Hati-hati! Preeklampsia setelah melahirkan bisa terjadi, kenali gejalanya

Preeklampsia setelah melahirkan merupakan kondisi yang patut diwaspadai para ibu baru, karena dapat berisiko pada komplikasi yang lebih serius.

Selama ini Bunda mungkin mengetahui kalau preeklampsia terjadi selama kehamilan. Nyatanya, preeklampsia setelah melahirkan atau disebut dengan preeklampsia postpartum juga bisa terjadi. Jika preeklampsia selama hamil dapat berisiko, lantas bagaimana dengan efek preeklampsia setelah melahirkan?

Meskipun jarang terjadi, tapi kondisi preeklampsia setelah melahirkan juga patut diwaspadai, karena memiliki risiko serius bagi ibu baru.

Umumnya, tanda jika ibu baru menderita postpartum preeklampsia yaitu mengalami tekanan darah tinggi dan kelebihan protein dalam urine.

"Bagian menakutkan dari preeklampsia postpartum adalah keterlambatan yang dapat terjadi antara timbulnya gejala dan diagnosis. Hal itu dapat menimbulkan penyakit serius yang dapat mengancam jiwa," kata Ira Bernstein, MD, profesor kebidanan dan ginekologi di University of Vermont College of Medicine.

Kapan ibu baru akan mengalami preeklampsia setelah melahirkan?

Preeklampsia postpartum dapat berkembang dengan segera setelah melahirkan, biasanya dalam 48-72 jam pertama setelah melahirkan. Namun, bisa juga tertunda hingga 1 bulan pascapersalinan, atau disebut dengan 'preeklampsia postpartum lanjut'.

"Butuh waktu bagi rahim untuk melepaskan lapisannya setelah kelahiran, jadi proses ini mungkin terjadi penundaan yang terkadang terlihat lambat setelah melahirkan," ungkap James N. Martin, MD, mantan presiden American College of Obstetricians and Gynecologists.

Faktor yang memengaruhi postpartum preeklampsia

Sebenarnya sulit untuk menentukan apa yang menjadi penyebab terjadinya postpartum preeklampsia. Akan tetapi, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko, di antaranya yaitu :

  • Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol sebelum hamil
  • Mengalami tekanan darah tinggi selama masa akhir kehamilan (hipertensi gestasional)
  • Riwayat keluarga dengan preeklampsia postpartum
  • Obesitas
  • Hamil kembar
  • Diabetes tipe 1 atau tipe 2

Artikel terkait : Mencegah preeklampsia pada kehamilan kedua, ini saran dokter kandungan

Gejala postpartum preeklampsia yang harus diwaspadai

Berikut adalah gejala-gejala postpartum preeklampsia :

  • Tekanan darah 140/90 atau lebih tinggi
  • Kelebihan protein dalam urine
  • Mual dan muntah
  • Sakit kepala parah
  • Nyeri perut, terutama di bawah tulang rusuk sisi kanan
  • Urine sangat sedikit
  • Kenaikan berat badan secara tiba-tiba (sekitar lebih dari 1 kilogram seminggu)
  • Sesak napas secara tiba-tiba

"Jika Anda mengalami salah satu dari tanda atau gejala ini, segera hubungi penyedia layanan kesehatan," saran Dr. Martin.

Komplikasi yang mungkin terjadi akibat postpartum preeklampsia

Apabila kondisi ini tidak segera diatasi, maka dapat menyebabkan komplikasi serius, bahkan dapat mengancam jiwa. Beberapa di antaranya adalah :

  • Stroke
  • Kelebihan cairan di paru-paru
  • Pembuluh darah tersumbat karena gumpalan darah
  • Eklampsia postpartum, yang dapat memengaruhi fungsi otak dan menyebabkan kejang hingga menyebabkan kerusakan permanen pada mata, hati, ginjal dan otak
  • Sindrom HELLP (Hemolysis, Elevated Liver Enzymes and Low Platelet Count) atau hemolosis (penghancuran sel darah merah), peningkatan enzim hati dan jumlah trombosit yang rendah

Pencegahan dan perawatan untuk postpartum preeklampsia

  • Cara pencegahan

Akibat sering tidak diketahui penyebabnya, sehingga itu juga berpengaruh pada tidak dapatnya kondisi ini dicegah. Sehingga jika Bunda memiliki riwayat tekanan darah tinggi, dokter akan membuat beberapa rekomendasi untuk mengendalikan tekanan darah selama kehamilan berikutnya.

Pastikan juga untuk memeriksa atau mengontrol tekanan darah setelah melahirkan. Tidak hanya sebagai pencegahan preeklampsia, tapi ini juga bentuk deteksi dini yang membantu Bunda untuk menghindari komplikasi serius.

  • Perawatan

Jika dokter mencurigai Bunda mengalami postpartum preeklampsia, maka disarankan agar dirawat di rumah sakit untuk mendapat perawatan yang sesuai. Postpartum preeklampsia sering kali dapat didiagnosis dengan tes laboratorium yang meliput pengambilan darah dan urine.

Darah akan diuji untuk menentukan apakah Bunda memiliki jumlah trombosit yang tepat, kemudian dokter akan memastikan jika hati dan ginjal bekerja dengan baik. Sementara itu, sampel urine diambil untuk melihat apakah mengandung protein.

Saat seseorang mengalami postpartum preeklampsia, biasanya ia akan kejang, sehingga membutuhkan obat antikonvulsif yang diminum selama 24 jam. Setelah minum obat, dokter akan memeriksa tekanan darah, urine dan gejala lainnya dengan sangat hati-hati.

Itulah informasi terkait preeklampsia setelah melahirkan. Bunda disarankan untuk waspada akan kondisi ini dan jangan ragu untuk periksakan ke dokter jika sudah merasakan tanda atau gejalanya untuk menghindari risiko yang lebih buruk.

****

Referensi : Parents dan Healthline

Baca juga :

id.theasianparent.com/waspadai-preeklampsia-pada-kehamilan