Parents, ketika seseorang mengalami perasaan sedih terus-menerus untuk waktu lama, perlu diwaspadai gejala gangguan depresi mayor.
Seperti yang diketahui, kesedihan adalah bagian alami dari pengalaman manusia. Seseorang pasti merasa sedih atau tertekan ketika orang yang dicintai meninggal, atau ketika mereka sedang menghadapi tantangan hidup, seperti perceraian atau penyakit serius.
Perasaan ini biasanya tak berlangsung lama. Namun, ketika perasaan sedih berlanjut secara presisten untuk jangka waktu panjang, mungkin saja hal itu menjadi indikasi adanya gangguan depresi mayor atau Major Depressive Disorder.
Lantas, apa itu depresi mayor? Merangkum berbagai sumber, berikut kami rangkum ulasannya.
Artikel terkait: Perbedaan Depresi dan Stres, Kenali Gejala, Jenis, dan Cara Penanganannya
Gangguan Depresi Mayor: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya
Melansir dari Healthline, gangguan depresi mayor yang juga disebut sebagai depresi klinis merupakan kondisi medis signifikan yang dapat memengaruhi banyak bidang kehidupan.
Kondisi ini bisa berdampak pada suasana hati dan perilaku serta berbagai fungsi fisik, seperti nafsu makan dan tidur.
Bagi sebagian orang, gangguan depresi jenis ini biasanya tidak diketahui. Sehingga, beberapa penderitanya mungkin kesulitan dalam mengatasi masalah terkait depresi yang diderita.
Namun, untuk mereka yang sadar dan mendapatkan pengobatan, biasanya akan mengatasi dengan berbagai metode. Beberapa di antaranya adalah obat-obatan, psikoterapi, dan metode lain yang dapat secara efektif membantu mereka mengelola gejalanya.
Beberapa Gejala Depresi Mayor yang Perlu Diwaspadai
Depresi klinis ini bisa terjadi pada siapa saja, Parents. Sama seperti kondisi kesehatan mental lainnya, gangguan depresi jenis ini bisa saja dialami oleh orang dewasa, remaja, bahkan anak-anak.
Maka itu, kita perlu mengetahui beberapa gejala yang mengindikasi adanya depresi mayor. Hal ini dilakukan untuk mengatasi sekaligus mencegah agar kondisi ini tidak berkembang menjadi masalah kesehatan mental yang lebih parah.
Biasanya, dokter atau profesional kesehatan mental dapat membuat diagnosis gangguan depresi mayor berdasarkan gejala, perasaan, dan perilaku.
Secara umum, seseorang akan diberikan beberapa pertanyaan tertentu atau diberikan kuesioner, sehingga mereka dapat menentukan dengan lebih baik apakah ia menderita gangguan depresi atau diagnosis lain.
Seseorang yang terdiagnosis masalah depresi mayor umumnya akan mengalami gejala yang tercantum dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM). Panduan tersebut membantu profesional medis mendiagnosis kondisi kesehatan mental.
Lebih lanjut, berikut beberapa kriteria seseorang yang menderita gangguan ini meliputi beberapa kondisi berikut.
- Merasa kesulitan dalam menjalani keseharian
- Gejala tersebut berlangsung selama 2 minggu atau lebih
- Ada salah satu gejala yang muncul seperti suasana hati yang tertekan, atau bisa juga seseorang menjadi kehilangan minat dan kesenangannya dalam melakukan berbagai hal
Selain itu, seseorang dengan depresi mayor akan mengalami sedikitnya 5 atau lebih gejala yang berlangsung selama 2 minggu seperti:
- Merasa sedih atau mudah tersinggung. Tidak sekali atau dua kali, tetapi bisa sering terjadi dan berlangsung selama berhari-hari.
- Menjadi kehilangan minat pada hobi atau kegiatan yang dulunya sangat disukai
- Berat badan berkurang atau bertambah secara signifikan. Seseorang juga mengalami perubahan nafsu makan, bisa bertambah atau malah tak bernafsu makan sama sekali
- Mengalami gangguan tidur: Insomnia kekurangan tidur, atau malah hipersomnia alias kelebihan tidur
- Perasaan menjadi sering gelisah
- Sangat lelah dan kekurangan energi
- Merasa diri tidak berharga atau bersalah
- Mengalami kesulitan berkonsentrasi, berpikir, atau membuat keputusan dalam menghadapi suatu hal
- Timbulnya keinginan untuk melukai diri atau bahkan mengakhiri hidup seperti bunuh diri
Artikel terkait: 10 Jenis Depresi, Amati dan Kenali Berbagai Gejalanya
Apa yang Menyebabkan Kondisi Ini Terjadi?
Penyebab pasti kondisi depresi ini belum diketahui, Parents. Namun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena kondisi tersebut.
Biasanya, ini disebabkan oleh kombinasi gen dan stres, yang pada akhirnya dapat memengaruhi kimia otak dan mengurangi kemampuan untuk menjaga stabilitas suasana hati.
Perubahan keseimbangan hormon mungkin juga berkontribusi pada perkembangan gangguan depresi mayor. Selain itu, kondisi ini juga dapat dipicu oleh beberapa hal berikut:
- Kebiasaan mengonsumsi alkohol
- Penggunaan obat-obatan terlarang
- Penderita mengalami kondisi medis tertentu seperti kanker atau hipotiroidisme
- Sedang menjalani pengobatan seperti obat steroid
- Mengalami beberapa trauma yang memengaruhi kualitas diri dan hidup
- Dihadapkan pada suatu masalah berat seperti kehilangan orang yang disayang, kehilangan pekerjaan, mengalami pelecehan seksual atau korban kekerasan, dan kejadian lain yang membuat diri merasa tidak berdaya
- Pengalaman masa lalu atau pola asuh ketika anak-anak yang traumatis
Cara Mengatasi Gangguan Depresi Mayor
Apabila didiagnonis mengalami depresi mayor, dokter biasanya akan memberikan beberapa pengobatan dengan terapi atau obat-obatan apabila diperlukan.
Selain itu, beberapa penyesuaian gaya hidup juga dapat membantu meringankan gejala tertentu. Orang yang memiliki gangguan depresi mayor parah atau yang memiliki pikiran untuk melukai diri sendiri, juga biasanya perlu tinggal di rumah sakit untuk melakukan perawatan.
Beberapa penderitanya juga mungkin perlu mengambil bagian dalam program perawatan rawat jalan sampai gejala membaik. Dalam masa perawatan tersebut, biasanya praktisi kesehatan akan memberikan beberapa pengobatan seperti:
1. Obat-obatan
Penyedia perawatan primer sering memulai pengobatan untuk MDD dengan meresepkan obat antidepresan. Jenis antidepresan yang digunakan adalah sebagai berikut:
-
Selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI)
SSRI adalah jenis antidepresan yang sering diresepkan. SSRI bekerja dengan membantu menghambat pemecahan serotonin di otak, menghasilkan jumlah neurotransmitter yang lebih tinggi.
Serotonin adalah bahan kimia otak yang diyakini bertanggung jawab atas suasana hati. Ini dapat membantu meningkatkan mood dan menghasilkan pola tidur yang sehat.
Orang dengan gangguan depresi ini sering dianggap memiliki kadar serotonin yang rendah. SSRI dapat meredakan gejala MDD dengan meningkatkan jumlah serotonin yang tersedia di otak.
SSRI termasuk obat-obatan terkenal, seperti fluoxetine (Prozac) dan citalopram (Celexa). Mereka memiliki insiden efek samping yang relatif rendah, yang dapat ditoleransi dengan baik oleh kebanyakan orang.
Mirip dengan SSRI, ada pula inhibitor reuptake serotonin-norepinefrin (SNRI), yakni jenis antidepresan lain yang sering diresepkan. Ini mempengaruhi serotonin dan norepinefrin .
-
Obat lain
Antidepresan trisiklik dan obat-obatan yang dikenal sebagai antidepresan atipikal, seperti bupropion (Wellbutrin), dapat digunakan ketika obat lain tidak membantu. Obat ini dapat menyebabkan beberapa efek samping, termasuk penambahan berat badan dan kantuk. Seperti halnya obat lainnya, manfaat dan efek sampingnya perlu dipertimbangkan dengan cermat dengan dokter.
2. Psikoterapi
Psikoterapi, juga dikenal sebagai terapi psikologis atau terapi bicara, dapat menjadi pengobatan yang efektif untuk penderita gangguan depresi mayor.
Metode ini melibatkan pertemuan dengan terapis secara teratur untuk membicarakan kondisi Anda dan masalah terkait. Psikoterapi dapat membantu:
- menyesuaikan diri dengan krisis atau peristiwa stres lainnya
- mengganti keyakinan dan perilaku negatif dengan yang positif dan sehat
- tingkatkan keterampilan komunikasi
- menemukan cara yang lebih baik untuk mengatasi tantangan dan memecahkan masalah
- meningkatkan harga diri
- mendapatkan kembali rasa kepuasan dan kendali dalam hidup
Penyedia layanan kesehatan juga dapat merekomendasikan jenis terapi lain, seperti terapi perilaku kognitif atau terapi interpersonal. Perawatan lain yang mungkin adalah terapi kelompok, yang memungkinkan seseorang untuk berbagi perasaan dengan orang-orang yang dapat berhubungan dengan apa yang dialami.
Artikel terkait: Kondisi Depresi pada Remaja: Penyebab, Gejala, dan Tips Mengatasinya
3. Perubahan gaya hidup
Selain minum obat dan berpartisipasi dalam terapi, dalam memperbaiki gejala gangguan ini bisa juga dengan membuat beberapa perubahan pada kebiasaan sehari-hari. Berikut ini beberapa kebiasaan yang harus diikuti:
-
Makan teratur dengan gizi seimbang
Makanan bergizi bermanfaat bagi pikiran dan tubuh. Meskipun tidak ada makanan yang dapat menyembuhkan depresi, pilihan makanan sehat tertentu dapat bermanfaat bagi kesehatan mental. Pertimbangkan makan makanan dengan kriteria berikut: mengandung asam lemak omega-3 seperti salmon. Mengonsumsi makanan kaya akan vitamin B seperti kacang-kacangan dan biji-bijian. Serta, mengonsumsi makanan dengan magnesium, yang ditemukan dalam kacang-kacangan, biji-bijian, dan yogurt
-
Hindari alkohol dan makanan olahan tertentu
Sangat bermanfaat untuk menghindari alkohol karena hal tersebut adalah depresan sistem saraf yang dapat memperburuk gejala. Selain itu, makanan olahan dan gorengan tertentu mengandung asam lemak omega-6, yang dapat berkontribusi pada gangguan depresi jenis ini.
-
Olahraga secara teratur
Meskipun gangguan ini dapat membuat Anda merasa sangat lelah, penting untuk tetap aktif secara fisik. Berolahraga, terutama di luar ruangan dan di bawah sinar matahari sedang, dapat meningkatkan mood dan membuat perasaan lebih baik.
-
Cukupi kebutuhan tidur dan istirahat
Sangat penting untuk mendapatkan tidur yang cukup per malam , yang dapat bervariasi dari orang ke orang tetapi biasanya berkisar antara 7-9 jam. Orang dengan depresi sering mengalami kesulitan tidur. Bicaralah dengan dokter jika mengalami kesulitan tidur atau tidur berlebihan.
***
Seseorang yang mengidap gangguan depresi mayor biasanya akan merasa putus asa dalam menjalani hidupnya. Oleh karena itu, penting untuk diingat bahwa gangguan ini bisa diatasi dengan beberapa cara.
Jika Anda atau orang sekitar mengalami beberapa gejala yang tertera, lebih baik untuk segera mendatangi praktisi kesehatan mental untuk mendapatkan diagnosis dan metode pengobatan yang tepat. Sebab, dalam urusan kesehatan mental, setiap orang memiliki metode pengobatan yang berbeda-beda.
Semoga bermanfaat!
Baca juga:
Jangan sampai terlambat! Ini ciri-ciri depresi pada anak yang perlu diwaspadai
Bukan sedih terus menerus, ini ciri depresi yang perlu Anda ketahui
Suami mengalami depresi? Lakukan 5 cara ini untuk membantunya!