. 

“Di rapat, temannya diminta untuk mengumpulkan ide-ide, lalu dia akan menyampaikan ke atasan bahwa ide tersebut datang dari pikirannya. Ini juga tentu perlu diwaspadai. Jika sudah seperti ini, tidak ada salahnya batasi diskusi ide.” 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

4. Membuat Korban Merasa Bersalah

Orang dengan gangguan narsisktik acap kali membuat kita sebagai korban merasa bersalah. Misalnya dengan melakukan silent treatment. Hal ini akhirnya memunculkan tanda tanya pada diri korban, “Apakah dalam hal ini saya yang salah?”. Perasaan ini muncul karena seseorang dengan gangguan kepribadian seperti ini akan bersikap manipulatif.

5. Mencari Simpati dari Orang Lain

“Selain itu, orang dengan gangguan kepribadian narsistik akan mengambil simpati orang untuk mendapatkan dukungan,  Teman atau seseorang yang menjadi korbannya justru dianggap  sebagai pelaku.”

“Oleh karena itu, ketika berhadapan dengan seseorang yang memiliki gangguan kepribadian narsistik, para korbannya justru akan mempertanyakan dirinya sendiri. ‘Memang salah saya, ya? Salah saya di mana?’. Hal ini dikarenakan orang yang memiliki gangguan kepribadian narsistik sangat manipulatif. Dirinya mampu membuat diri kita merasa bersalah.”

Ditambahkan dr. Santi, “Kalau memang melihat ciri-ciri di atas pada diri sendiri, ya tidak apa-apa. Tapi cobalah cari bantuan. Kadang, orang dengan gangguan kepribadian seperti ini termasuk orang toxic, tidak sadar kalau dirinya toxic.”

Yang Perlu Dilakukan Saat Bertemu Orang Berkepribadian Narsistik

Saat bertemu dan berhadapan dengan rekan kerja yang memiliki gangguan kepribadian narsistik, apa yang perlu dilakukan? Dalam hal ini dr. Santi memberikan beberapa saran. 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

1. Tidak perlu buang waktu untuk berdebat

Seseorang dengan gangguan narsisitik akan selalu ingin menang. Kalau sudah begini, tidak usah berdebat panjang dengan mereka karena kita tidak pernah bisa memenangkan argumentasi.

2. Batasi jarak aman

Bukan karena kita mengalah atau takut, tetapi lebih karena orang narsistik akan selalu berusaha memenangkan argumentasinya. Bahkan dia akan memutar balikan segalanya. 

3. Libatkan pihak-3

Jangan hanya diskusi berdua, harus ada saksi. Kenapa? Karena orang dengan gangguan kepribadian ini akan manipulatif dan bisa melakukan hal apa pun untuk mendapatkan keinginannya. Jika tidak bisa berkomunikasi sendiri, minta bantuan orang lain. Misalnya atasan, sehingga bisa membantu menyelesaikan masalah yang muncul.

“Orang dengan gangguan kepribadian seperti ini justru akan merasa atau mengatakan pada orang lain bahwa dirinya dibully, disakiti, atau  bahkan banyak yang telah membohonginya. Dia mampu mengatakan apa saja untuk get attraction dari orang di sekitarnya supaya bisa menarik simpati orang lain. Semua akan dipelintir,” jelas dr. Santi lagi. 

Baca Juga: Sering Merasa Asing dan Tidak kompeten? Mungkin Anda Mengalami Hal Ini

Gangguan Kepribadian Narsistik Merugikan dan Toxic

Berhadapan dengan seseorang yang memiliki gangguan kepribadian narsistik tentu saja bisa menimbulkan rasa tidak nyaman. Tak terkecuali di lingkungan pekerjaan.

“Banyak yang bertanya dan konsultasi ke saya, ‘Apa saya resign saja ya, dok? Saya sudah nggak kuat menghadapinya.’ Kalau sudah begini, pikirkan lebih dulu, manfaat apa jika resign. Apa risiko yang bisa muncul. Apakah demi orang  ini harus lalu resign? Padahal menghadapi orang dengan gangguan kepribadian sebenarnya bisa dikendalikan.”

Dokter Santi mengingatkan, setelah bisa menyelesaikan konflik, tidak perlu overthinking atas apa yang dikatakan.

“Karena setiap apa yang dikatakannya, itu bentuk manipulasi atau strategi untuk membuat diri kita merasa bersalah. Di lingkungan luar pekerjaan, misalnya hubungan pernikahan ini bisa jadi sangat toxic. Misalnya saat  terjadi perselingkuhkan, pelaku justru sering kali membuat bersalah para korbannya,” pungkas dr Santi. 

Menghadapi orang dengan gangguan kepribadian ini di kantor tentu tidaklah mudah. Namun, seperti penjelasan dr Santi, hal ini bisa dikendalikan. Maka itu, sebelum memutuskan resign karena bertemu rekan kerja narsistik, sebaiknya dipikirkan secara matang terlebih dulu dan tidak ada salahnya berdiskusi dengan orang ketiga seperti atasan. Semoga bermanfaat!

***

Baca Juga:

Jangan Asal Pilih, Ini 3 Jenis Tes Kesehatan Mental dengan Hasil Akurat

id.theasianparent.com/pandemi-covid-19-sebabkan-masalah-kesehatan-jiwa-meningkat-2-kali-lipat

id.theasianparent.com/cara-menyembuhkan-luka-hati