Ketahui Risiko Sering Hamil dan Melahirkan, Ini Kata Pakar!
Hati-hati, keputusan untuk memiliki banyak anak nyatanya memiliki ragam risiko, baik bagi ibu ataupun bayi!
Sempat ada komentar seorang YouTuber yang ingin punya anak 15 dan menjadi sorotan masyarakat. Bisa dimaklumi, karena hal ini tidak terlepas dengan adanya efek sering hamil dan melahirkan yang bisa mengintai sang ibu.
Mau tahu apa saja efek sering hamil dan melahirkan?
Artikel Terkait: Berapakah Jarak Kehamilan yang Aman Setelah Operasi Caesar?
Bahaya dan Efek Sering Hamil dan Melahirkan
Hal inilah yang ditegaskan oleh dr. Gorga I. V. W. Udjung, Sp.OG. “Ya, memang benar, pada saat pasangan suami istri memutuskan ingin punya banyak anak, ada beberapa risiko mempunyai banyak anak atau sering melahirkan.
Biasanya risiko ini akan meningkat pada perempuan yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih. Istilah medisnya Grande Multiparitas,” tukasnya kepada theAsianparent Indonesia.
Artikel terkait: Pentingnya Pemeriksaan Genetik Saat Program Hamil Menurut Dokter, Simak!
Memahami Grande Multipara
Grande multipara merupakan suatu keadaan seorang ibu telah melahirkan lebih dari lima kali.
Bayi yang dilahirkan dapat hidup dengan usia kehamilan lebih dari 20 minggu dan berat badan bayi lebih dari 1000 gram.
Bagi ibu yang yang telah melahirkan lebih dari sepuluh kali dengan bayi yang dapat hidup digolongkan pada grande multiparity atau great multiparity.
Faktanya, di Indonesia sendiri, faktor yang memengaruhi tingginya angka kematian ibu antara lain juga disebabkan karena grande multipara.
Risko kematian ibu hamil dari golongan ini bahkan delapan kali lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang hamil kurang dari lima kali.
Risiko kematian bahkan tidak hanya terjadi kepada sang ibu, bayi yang dilahirkan pun memiliki risiko tinggi.
Risiko dan Efek Sering Hamil dan Melahirkan
dr. Gorga juga menjelaskan bahwa sering hamil dan melahirkan ini bisa menimbulkan beberapa risiko, di antaranya:
- Perdarahan pascapersalinan atau Post Partum Hemorrhage (PPH) dikarenakan Atonia Uteri
- Placenta Previa
- Anemia
- Diabetes Mellitus Gestasional (DMG)
- Hipertensi Gestasional (HDK)
- Prolapsus Uteri (Turun Peranakan)
Tidak bisa dipungkiri jika kondisi saat ini berbeda jauh dengan beberapa tahun lalu. Di mana zaman dahulu banyak pasangan suami istri yang memutuskan memiliki banyak anak.
Banyak yang beranggapan bahwa banyak anak, banyak rezeki. Sementara saat ini konteks tersebut sudah tidak relevan.
Hal ini pun disadari oleh beberapa anggota komunitas theAsianparent Indonesia.
Salah satunya adalah Febrianti (31 tahun), ibu dari satu orang anak ini mengatakan, “Kalau zaman dahulu, rata-rata memang keluarga besar, ya. Punya banyak anak hingga belasan.”
“Sementara kalau zaman sekarang tidak begitu. Banyak pasangan suami istri yang memutuskan untuk punya anak 1, 2, 3 bahkan memutuskan child free. Memang pertimbangannya berbeda dan akan kembali ke keputusan masing-masing orang,” ungkapnya.
Artikel terkait: 5 Hal Penting yang Wajib Dilakukan pada Trimester Pertama Kehamilan
Pertanyaan selanjutnya, adakah jumlah ideal melahirkan bagi seorang perempuan, baik yang dilakukan secara alami ataupun caesar?
Sebenarnya sampai saat ini memang belum ada batasan.
Seperti yang dijelaskan oleh dr. Gorga, “Memang, sebenarnya tidak ada batasan ideal jumlah seorang perempuan hamil dan melahirkan baik secara alami dan ceasar.”
Meski demikian, dr. Gorga menegaskan sebenarnya banyak literatur mengatakan peningkatan risiko yang terjadi setelah operasi cesar tiga kali.
“Di mana angka kejadian seperti perdarahan hebat, placenta akreta, cedera usus dan kandung kemih, ruptur uteri bisa meningkat.
“Demikian juga pada kondisi ibu yang melahirkan secara normal, tidak ada batasan diperbolehkan melahirkan secara alami, tetapi risiko-risiko seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya akan meningkat pada perempuan yang melahirkan lebih dari 4 kali,” jelas dr. Gorga.
Artikel terkait: Tingkat Risiko Keguguran Berdasarkan Usia Ibu dan Kandungan, Bunda Wajib Tahu!
Pentingnya Perhatikan Jarak Kehamilan
Tak hanya memerhatikan berapa kali seorang perempuan melahirkan, demi keselamatan sang ibu dan bayi, faktor lain yang tak kalah penting untuk diperhatikan adalah jarak waktu kehamilan.
Dikatakan dr. Gorga, memang disarankan memiliki jarak waktu antara kehamilan, yaitu 18-24 bulan. Mengapa perlu menunggu sebelum memutuskan untuk hamil lagi?
Rentang waktu ini memang diperlukan oleh sang ibu untuk proses pemulihan tubuh setelah melahirkan. Harapannya, bisa meminimalkan risiko terjadinya masalah pada kehamilan berikutnya.
“Selain itu diperlukan waktu agar ibu bisa lebih fokus mengurus anak yang baru dilahirkan. Sebab, ibu perlu memerhatikan nutrisi dan tumbuh kembang bayi secara maksimal. Dan ini tentu saja perlu bisa diperhatikan dengan baik,” tegas dr. Gorga.
Itulah penjelasan seputar apa saja risiko dan efek sering hamil dan melahirkan. Semoga informasi ini bisa bermanfaat untuk Parents, ya!
Baca juga:
Sebelum Terlambat, Kenali 3 Jenis Keguguran yang Harus Ibu Hamil Waspadai
15 Akun Dokter Kandungan di Instagram, Rajin Berbagi Ilmu Kesehatan dan Parenting