Hingga saat ini vaksin untuk COVID-19 tersedia dalam berbagai merek. Sebut saja Sinovac, Sinopharm, Moderna, Pfizer, Novavax, hingga AstraZeneca. Sayangnya, vaksin AstraZeneca yang digunakan di Indonesia ini menuai cukup banyak kontroversi. Apa saja fakta vaksin AstraZeneca yang terbaru?
Vaksin AstraZeneca adalah vaksin yang berasal dari kerja sama Universitas Oxford dan AstraZeneca, perusahaan farmasi di Inggris. Vaksin ini bekerja untuk merangsang tubuh membentuk antibodi yang akan melawan infeksi virus SARS-CoV-2. Efektivitas vaksin ini mencapai 63% hingga 70%.
Salah satu kabar yang santer terdengar di masyarakat, vaksin AstraZeneca akan disetop penggunaannya sementara waktu untuk diteliti dengan lebih lanjut. Vaksin tersebut juga dikabarkan memiliki efek samping untuk kesehatan seperti penggumpalan darah dan penurunan jumlah trombosit dalam darah.
Akan tetapi, perlu diketahui ternyata yang dihentikan penggunaannya adalah salah satu batch saja dari vaksin AstraZeneca. Berikut ulasannya.
5 Fakta Vaksin AstraZeneca Terbaru
1. Vaksin AstraZeneca Batch CTMAV547 Dihentikan Sementara
Sumber: Beritasatu
Mengutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan Indonesia, vaksin AstraZeneca yang termasuk ke dalam batch (kumpulan produksi) CTMAV547 telah resmi dihentikan penggunaan dan distribusinya oleh Kemenkes dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
BPOM menyebutkan tindakan yang diambil ini merupakan bentuk upaya dari pemerintah untuk memastikan terlebih dahulu keamanan vaksin tersebut. Vaksin AstraZeneca Batch CTMAV547 ini jumlahnya adalah 448.480 dosis dan merupakan bagian dari 3 juta dosis vaksin AstraZeneca yang diterima Indonesia melalui skema Covax Facility/WHO pada 26 April 2021.
Empat ratus ribu lebih dosis vaksin AstraZeneca Batch CTMAV547 ini sudah tersebar ke seluruh Indonesia dan didistribusikan untuk kelompok TNI, serta sebagian ke DKI Jakarta dan Sulawesi Utara.
2. Alasan Vaksin AstraZeneca Batch CTMAV547 Dihentikan Sementara
Sumber: Kompas
Kemenkes menyebut bahwa adanya laporan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) serius diduga berkaitan dengan vaksin AstraZeneca Batch CTMAV547. Meskipun begitu, hingga saat ini berdasarkan data dari Komnas KIPI, belum pernah ada kejadian orang yang meninggal dunia akibat vaksinasi COVID-19 di Indonesia.
Dalam beberapa kasus kematian setelah vaksinasi dipastikan penyebabnya bukan karena vaksin yang telah diterima, melainkan hal yang lain.
3. Batch atau Kelompok Lainnya Aman Digunakan
Sumber: Detikhealth
Kemenkes menegaskan bahwa vaksin AstraZeneca selain Batch CTMAV547 aman untuk digunakan sehingga masyarakat tak perlu ragu untuk menerimanya. Juru bicara dari Kemenkes pun menyatakan bahwa penggunaan vaksin AstraZeneca akan tetap berjalan karena vaksinasi COVID-19 akan membawa menfaat yang lebih besar.
Mengutip dari Alodokter, vaksin AstraZeneca telah lulus uji klinis dan dinyatakan aman. Izin penggunaannya sudah diterbitkan oleh BPOM serta sudah mendapatkan status halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).
4. Uji Sterilitas dan Toksisitas
Sumber: Detik Health
Komnas KIPI merekomendasikan kepada BPOM untuk melakukan uji sterilitas dan toksisitas kepada Batch CTMAV547 tersebut karena dinilai belum ada cukup data untuk menegakkan diagnosis penyebab dan klasifikasi dari KIPI yang dimaksud.
Penghentian sementara Batch CTMAV547 ini akan menunggu hasil investigasi dan pengujian dari BPOM yang kemungkinan memerlukan waktu satu hingga dua minggu lamanya.
5. Bukan karena Efek Samping Vaksin AstraZeneca
Sumber: Republika
Sama halnya dengan vaksin COVID-19 lainnya, vaksin AstraZeneca memang menimbulkan efek samping yang umumnya bersifat ringan hingga sedang. Efek samping tersebut meliputi sebagai berikut.
- Rasa nyeri pada sendi dan otot
- Bengkak atau memar pada bagian yang disuntik
- Rasa lelah yang berlebihan
- Sakit kepala
- Menggigil
- Mual
- Demam
Melansir dari CNBC, Badan Regulator Obat-obatan Eropa menemukan adanya 169 laporan terkait kasus Cerebral Venous Sinus Thrombosis (CVST) atau pembekuan darah di pembuluh yang keluar dari otak setelah penggunaan vaksin AstraZeneca.
Pihak European Medicines Agency (EMA) menyebut bahwa ada kemungkinan vaksin AstraZeneca memicu respons imun yang menghasilkan pembekuan darah tersebut. Kondisi ini berisiko terjadi kepada mereka yang mengidap penyakit DVT atau penggumpalan darah.
Penggumpalan darah dapat terjadi karena berbagai faktor, contohnya kelainan darah, efek samping obat-obatan, dan gaya hidup yang kurang sehat. Namun EMA meyakini, pembekuan darah dengan penurunan jumlah trombosit tersebut adalah kasus yang sangat jarang terjadi, yaitu hanya pada 1 dari 100.000 orang yang divaksinasi.
Juru bicara Kemenkes, dr. Siti Nadia Tarmizi menyatakan bahwa penghentian sementara Vaksin AstraZeneca Batch CTMAV547 di Indonesia tidak berkaitan dengan kasus efek samping pembekuan darah ini.
“Kementerian Kesehatan mengimbau masyarakat untuk tenang dan tidak termakan oleh hoaks yang beredar. Masyarakat diharapkan selalu mengakses informasi dari sumber terpercaya,” kata dr. Nadia.
Parents, jika Anda masih merasa ragu untuk mendapatkan vaksin COVID-19, ada baiknya untuk berkonsultasi dahulu kepada dokter sebelumnya. Parents bisa mendiskusikan jenis vaksin apa yang sebaiknya digunakan sesuai dengan kondisi kesehatan masing-masing.
Itulah fakta terbaru mengenai vaksin AstraZeneca. Semoga informasi ini bisa bermanfaat.
Baca Juga:
Perlu Tahu! Ini 8 Perbandingan Vaksin Covid-19 Moderna dan Pfizer-BioNtech
Efek Samping Vaksin COVID-19 yang Wajib Parents Ketahui
6 Hal yang Perlu Parents Ketahui Soal Vaksin COVID-19 pada Ibu Menyusui
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.