Seiring perkembangan zaman yang semakin modern, mulai muncul beragam alat pembayaran non-tunai. Contohnya yaitu uang elektronik dan dompet digital, atau dikenal dengan istilah e-money dan e-wallet.
E-money merupakan uang elektronik yang berbasis kartu yang dikeluarkan oleh Bank. Umumnya masyarakat menggunakan e-money sebagai alat pembayaran saat mereka memakai sarana transportasi.
“Banyak digunakan untuk mengganti transaksi non-tunai dan umumnya banyak dipakai untuk transportasi, seperti buat bayar tol, KRL, MRT, Trans Jakarta. Serta, saldo maksimal pada e-money yaitu sebesar 1 juta rupiah,” kata Metta Anggriani selaku Financial Planner.
Sementara itu, e-wallet merupakan dompet digital yang dikeluarkan oleh perusahaan bukan Bank, artinya dikeluarkan oleh startup dengan kecanggihan teknologi. Cakupan e-wallet pun memang lebih luas daripada e-money.
“E-wallet bisa buat transaksi sampai ke gerai-gerai retail, lalu saldonya juga lebih besar, sampai 10 juta rupiah. Bisa transfer sesama brand e-wallet itu bahkan ke rekening bank juga, dan sebagaian sudah masuk ke insvetasi, sehingga dia bukan cuma jadi alat pembayaran tapi lama-lama bisa menjadi financial app,” jelas Metta.
Lebih aman yang mana, e-money atau e-wallet?
Di antara e-money dan e-wallet, ternyata e-wallet yang dianggap lebih aman untuk Parents gunakan. Sebab untuk mengakses e-wallet harus menggunakan data-data pribadi yang hanya diketahui oleh pemilik atau penggunanya.
“Dari sisi keamanan, e-wallet lebih aman, karena terikat dengan nomor telepon dan kalau transaksi butuh pin. Sementara e-money, kalau kartunya hilang, ya uangnya juga hilang, kita tidak bisa klaim balik, jadi benar-benar lebih banyak risiko,” ucap Metta pada Rabu, 27 November 2019.
“Dua-duanya memang sama-sama membantu, tapi mungkin bisa dipilih mana yang lebih pas. Seperti, e-money dibutuhkan untuk transportasi, tapi di luar itu kita biasanya pakai e-wallet,” tambahnya.
Dompet digital pilihan para Digital Mums theAsianparent Indonesia
Modernisasi tentu sangat berpengaruh pada keputusan masyarakat akhirnya lebih memilih e-wallet dan mulai berpaling dari cara pembayaran konvensional. Selain itu, promo-promo yang ditawarkan oleh para pemain e-wallet pun membuat masyarakat semakin tergoda untuk memanfaatkannya.
Saat ini, setidaknya ada 4 jenis e-wallet yang sedang ramai dipakai oleh masyarakat Indonesia. Namun, dari keempatnya, OVO menjadi dompet digital paling banyak digunakan oleh para Bunda theAsianparent.
Hal ini berdasarkan hasil Digital Mums Survey 2019, sebanyak 76% responden mengaku jika mereka menggunakan OVO. Lalu, di urutan kedua dompet digital yang paling banyak dipakai oleh para Digital Mums Indonesia yaitu GoPay, serta di urutan ketiga adalah Dana.
Dari hasil survey tersebut pun diketahui sebanyak 64% ibu di Indonesia menggunakan e-wallet beberapa kali dalam seminggu, dan 34% dari mereka menggunakannya hampir setiap hari. Mereka menggunakannya untuk membeli produk, menggunakan sarana transportasi, dan layanan lainnya.
“Sekarang memang ada 4 pemain besar e-wallet, tapi mereka juga masih tetap bersaing, seperti memberikan banyak promo, cashback, dan lainnya. Artinya, dari keempat e-wallet itu, kita sebagai konsumen akan cari yang paling menguntungkan dari yang ditawarkan, tapi hal ini memang wajar,” ungkap Metta yang ditemui di kawasan Senayan, Jakarta Pusat.
Cara bijak menggunakan e-wallet
Pemakaian e-wallet sebagai alat pembayaran memang tidak salah, apalagi di era yang sudah semakin modern. Namun, Bunda harus lebih bijak dalam menggunakan e-wallet agar tidak boros.
Caranya yaitu dengan pintar membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Artinya, pakailah e-wallet untuk membeli barang-barang yang dibutuhkan, bukan karena tergoda oleh diskon atau promo yang ditawarkan e-wallet.
“Kita harus tahu kalau yang kita beli dan belanjakan memang sesuai kebutuhan, bukan karena tiba-tiba ada diskon, padahal lagi tidak butuh, artinya tidak mubadzir. Yang sehat adalah kita harus menggunakan e-wallet sesuai dengan kebutuhan,” ujar Metta.
“Adanya e-wallet juga kita harus sadar kalau kita itu mau punya berapa dompet, cukup atau tidak kalau 2 saja, tapi kalau saya pikir 2 itu sudah cukup. Kalaupun mau punya yang lain, ya boleh saja, tapi simpan saldonya mininum saja, apalagi kalau memang tidak banyak dipakai,” imbuh Metta.
Selain disarankan untuk tidak terlalu banyak memiliki e-wallet, Bunda pun disarankan untuk mengatur saldo yang ada di e-wallet. Pasalnya, uang yang disimpan di e-wallet tidak berkembang.
“Uangnya juga jadi tercecer, sehingga tidak maksimal dalam mengoptimalkan kekayaan. Serta, bisa memancing belanja hal-hal yang tidak penting,” tutur Metta.
Demikian informasi terkait kebiasaan pemakaian e-money dan e-wallet yang tengah menjamur saat ini. Diharapkan Bunda lebih bijak dalam menggunakannya, ya.
Baca juga :
id.theasianparent.com/asuransi-untuk-keluarga
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.