Presiden Joko Widodo menargetkan penurunan angka stunting yang semula 24,4% menjadi 14% pada 2024 mendatang. Demikian benang merah Rapat Terbatas Pengendalian Stunting di Istana Kepresidenan pada Selasa (11/1) lalu. Itulah mengapa, peran orang tua dalam deteksi dini stunting sangat penting.
Dampak Stunting dalam Tumbuh Kembang Anak
Sebagai informasi, stunting merupakan masalah kesehatan pada anak yang disebabkan kurangnya nutrisi. Ada dua aspek yang harus menjadi perhatian, Stunted adalah kondisi tinggi badan anak yang berada di bawah kurva WHO.
Sementara itu, stunting adalah kondisi anak mengalami stunted karena nutrisi yang tidak baik sepanjang 1000 hari pertama kehidupannya. Mengingat angkanya yang meningkat dan berdampak terhadap tumbuh kembang anak, pemerintah menempatkan stunting sebagai isu utama.
“Tadi Bapak Presiden memberikan target yang jelas, yaitu menurunkan tingkat stunting (di negara) kita. Per tahun 2021 ini ada di angka 24,4 persen. Beliau mengharapkan bisa mencapai angka 14% di tahun 2024,” tutur Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam keterangan pers secara virtual melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden.
Sekilas, proporsi tubuh anak stunting mungkin terlihat normal dan dianggap baik oleh orang sekitar. Padahal, pada kenyataannya ia lebih pendek dari anak-anak seusianya. Pun ada dampak jangka pendek dan panjang menyusul saat ia tumbuh dewasa.
“Anak yang terlahir stunting berisiko besar di masa mendatang melahirkan generasi penerus yang juga stunting. Untuk itulah, hal ini harus diputus sejak periode emas alias golden age nya,” tutur Budi Gunadi lagi.
Artikel terkait: 3 Jenis Gizi Buruk pada Balita, Kenali Gejala dan Cara Penanganannya
Stunting Berpengaruh pada Perkembangan Kognitif
Stunting ini dampaknya bukan semata tubuhnya pendek, tetapi berpengaruh pada kemampuan kognitif,” demikian fakta yang diungkap Dr. Klara Yuliarti, Sp.A(K) Anggota Satgas ASI IDAI dalam acara Diskusi Media ‘Peluncuran modul Indonesian Breastfeeding Course for Clinician (BFCC)’ serta tanya jawab Peran ASI dalam Mencegah Stunting beberapa waktu lalu.
Secara sistem metabolik tubuh, Dr. Klara memaparkan bahwa anak yang stunting sudah mengalami kekurangan gizi. Kondisi ini membuat metabolisme anak menurun disebabkan kemampuan menyerap lemak yang rendah.
Secara khusus, Dr. Klara juga menegaskan bahwa kurangnya asupan gizi dikhususkan pada energi dan protein hewani. Tidak hanya berpostur pendek, hal ini dapat memengaruhi kecerdasannya di masa mendatang.
“Stunting yang membuat esensial adalah perkembangan otak, fokusnya itu bukan ke tinggi badan. Faktanya, 80% massa otak manusia terbentuk ketika berusia 0-2 tahun. Makanya, deteksi dini menjadi hal yang krusial,” lanjut Dr. Klara.
Artikel terkait: Parents Jangan Lengah! Inilah Ciri Anak yang Kekurangan Gizi
Pentingnya Deteksi Dini Stunting
Tidak ada patokan khusus golongan ibu seperti apa yang berisiko melahirkan anak stunting. Namun, bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2,5 kilogram berisiko mengalami hambatan dalam hal berat badan.
Penelitian juga menunjukkan bayi yang lahir dengan berat badan rendah berisiko 3 kali lebih tinggi mengalami stunting. Sayangnya, anggapan belum adanya masalah membuat banyak orang tua mendiamkan, padahal sudah jelas tinggi badan si buah hati stagnan.
“Studi longitudinal di Inggris menggambarkan bahwa adanya kemungkinan stunting pada 8 minggu pertama berkaitan dengan kondisi IQ ketika usianya 8 tahun. Jangan menunggu sampai stunting, tetapi lakukan pencegahan dini melalui deteksi weight faltering,” ujar Dr. Klara.
Weight faltering merupakan sebuah istilah untuk menggambarkan kondisi anak yang berat badannya di bawah standar. Dalam banyak kasus, kondisi ini terjadi ketika anak berusia 4 bulan.
Faktor Penyebab Menyusui Terhambat yang Berpengaruh pada Tumbuh Kembang
Tidak tercapainya berat badan ideal pada si kecil juga berkaitan erat dengan kebutuhan nutrisi yang tidak terpenuhi alias menyusui terhambat. Faktor yang melandasinya antara lain:
Bayi
- Sakit atau terlahir prematur
- Bayi kembar
- Adanya kelainan anatomi pada mulut bayi
- Berat badan tidak ideal
- Posisi menyusui dan perlekatan tidak sesuai
- Bayi menolak menyusu
- Pemberian dot di usia belum mencapai 6 minggu
- Kesulitan perlekatan di payudara ibu
Artikel terkait: Apa itu Stunting yang Sering Dialami Anak? Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya
Ibu
- Kehamilan pertama kali
- Baby blues
- Tidak rawat gabung dengan bayi saat di rumah sakit
- Minimnya dukungan keluarga
- Terlambat menyusui
- Ibu sedang mengonsumsi obat tertentu
- Anatomi payudara tertentu seperti payudara kecil atau puting terbenam
- Puting nyeri saat menyusui
Pemeriksaan Rutin yang Perlu Dilakukan Orang Tua
Untuk itu, penting bagi orang tua melakukan antropometri rutin meliputi pengukuran berat badan, panjang badan, berat badan menurut usia, tinggi badan menurut usia, tinggi badan menurut berat badan, lingkar kepala, dan seterusnya sebagai salah satu upaya deteksi dini.
Setelah melakukan pengukuran, lakukanlah plotting merujuk kurva WHO. Kurva dikelompokkan berdasarkan berat dan tinggi badan menurut usia berikut panjang badan.
Patut dicatat bahwa seorang anak tidak bisa diklaim stunting hanya karena tubuhnya pendek. Jika perawakan pendek tetapi kenaikan tinggi badannya sehat dan konsisten sesuai usia, maka ia normal. Anak bisa dikatakan stunting ketika sudah memasuki proses gagal tumbuh.
Gagal tumbuh yang dimaksud adalah kenaikan berat badan yang tidak adekuat. Umumnya, bayi berusia 0-3 bulan anak memiliki kenaikan berat badan signifikan. Jika di usia selanjutnya berat badan justru turun, Anda sebaiknya konsultasi dengan pakar kesehatan terkait.
Parents, demikian ulasan mengenai deteksi dini stunting. Semoga bermanfaat dan dapat menjadi bekal kita menumbuhkan generasi penerus yang berkualitas.
Baca juga:
Perhatikan Asupan Gizi Anak Prasekolah untuk Cegah Stunting, Begini Rekomendasi Ahli!
Stunting pada Anak Bisa Memengaruhi Masa Depannya, Parents Wajib Tahu
3 Masalah Gizi yang Sering Terjadi pada Balita, Bunda Perlu Waspada!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.