Mengenal Food Neophobia, Ketika Anak Takut Mencoba Makanan yang Baru Dilihatnya

Food Neophobia adalah salah satu gangguan makan pada anak yang patut orang tua waspadai.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Adakah Parents yang merasa saat membujuk si kecil makan makanan baru menjadi hal yang menakutkan? Apakah usaha Parents untuk mengenalkan makanan baru ke dalam mulut sang anak sering ditanggapi dengan tangisan, amukan, dan teriakan? Jika ya, mungkin si kecil sedang mengalami fase perkembangan yang disebut food neophobia.

Food neophobia merupakan rasa takut dengan makanan yang baru dilihatnya. Jika mengalami hal ini, si kecil kerap menolak makanan baru yang disodorkan kepadanya.

Sebenarnya, food neophobia pada anak adalah hal yang wajar. Sayangnya, masih banyak orang tua yang tidak memahami hal ini dan langsung mencap perilaku makan anaknya dengan negatif.

Padahal, mereka bukannya malas makan atau bosan dengan pilihan makanan dari Anda, tetapi ada faktor psikologis yang mendasari hal tersebut.

Apa Itu Food Neophobia?

Melansir dari Alimentarium.org, Neophobia (dari bahasa Yunani neos, baru dan phobein, takut) adalah ketakutan akan sesuatu yang baru atau asing. 

Food neophobia merupakan ketakutan mencoba makanan baru, dianggap sebagai tahap normal dalam perkembangan anak dan memengaruhi antara 50 dan 75% anak-anak. Biasanya terjadi antara usia 2-6 tahun dan kemudian hilang saat anak-anak tumbuh dewasa. 

Akan tetapi, dalam beberapa kasus, hal itu dapat berlanjut hingga dewasa. Mereka akan langsung menolak makanan baru saat disajikan, bukan saat dicicipi.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Food neophobia ini berbeda dengan kondisi picky eater. Sebab picky eater yaitu kondisi anak acap kali menolak makanan yang tidak dikenal dan yang sudah dikenal, karena mereka sering tidak menyukai rasanya. Sementara food neophobia hanya menolak makanan yang tidak dikenal.

Artikel terkait: Ganggu Tumbuh Kembang Anak, Kenali Perbedaan Selective Eater dan Picky Eater

Penyebab Food Neophobia pada Anak

Fenomena food neophobia awalnya digambarkan sebagai mekanisme bentuk pertahanan diri anak. Anak memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi ketika melihat, merasakan, atau mengalami sesuatu hal yang baru.

Mereka cenderung berhati-hati saat merespons hal baru. Maka, tidak heran kalau si kecil akan menolak jika diberikan makanan yang baru pertama kali dirasakannya. Bisa saja ia akan menyukainya di kemudian hari ketika ia sudah mengenal berbagai rasa makanan.

Food neophobia dapat menyebabkan defisiensi nutrisi, terutama pada kelompok buah dan sayuran, yang mengandung vitamin penting bagi tubuh.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Menurut penelitian, anak-anak membentuk gambaran mental tentang seperti apa seharusnya makanan yang dapat diterima dan mungkin baunya. Dengan demikian mereka menolak segala sesuatu yang terlalu berbeda dari gambaran ini.

Jika suatu makanan dikenali dan diterima pada tingkat visual, makanan itu akan dicicipi. Seleranya kemudian akan dinilai berdasarkan subjektifnya (positif atau negatif), yang pada gilirannya akan dikaitkan dengan citra visual. 

Pengalaman yang sukses dan terus-menerus positif dengan makanan tersebut akan mengurangi keengganan anak untuk memakannya. Penelitian telah menunjukkan bahwa bahan makanan harus disajikan delapan kali kepada seorang anak agar dapat diterima.

Artikel terkait: Anak Makan Sedikit dan Lebih Suka Main? Kenali Gejala dan Tips Mengatasi Small Eater

Cara Mengatasi Food Neophobia 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Nah, ketika si kecil menunjukkan penolakan yang luar biasa terhadap suatu makanan, jangan langsung emosi atau memaksanya, karena hal ini hanya akan membuat anak menjadi trauma. Berdasarkan dari beberapa sumber, Bunda bisa mencoba beberapa cara berikut ini untuk mengatasinya.

1. Deskripsikan Makanan agar Anak Tertarik Mencoba

Anak-anak bergantung pada sensoris deskriptif mereka (misalnya paparan visual, bau, dan rasa) untuk menavigasi di sekitar makanan yang mereka makan. Jadi, jelaskan makanan baru yang ingin Anda kenalkan kepadanya dengan cara yang imajinatif dan beri dia beberapa informasi nutrisi tentang makanan tersebut. Informasi dapat membantu meningkatkan keinginannya untuk mencoba makanan baru dan mengurangi food neophobia yang mereka alami.

2. Berikan Contoh 

Memberi contoh selalu merupakan pilihan terbaik. Jika kita ingin si kecil makan brokoli, sebaiknya kita memakannya sendiri dulu. Jika tidak, akan sangat tidak adil untuk meminta sesuatu yang kita sendiri tidak mau melakukannya.

Anak-anak melihat orang tua mereka sebagai panutan. Lebih mudah menanamkan kebiasaan sehat pada anak-anak kita jika mereka melihat bahwa kita mau mengikuti mereka juga.

3. Sabar dan Kreasikan Makanan 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Kita tidak dapat menawarkan kepada sang anak sepiring penuh dengan sesuatu yang belum pernah mereka makan sebelumnya dan mengharapkan mereka untuk menghabiskannya. Idealnya, mulailah dari yang kecil, dengan porsi kecil dari makanan baru.

Bunda juga dapat menyajikan makanan baru kepada anak Anda sedemikian rupa sehingga mereka bahkan tidak menyadari kehadirannya. Misalnya, masukkan ke dalam kue, sup atau krim, atau bahkan ke dalam hamburger, dalam hal tomat atau telur.

Selain rasa takut akan rasa baru, seorang food neophobia juga bisa memiliki rasa takut akan bentuk baru. Jika anak takut dengan bentuk makanan yang dilihatnya, cobalah kreasikan makanan dalam berbagai bentuk dan jenis masakan. Misalnya wortel, Bunda bisa menyajikannya secara utuh, memotongnya kecil-kecil, atau menghiasnya hingga menjadi bentuk tertentu.

Misalnya, jika Bunda memperkenalkan buah-buahan dan sayuran seperti pisang dan tomat kepada anak, potong menjadi bentuk bulat dan hiasi di atas piring agar terlihat seperti 'wajah'. Bereksperimenlah dengan berbagai warna buah dan sayuran untuk membantu Anda.

4. Jangan Berhenti mencoba

Hanya karena ingin menghindari masalah dan menghemat waktu, Bunda mungkin tergoda untuk memilih menyingkirkan makanan “bermasalah” di piring anak Anda dan menyelesaikannya. Hindari strategi ini jika Bunda ingin anak Anda makan semuanya dan bergizi baik.

Artikel terkait: Fakta Gizi Nasi Putih dan Ini Anjuran Konsumsi Harian Nasi yang Aman

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

5. Terus Ulangi

Jika anak menolak makanan baru yang Anda perkenalkan kepadanya, penelitian menunjukkan bahwa terkadang, makanan baru harus diperkenalkan kepadanya berulang kali (hingga delapan atau 15 kali) sebelum dia menerimanya. Ini tidak berarti memaksa anak untuk memakannya, tetapi dengan lembut mendorongnya untuk mencicipinya. Mungkin perlu beberapa saat sebelum dia terbiasa dengan makanan tertentu, tetapi begitu itu terjadi, dia biasanya akan menerimanya.

6. Mencoba Terapi Khusus

Tingkat penolakan tiap anak berbeda. Jika buah hati Bunda memiliki ketakutan yang parah dan sudah memengaruhi kondisi emosionalnya, Anda bisa mencoba terapi khusus yang disediakan ahli profesional. Selain mengajarkan Anda cara menangani dan melatih anak, terapi ini juga berguna untuk melihat akar masalah dari ketidakmauan anak untuk makan. Apakah memang malas makan, kemampuan proses makan (mengunyah, misalnya) yang belum sempurna, atau indikasi autisme.

Demikian informasi mengenai food neophobia berikut cara mengatasinya. Semoga informasi di atas bermanfaat dan membantu para Parents yang memiliki anak dalam fase ini, ya.

Artikel telah ditinjau oleh:
dr. Gita Permatasari
Dokter Umum dan Konsultan Laktasi

Jika Parents ingin berdiskusi seputar pola asuh, keluarga, dan kesehatan serta mau mengikuti kelas parenting gratis tiap minggu bisa langsung bergabung di komunitas Telegram theAsianparent.

Baca juga:

id.theasianparent.com/anak-bisa-kena-gangguan-pola-makan

id.theasianparent.com/3-penyebab-anak-picky-eater

id.theasianparent.com/solusi-mengatasi-anak-gtm