Gangguan Kecemasan Beda dengan Cemas Biasa, Kenali Gejala dan Cara Mengatasinya

Gangguan cemas dan rasa cemas biasa berbeda, kenali gejala dan cara mengatasinya berikut ini.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Merasa cemas akan sesuatu merupakan hal yang wajar. Namun, jika rasa cemas timbul berlebihan dan tidak terkendali hingga menggaggu aktivitas sehari-hari, bisa saja itu tanda dari kondisi gangguan cemas. 

Gangguan cemas atau kecemasan (anxiety disorders) merupakan salah satu gangguan kesehatan mental yang bisa terjadi kepada siapa saja, termasuk anak-anak. Namun, umumnya gangguan ini paling sering terjadi kepada orang dewasa produktif, atau mereka yang di rentang usia 30 tahun ke atas. 

Bahkan, selama pandemi berlangsung, orang yang mengalami kecemasan atau rasa cemas sendiri cenderung meningkat. Menurut sebuah studi, selama pandemi terjadi, sekiranya ada 1 dari 5 orang yang mengalami kecemasan. 

Meski begitu, perlu digarisbawahi bahwa rasa cemas biasa dan gangguan kecemasan itu merupakan dua hal berbeda. Lantas, apa saja perbedaannya? Serta, apa gejala dan cara mengatasi gangguan kecemasan?

Menjawab pertanyaan tersebut, berikut kami rangkum penjelasan tentang gangguan kecemasan selengkapnya.

Artikel terkait: 3 Tipe kecemasan pada anak yang sering tak disadari orangtua, jangan abaikan!

Kecemasan dan Gangguan Cemas – Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya

Sebelum membahas gangguan cemas, ada baiknya kita memahami dulu mengenai rasa cemas atau kecemasan secara umum.

Kecemasan merupakan rasa takut yang bukan hanya ada di pikiran, tetapi juga memengaruhi perasaan, perilaku, sampai kondisi fisik seseorang. Hal ini juga selaras dengan penjelasan Psikolog Sarah Siahaan, MA, M.Psi.

Ia menjelaskan, bahwa rasa cemas pada seseorang merupakan hal wajar. Seseorang bisa merasakan kecemasan ketika berada pada situasi yang menurut mereka tidak menyenangkan atau mengancam.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

“Rasa cemas itu normal, serta sifatnya subjektif, ya. Misalnya, hal yang bagi saya bisa menimbulkan kecemasan, mungkin bagi orang lain itu biasa saja,” jelas Sarah dalam sesi Kuliah Telegram yang diadakan oleh theAsianparent Indonesia beberapa waktu lalu. 

Adapun reaksi seseorang terkait kecemasan itu beragam. Beberapa orang mengalami detak jantung cepat, napas tidak beraturan, sulit bahkan tidak bisa tidur, hingga berkeringat berlebih. Bahkan, beberapa dari mereka juga mungkin saja mengalami diare, masalah lambung, pusing, hingga migrain. 

Artikel terkait: Jangan Sampai Salah, Ini Perbedaan Sedih dan Gangguan Mental Depresi

Kecemasan Punya Manfaat Positif

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Meski menimbulkan efek yang tidak nyaman, tetapi kecemasan tidak selalu bersifat negatif, kok, Parents. Menurut Sarah, setiap orang sebenarnya memerlukan rasa cemas ini, tetapi dalam batas sewajarnya.

Sarah menjelaskan, “Kadang, kita memerlukan kecemasan. Rasa cemas juga bisa menjadi motivasi bagi kita. Misalnya, saat dikejar deadline, tiba-tiba saja ide jadi lancar dan pekerjaan jadi cepat selesai. Atau, kita cemas saat pandemi, membuat kita secara sadar untuk menerapkan protokol kesehatan.”

“Terbayang jika kita tidak punya kecemasan itu, bukan? Kita jadi abai dari kondisi sekitar. Nah, itu merupakan salah satu contoh dari sisi positif kecemasan,” tuturnya. 

Penyebab Kecemasan

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Sementara itu, Sarah juga memaparkan tentang penyebab kecemasan. Biasanya ada tiga faktor yang memengaruhi kecemasan, yakni:

  • Faktor Biologis: Genetik dan neurotransmitter otak.
  • Psikologis: Kepribadian, pola asuh, dan pengalaman hidup. Sensitivitas kecemasan seseorang juga bisa berhubungan dengan gaya pengasuhan orangtua yang protektif, terlalu melindungi atau terlalu menuntut, serta pola asuh orangtua otoriter.
  • Sosial: Peristiwa atau pengalaman yang dinilai negatif. 

Gangguan Cemas

Nah, lebih jauh tentang gangguan kecemasan, ini merupakan perasaan takut dan tertekan seseorang yang lebih intens dan berkepanjangan. Lantaran rasa cemas tersebut, kehidupan atau aktivitas kesehariannya bisa terganggu. 

“Jadi kalau gangguan cemas, pikirannya fokus kepada kecemasan yang dialami. Sehingga, ia tidak bisa konsentrasi atau melakukan hal lain. Kalau mulai begini, berarti sudah masuk ke dalam gangguan atau masih berupa gejala tetapi masih belum masuk ke dalam kategori gangguan,” jelas psikolog sekaligus ibu satu anak ini.

Nah, untuk mengetahui perbedaan selengkapnya antara kecemasan dan gangguan cemas, Parents bisa melihat slide dari Psikolog Sarah di bawah ini:

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Sementara itu, mengacu pada panduan DSM-5, gangguan kecemasan sendiri terbagi menjadi beberapa jenis seperti:

  • Fobia spesifik
  • Gangguan kecemasan sosial
  • Agoraphobia
  • Gangguan kecemasan pemisahan atau separation anxiety disorder
  • Gangguan panik
  • Selective mutism
  • Gangguan kecemasan menyeluruh atau generalized anxiety disorder

Dari ketujuh jenis, yang paling banyak atau umum terjadi adalah gangguan kecemasan menyeluruh. Ini merupakan kondisi cemas atau kekhawatiran berlebihan yang timbul hampir setiap hari, setiap waktu, terjadi selama sekurangnya 6 bulan.

Rasa cemas tersebut pun sulit dikendalikan oleh penderita sehingga memengaruhi kondisi lain seperti fungsi sosial, klinis, pekerjaan, dan fungsi kehidupan lainnya terhambat. 

Gejala Gangguan Cemas

Biasanya, penderita gangguan cemas menunjukkan paling tidak tiga gejala sebagai berikut dengan selama enam bulan terakhir:

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan
  • Merasa gelisah
  • Mudah lelah
  • Sulit konsentrasi atau pikiran jadi kososng
  • Iritabilitas
  • Ketegangan otot
  • Gangguan tidur

Untu anak-anak, satu dari gejala tersebut cukup menjadi indikasi terjadinya gangguan cemas. Maka dari itu, jangan ragu untuk berkonsulatsi ke dokter apabila si kecil menunjukkan salah satu gejala di atas selama enam bulan terakhir. 

Jika Anda mengalami beberapa gejala tersebut, tidak ada salahnya juga berkonsulatsi ke dokter untuk diperiksa lebih lanjut agar kondisinya bisa ditangani secara cepat dan tepat.

Cara Mengatasi dan Upaya Pencegahan

Psikolog Sarah juga membagikan cara mengatasi kecemasan yang terjadi. Saat merasa cemas, berikut beberapa hal yang bisa Anda lakukan:

  • Ketika pikiran negatif muncul, coba pahami bahwa hal itu berasal atau didorong oleh otak kita yang sedang cemas. Jadi, mencoba menghentikannya di awal pikiran tersebut muncul sangatlah penting.
  • Saat pikiran cemas mulai tidak terkendali, luangkan beberapa menit untuk melatih pikiran dan perhatian (mindfullness) untuk membantu kita fokus. 
  • Hadapi suatu hal atau penyebab mengapa perasaan cemas muncul, jangan menghindarinya. Pasalnya, rasa cemas biasanya perlahan memudar ketika kita menghadapi situasi tersebut. Namun tentunya, hadapi penyebab kecemasan itu secara perlahan saja, tidak perlu sekaligus.
  • Saat cemas, biasanya seseorang mengalami sesak napas. Maka, coba tenangkan diri dan latihan teknik relaksasi pernapasan. 
  • Fokus kepada hal positif, bukan negatif.
  • Terapkan pola hidup sehat dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang, rutin olahraga, dan cukupi istirahat. Hal itu juga bisa membantu mengatasi dan mencegah kecemasan. 

Artikel terkait: Bunda, Waspadai 5 Tanda Gangguan Kecemasan Akibat Postpartum Depression

Nah, Parents, itulah perbedaan gangguan cemas dan kecemasan serta upaya mengatasinya. Kalau kecemasan yang Anda rasakan masih berlanjut meski sudah mencoba cara mengatasi tersebut, jangan ragu untuk segera konsultasi ke ahlinya seperti psikolog atau psikiater, ya.

“Gangguan cemas ini merupakan penyakit mental yang umum ditemukan. Jangan takut dinilai ‘lebay’ saat memutuskan untuk memeriksakan diri karena hal ini. Pasalnya, gangguan ini bisa diatasi selama kita juga cepat mengatasinya,” pungkas Sarah. 

***

Baca juga:

15 Cara untuk Mengurangi Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder) Pada Anak

5 Cara Mengatasi Kecemasan Orang Tua pada Anak

Bukan Mitos! Ini 8 Penyebab Telinga Berdenging Sebelah Kiri dan Cara Mencegahnya