Pandemi Covid-19 yang sempat menlanda dunia 2 tahun terakhir ternyata menimbulkan banyak masalah. Salah satunya yaitu masalah kesehatan jiwa masyarakat luas tak terkecuali di Indonesia.
Hal ini diungkapkan langsung oleh Direktur Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI drg. Vensya Sitohang pada konfersi pers di Hotel Conrad, Bali. Ia mengatakan bahwa sebagian orang mengalami gangguan mental neurologi dan juga penggunaan zat selama pandemi COVID-19.
“Kondisi pandemi (COVID-19) memperparah ataupun semakin mempengaruhi kesehatan jiwa,” ujarnya pada konferensi pers di Hotel Conrad, Bali.
Kemudian ia turut menyebutkan bahwa angka prevalensi meningkat sampai 2 kali lipat dibandingkan kondisi saat sebelum pandemi COVID-19.
Ditemui dalam kesempatan yang sama, psikiater dr Hervita Diatri, SpKJ (K), turut menjelaskan beberapa kelompok yang terpapar gangguan jiwa selama pandemi COVID-19. Kelompok ini terbagi menjadi 4 kelompok dan masing-masing memiliki penatalaksanaan berbeda.
1. Kelompok Orang Normal
Kelompok pertama mereka yang sebenarnya normal atau tidak memiliki masalah kesehatan jiwa, kemudian memiliki masalah sampai mengalami gangguan jiwa akibat pandemi COVID-19.
2. Kelompok Orang yang Memiliki Masalah Kesehatan Jiwa
Kelompok kedua adalah mereka yang sudah mengalami masalah kesehatan jiwa dan diperparah akibat pandemi COVID-19.
Contohnya, mereka yang mengalami kekerasan di rumah tangga. Akibat pandemi COVID-19, korban harus berdekatan dengan pelaku di rumah tangga yang berakibat pada masalah gangguan jiwa menjadi lebih besar.
3. Kelompok Orang yang Kesulitan Mengakses Layanan Kesehatan
Kelompok ketiga, mereka yang sudah memiliki masalah kesehatan jiwa tetapi kesulitan mengakses layanan kesehatan akibat pandemi COVID-19.
Kondisi tersebut akhirnya membuat pasien merasa cemas akibat kesulitan mengakses pengobatan yang ingin didapatkannya saat sakit.
4. Kelompok Orang yang kesulitan mengakses asupan oksigen
Kelompok terakhir ini ialah mereka yang memiliki gangguan jiwa akibat kesulitan mengakses asupan oksigen terutama saat puncak pandemi Covid yang melanda Tanah air yaitu pada Juli 2021 lalu.
Ketika gelombang kedua pandemi COVID-19 menerpa, oksigen menjadi langka dan sementara asupan oksigen ke otak itu berkurang. kekurangan oksigen inilah yang disinyalir menyebabkan masalh kesehatan jiwa bahkan kondisi ini bisa saja menyebabkan gangguan jiwa yang menetap.
Artikel Terkait: 4 Kiat Berbagi Peran dalam Keluarga untuk Jaga Kesehatan Jiwa Selama Pandemi
Peningkatan Angka Bunuh Diri Selama Pandemi
Sumber: Pexels
Fakta lain yang diungkapkan oleh dr Hervita yaitu mengenai angka bunuh diri. Angka bunuh diri berkaitan dengan peningkatan masalah kesehatan jiwa selama pandemi Covid-19. Kondisi masalah kesehatan jiwa ini turut berdampak pada meningkatnya angka pemikiran orang untuk mengakhiri hidup.
“Masalah bunuh diri sebagai contoh, di 5 bulan awal pandemi COVID-19 datang. Survey mengatakan bahwa 1 dari 5 orang di Indonesia usia 15 sampai 29 tahun terpikir untuk mengakhiri hidup. Selanjutnya 1 tahun pasca pandemi oleh survei yang berbeda didapatkan data 2 dari 5 orang memikirkan untuk bunuh diri,” ungkap dr Hervita.
“Dan sekarang di tahun awal 2022 itu sekitar 1 dari 2 orang yang memikirkan untuk mengakhiri hidup.” tambahnya.
Kemenkes ASEAN Proritaskan Promosi Kesehatan Jiwa
Sumber: Pexels
Sepakat ingin mengatasi masalah kesehatan jiwa, SEAN plus Three Leader (Republik Rakyat Tiongkok, Jepang, dan Korea) mengungkapkan bahwa salah satu prioritas kesehatan yang berkaitan dengan agenda pembangunan kesehatan ASEAN pasca 2015 yakni promosi kesehatan mental.
Promosi ini dilakukan dengan berbagai model dan praktek efektif tentang program dan intervensi kesehatan mental diantara negara anggota ASEAN, serta peningkatan dan integrasi program kesehatan mental di tingkat perawatan primer dan sekunder.
“Pandemi juga berdampak pada kesehatan mental dan penting untuk mendapatkan perhatian dari negara-negara di ASEAN, maka dalam rangkaian acara 15th ASEAN Health Ministers Meeting ini menjadi momentum untuk meningkatkan kepedulian masyarakat ASEAN terhadap kesehatan jiwa,” ucap Direktur Kesehatan Jiwa, Kementerian Kesehatan drg. Vensya Sitohang.
Baca Juga:
5 Film India tentang Kesehatan Mental, Salah Satunya My Name is Khan
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.