Di tengah perkembangan teknologi, masih banyak mitos yang beredar seputar kehamilan. Sebut saja, detak jantung janin perempuan yang konon lebih cepat dibandingkan detak jantung janin lelaki.
Seperti apa ya, faktanya? Ini jawabannya.
Riset Mengenai Detak Jantung Janin Perempuan
Namanya saja mitos, belum tentu informasi tersebut benar adanya dan belum terbukti secara ilmiah.
Namun, di Indonesia adalah suatu kebiasaan yang mendarah daging menggunakan detak jantung sebagai pakem jenis kelamin bayi.
Mitos yang berembus kencang adalah jika detak jantung janin kurang dari 140 kali per menit (bpm), maka sang ibu hamil bayi laki-laki.
Sedangkan jika degup jantung bayi lebih cepat, yakni lebih dari 140 kali per menit (bpm) artinya janin berjenis kelamin bayi perempuan. Benarkah demikian?
Mengutip laman What to Expect, sejumlah penelitian medis membuktikan teori prediksi jenis kelamin bayi berbasis detak jantung janin tidak terbukti alias mitos belaka.
Studi pada 2018 yang meneliti 10.000 kehamilan menemukan, detak jantung janin perempuan di awal kehamilan memang sedikit lebih tinggi daripada janin laki-laki.
Namun, perbedaan angkanya terbilang kecil dan tidak signifikan seperti mitos yang berkembang. Dengan demikian, detak jantung janin cepat tak lantas menandakan bayi yang dikandung adalah perempuan.
Masih menurut sumber yang sama, detak jantung janin mulai terdeteksi seiring pertumbuhan pembuluh darah dan organ jantung bayi.
Saat usia kehamilan memasuki empat minggu, pembuluh darah sudah terbentuk di embrio. Namun, bakal jantung bayi belum menghasilkan detak jantung.
Pada minggu kelima kehamilan, jantung bayi di dalam rahim membentuk katup dan pembuluh darah prekusor. Pada momentum inilah jantung mulai berdetak, namun belum bisa dideteksi.
Artikel terkait: 8 Vitamin yang Bagus untuk Ibu Hamil, Agar Janin dan Ibu Senantiasa Sehat
Ketika usia kehamilan menginjak enam minggu, perkembangan organ jantung mulai membentuk empat ruang. Setiap ruang jantung dibekali katup yang memungkinkan darah keluar masuk.
Begitu usia kehamilan menapaki sembilan sampai 10 minggu, barulah organ jantung mulai terbentuk dan detak jantung janin bisa terdengar.
Bagi para calon orang tua, cara mengetahui detak jantung janin bisa diketahui melalui pemeriksaan ultrasonografi (USG).
Faktanya, detak jantung janin normal berfluktuasi antara 120 sampai 160 kali per menit (bpm). Hasil pengukuran tersebut bisa bervariasi tergantung aktivitas bayi di dalam kandungan.
Mulanya, jenis kelamin ditentukan setelah terjadi pembuahan, bahkan perempuan mengetahui dirinya hamil.
Menurut penelitian, tidak ada perbedaan antara detak jantung anak laki-laki dan perempuan saat berada di dalam kandungan.
Sebelum alat kelamin janin berkembang, bakal bayi sudah lebih dulu mewarisi kromosom X atau Y. Bayi perempuan membawa informasi genetik XX, sedangkan bayi laki-laki membawa informasi genetik XY.
Alat kelamin bayi di dalam kandungan juga tidak serta-merta tumbuh sejak awal kehamilan. Pertumbuhannya baru terlihat saat usia kandungan memasuki 10-20 minggu.
Kendati detak jantung janin tidak bisa jadi cara mengetahui jenis kelamin bayi, ada serangkaian tes untuk menentukan gender buah hati kelak.
Calon orang tua bisa mengetahui jenis kelamin bayinya dengan tes DNA, tes genetik, sampai pemeriksaan USG pada usia kehamilan 18 minggu.
Di samping tes tersebut, memang salah satu cara paling akurat mengetahui kelamin bayi adalah menantinya lahir ke dunia.
Artikel terkait: 8 Makanan Mengandung Asam Folat yang Perlu Dikonsumsi Bumil agar Janin Sehat
Menghitung Detak Jantung Janin
Selain itu, banyaknya denyut nadi normal juga bisa dikategorikan berdasarkan usia, yaitu:
- Bayi baru lahir hingga usia bulan:berkisar 70-190 detak per menit.
- Bayi berusia 1 hingga 11 bulan: berkisar 80-150 detak per menit.
- Anak berusia 1 hingga 2 tahun: berkisar 80-130 detak per menit.
- Anak berusia 3 hingga 4 tahun: berkisar 80-120 detak per menit.
- Anak berusia 3 hingga 4 tahun: berkisar 80-120 detak per menit
- Anak berusia 5 hingga 6 tahun: berkisar 75-115 detak per menit.
- Anak berusia 7 hingga 9 tahun: berkisar 70-110 detak per menit.
- Anak yang berusia 10 tahun ke atas: denyut jantung normal sekitar 60-100 detak per menit.
Untuk menghitung denyut jantung, Anda membutuhkan kemampuan berhitung dan sebuah stopwatch.
Tapi, penting untuk memilih waktu kapan untuk menghitungnya.
Saat bangun pagi, lakukan kiat berikut:
- Tempatkan ujung telunjuk dan jari tengah tangan kanan di sisi telapak pergelangan tangan kiri (atau sebaliknya), tepat di bawah pangkal jempol. Anda juga bisa menempatkan ujung telunjuk dan jari ketiga di leher bagian rahang bawah Anda di salah satu sisi tenggorokan Anda.
- Hindari menggunakan ibu jari karena ibu jari memiliki denyut ringan yang dapat membingungkan Anda saat menghitung.
- Tekan lembut jari Anda sampai Anda merasakan denyut nadi di bawah jari Anda. Anda mungkin perlu memindah-mindahkan jari ke sekitarnya sampai Anda benar-benar merasakan denyut.
- Hitung denyut nadi Anda dalam 15 detik. Kalikan hasilnya dengan 4 untuk mendapat angka denyut nadi istirahat Anda per menit. Anda dapat menghitung denyut nadi Anda tiga kali, kemudian mengambil rata-rata agar benar yakin.
Selain usia, terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi detak jantung antara lain:
- aktivitas fisik,
- suhu udara,
- posisi tubuh,
- kondisi emosi,
- berat badan,
- penggunaan obat-obatan,
- kondisi medis.
Parents, semoga informasi ini bermanfaat.
Baca juga:
Hasil Penelitian: Terdapat Efek Infeksi COVID-19 Ringan pada Imunitas Ibu Hamil dan Janin
Defisiensi Zat Besi pada Ibu Hamil Bisa Memengaruhi Janin, Waspadai Gejalanya