Menjadi fokus dunia kini, pemerintah Indonesia terus berjuang melawan pandemi COVID-19 yang melanda. Selain vaksinasi nasional yang mulai gencar dilakukan, pemerintah mulai mengimpor obat-obatan yang diperlukan salah satunya Gamaras.
Gamaras, Obat COVID-19
Merujuk laman resmi Sehat Negeriku Kementerian Kesehatan, terhitung per 1 Juni 2021 kebutuhan obat untuk terapi COVID-19 melonjak tinggi. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memaparkan bahwa lonjakan bahkan mencapai 12 kali lipat.
“Kami menyadari ini (lonjakan kebutuhan obat). Kami sudah melakukan komunikasi dengan teman-teman di Gabungan Pengusaha Farmasi dan sudah mempersiapkan dengan mengimpor bahan baku obat, memperbesar kapasitas produksi, serta mempersiapkan distribusinya,” ujarnya.
Adapun kebutuhan obat yang dimaksud antara lain Azithromycin, Oseltamivir, dan Favipiravir. Sejauh ini, terdapat 11,4 juta stok Azithromycin dan Favipiravir sebanyak 6 juta di seluruh Indonesia yang diproduksi pabrik dalam negeri. Lebih lanjut, PT Dexa Medica dikabarkan akan mengimpor 15 juta Favipiravir di bulan Agustus.
Kendati demikian, pengobatan COVID-19 juga membutuhkan obat lainnya. Dalam hal ini, Menkes Budi sudah mengungkap rencana pemerintah mengimpor tiga jenis obat yaitu Remdesivir, Actemra, dan Gamaras pada kurun Juli-Agustus 2021. Ketiga obat diimpor dari berbagai negara dengan suplai yang berbeda untuk masing-masing obat.
“Kita ada tiga obat lain yang belum bisa diproduksi di dalam negeri sehingga sangat bergantung pada impor seperti Remdesivir, Actemra, dan Gamaras. Ini adalah obat-obatan yang di seluruh dunia juga sedang short supply karena semua orang butuh obat-obatan ini,” ungkap Menkes Budi.
Untuk Remdesivir, Indonesia mengimpor dari India, Pakistan, dan Cina. Melalui Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Indonesia tengah bernegosiasi agar India membuka kembali keran ekspor obat terapi COVID-19 ini. Sebanyak 150.000 vial telah diimpor Juli 2021, lalu 1,2 juta vial pada Agustus 2021.
Obat kedua yang juga sulit didapatkan adalah Actemra yang diproduksi oleh Perusahaan asal Swiss, Roche. Untuk ini, Pemerintah telah berbicara dengan CEO Roche. Sebanyak 1.000 vial pada Juli dan 138 ribu vial pada Agustus 2021 telah dikantongi pemerintah.
Obat ketiga adalah Gamaras atau juga dikenal dengan Intravenous Immunoglobulin (IVIG) yang produksinya ada di Cina. Sejauh ini, Gamaras baru bisa didatangkan sekitar 30 ribu vial.
Artikel terkait: Myasthenia Gravis, Jenis Autoimun Langka yang Sebabkan Otot Lemah
Dosis
Secara detail, IVIG (intravenous immunoglobulin therapy) adalah obat yang berfungsi untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh. IVIG sering digunakan untuk mengatasi penyakit autoimun seperti penyakit Kawasaki dan mencegah respon penolakan tubuh terhadap transplantasi sumsum tulang.
Immunoglobulin dapat diperoleh dari donor plasma darah yang sehat. IVIG termasuk ke dalam obat golongan antiserum yang bekerja dengan memperkuat sistem kekebalan tubuh (sistem imun), melawan infeksi, dan menghentikan antibodi perusak agar tidak menghancurkan darah, saraf, atau jaringan tubuh lainnya.
Dosis yang diberikan bervariasi, tergantung usia dan kondisi pasien. IVIG akan diberikan melalui suntikan intravena (melalui pembuluh darah). Berikut rincian dosis IVIG berdasarkan tujuan pengobatan:
Meningkatkan jumlah antibodi pada penderita defisiensi antibodi primer dan pasien dengan immunocompromised congenital
- Dewasa: 400–800 mg/kg BB.
Dosis lanjutan: 200 mg/kg BB setiap 3–4 minggu. Dosis dapat disesuaikan dengan respons tubuh pasien.
Dosis pemeliharaan: 200–400 mg/kg BB setiap bulan.
- Anak-anak: 200–400 mg/kg BB setiap 3–4 minggu sekali.
Meningkatkan jumlah antibodi pada penderita defisiensi antibodi sekunder
- Dewasa: 200–400 mg/kg BB setiap 3–4 minggu.
Mengatasi sindrom Guillain-Barré
- Dewasa: 400 mg/kg BB per hari selama 5 hari berturut-turut. Bila diperlukan, dosis diulang setiap 4 minggu sekali.
Artikel terkait: Peluang Hamil dengan Azoospermia atau ‘Sperma Kosong’, Begini Penjelasannya
Mengatasi penyakit Kawasaki
- Dewasa: 1,6–2 g/kg BB diberikan dalam dosis terbagi selama 2–5 hari. Obat diberikan bersama asam asetilsalisilat.
Dosis alternatif: 2 g/kg BB diberikan dalam dosis tunggal. Obat diberikan bersamaan dengan asam asetilsalisilat.
Meningkatkan jumlah trombosit penderita ITP (idiopathic thrombocytopenic purpura)
- Dewasa: 400 mg/kg BB per hari selama 2–5 hari berturut-turut.
Dosis alternatif: 800–1.000 mg/kg BB, diberikan pada hari pertama dan bisa diulang kembali pada hari ketiga.
Mencegah infeksi sesudah transplantasi sumsum tulang
- Dewasa: 500 mg/kg BB per minggu, dosis disesuaikan dengan respons tubuh.
Sebagai bagian allogeneic hematopoietic stem cell transplantation (HSCT)
- Dewasa: 500 mg/kg BB per minggu, dimulai sejak 7 hari sebelum proses transplantasi dan sampai 3 bulan setelah transplantasi.
Mengatasi chronic inflammatory demyelinating polyneuropathy (CIDP)
- Dewasa: 2 g/kg BB diberikan dengan dosis terbagi selama 2–5 hari berturut-turut. Dosis lanjutan 1 g/kg BB selama 1–2 hari setiap 3 minggu sekali.
Pada penderita COVID-19, terapi obat tambahan dengan IVIG bertujuan untuk menambah antibodi tubuh secara langsung. Obat diberikan secara injeksi agar pasien kuat melawan virus SARS-CoV-2.
Mengutip CNN Indonesia, pemberian obat ditujukan bagi pasien bergejala berat hingga kritis. Mengingat obat ini sebagai terapi tambahan, bukan berarti seluruh pasien dengan gejala berat bisa menggunakan obat ini karena bukan untuk menyembuhkan COVID-19.
Artikel terkait: 5 Tanda Limpoma si Benjolan Tumor Jinak
Efek Samping
Selama menjalani pengobatan IVIG, pasien harus mencukupi kebutuhan cairan tubuh untuk mengurangi risiko terjadinya efek samping. Berikut efek samping yang mungkin dirasakan:
- Sakit kepala
- Demam dan menggigil
- Mual atau muntah
- Tekanan darah rendah (hipotensi)
- Nyeri otot atau nyeri sendi
- Detak jantung lebih cepat
- Kulit kemerahan
- Rasa sakit pada area yang diinfus atau disuntik
- Wheezing atau bahkan sesak nafas
Setelah menerima suntikan atau infus IVIG, tubuh langsung terasa lebih baik. Namun, pasien akan merasa lemah dan lelah setelah dosis IVIG dalam tubuh menurun, terutama saat mendekati pemberian dosis berikutnya. Berikut adalah beberapa hal penting yang perlu diperhatikan sebelum menerima terapi obat ini:
- Tidak boleh digunakan pada pasien yang memiliki riwayat alergi obat
- Tidak melakukan vaksinasi dengan vaksin hidup seperti vaksin MR dan MMR. Vaksinasi baru boleh dilakukan 3 minggu sebelum atau 3 bulan sesudah mendapatkan IVIG.
- Tidak mengonsumsi alkohol, mengendarai kendaraan bermotor, atau mengoperasikan mesin dan alat berat karena obat ini dapat menyebabkan pusing.
- Beri tahu dokter tentang riwayat pengobatan yang pernah dan sedang dijalani, terutama jika sudah pernah menjalani pengobatan dengan IVIG atau sedang menjalani pengobatan dengan obat loop diuretic.
- Beri tahu dokter jika Anda menderita diabetes melitus, hipertensi, penyakit ginjal, penyakit jantung, atau gangguan pembekuan darah.
- Beri tahu dokter jika Anda sedang hamil, menyusui, atau sedang menjalani program kehamilan.
- Selama menjalani pengobatan, dokter akan meminta Anda menjalani pemeriksaan rutin untuk memantau kondisi dan respons terapi.
- Segera temui dokter jika terjadi reaksi alergi obat atau overdosis.
Parents, semoga informasi ini bermanfaat!
Artikel telah ditinjau oleh:
dr.Gita PermataSari, MD
Dokter Umum dan Konsultan Laktasi
Jika Parents ingin berdiskusi seputar pola asuh, keluarga, dan kesehatan serta mau mengikuti kelas parenting gratis tiap minggu bisa langsung bergabung di komunitas Telegram theAsianparent.
Baca juga:
Tak Lagi Jadi Standar Obat COVID-19, Ketahui Dosis dan Manfaat Oseltamivir
Hidramnion pada Ibu Hamil: Penyebab Air Ketuban Terlalu Banyak dan Risikonya
Fibroadenoma atau Tumor Jinak di Payudara, Kenali Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobati