Hampir satu tahun dunia melawan SARS-CoV-2, strain virus corona yang dikenal dengan COVID-19. Berbagai upaya pun dilakukan untuk memutus mata rantai penyebaran virus, salah satunya dengan vaksin. Namun nyatanya, ada beberapa daftar orang yang tidak dianjurkan vaksin COVID-19.
Sejak merebak dan banyaknya masyarakat yang meninggal lantaran COVID-19, negara-negara besar bersama perusahaan medis berupaya menciptakan dan mengembangkan vaksin untuk memberantas virus ini. Di antaranya, perusahaan biofarmasi asal Amerika Serikat dan Jerman, Pfizer yang bekerja sama dengan BioNTech.
Sejauh ini, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) sudah mengeluarkan izin penggunaan darurat (EUA) terhadap vaksin buatan beberapa biofarmasi. Seperti vaksin Pfizer yang tingkat efikasinya mencapai 95 persen, dan Moderna 94 persen.
Terlepas apakah vaksin ini aman dan efektif, namun vaksin Covid-19 tersebut sudah mulai digunakan di beberapa negara. Satu di antaranya Indonesia. Presiden Joko Widodo sudah beberapa waktu lalu sudah mendatangkan sekitar 1,2 juta dosis vaksin dari Sinovac, Tiongkok. Dan katanya, masyarakat bisa mendapatkan vaksin ini secara gratis.
Lantas siapa yang bisa dan tidak bisa mendapatkan vaksin? Ini dia daftar orang yang tidak dianjurkan vaksin Covid-19.
Daftar Orang yang Tidak Dianjurkan Vaksin Covid-19
Secara Umum Manfaatnya Sama Seperti Vaksin Lain
Vaksin disuntikkan ke tubuh manusia untuk ’melatih’ sistem kekebalan tubuh dengan membentuk antibodi agar mampu melawan infeksi yang disebabkan virus. Begitu juga dengan vaksin Covid-19 ini, digunakan untuk melawan infeksi karena virus corona.
Tapi vaksin Covid-19 tidak dapat disuntikkan kepada semua orang. Ada beberapa kategori usia dan kondisi yang tidak dapat menerima vaksin. Hal ini disebabkan respons mereka terhadap vaksinasi berbeda dan tidak efektif pada beberapa kasus.
Berikut ini daftar orang yang tidak dianjurkan vaksin Covid-19:
1. Anak di Bawah 16 Tahun
Pada lamannya, situs resmi FDA menulis, EUA hanya memperbolehkan pemberian vaksin Pfizer-BioNTech dan Moderna untuk anak remaja berusia 16 tahun ke atas. Lantas, bagaimana dengan anak yang berusia di bawah 16 tahun?
Sejauh ini uji coba vaksin terhadap anak berusia di bawah 16 tahun masih dalam tahap eksperimen. The New York Times juga menulis, Pfizer-BioNTech baru memulai uji coba vaksinnya untuk anak berusia maksimal 12 tahun, sedangkan Moderna baru memulai uji coba yang sama awal Desember lalu.
Alasan kedua, tingkat kesembuhan COVID-19 pada anak-anak jauh lebih tinggi. Menurut laporan Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS (CDC) September lalu, dari sekitar 190.000 korban, hanya 121 yang tergolong usia anak. Majalah Science juga menulis, anak-anak tidak menyebarkan SARS-CoV-2 separah orang dewasa.
2. Individu dengan Alergi
Isi daftar orang yang tidak dianjurkan vaksin COVID-19 berikutnya adalah orang-orang dengan riwayat reaksi alergi parah. Parah di sini maksudnya, berpotensi mengancam nyawa (anafilaksis). Jadi sebagai Tindakan pencegahan, sebaiknya tidak menerima vaksin
CNN melaporkan, ada dua petugas kesehatan di Alaska, AS, yang mengalami reaksi setelah menerima vaksin Pfizer-BioNTech. Di mana keduanya memiliki riwayat alergi sehingga mengalami reaksi anafilaksis.
Petugas pertama mengalami gejala yang mereka rasakan adalah ruam pada wajah dan batang tubuh, sesak napas, dan detak jantung meningkat. Sedangkan petugas kedua mengalami pembengkakan di mata, pusing, dan tenggorokan gatal. Gejala tersebut bereaksi setelah 10 menit menerima vaksin.
FDA mengatakan, meski peristiwa anafilaksis ini kemungkinannya sangat kecil tapi tetap harus diwaspadai.
3. Ibu Hamil dan Menyusui
Sebenarnya tidak ada larangan khusus dari FDA kepada ibu hamil dan menyusui untuk menerima vaksin. Keputusan vaksin sepenuhnya diserahkan kepada mereka –ibu hamil, ibu menyusui, ibu yang sedang merencanakan kehamilan- dan dokternya.
Sedangkan pemerintah Inggris dengan tegas tidak merekomendasikan vaksin COVID-19 untuk ibu hamil, sedang merencanakan kehamilan, dan ibu menyusui. Ini dikarenakan belum ada data pasti tentang tingkat efikasi vaksin terhadap ibu dengan kondisi ini.
Yang direkomendasi adalah sebagai berikut:
- Jika hamil: Menunggu pemberian vaksin pascapersalinan.
- Curiga hamil: Tunda vaksinasi hingga dinyatakan tidak hamil.
- Merencanakan kehamilan dalam 3 bulan ke depan: Tunda vaksinasi.
- Tidak hamil: Vaksinasi bisa dilakukan dan hindari kehamilan hingga 2 bulan setelah vaksin dosis kedua.
- Jika dosis pertama telah diberikan dan kemudian hamil: Dosis kedua harus ditunda hingga kehamilan selesai.
- Masih menyusui: Tunda vaksinasi hingga masa menyusui selesai.
- Masa menyusui sudah mendapat dosis pertama vaksin: Disarankan menunda dosis kedua hingga masa menyusui selesai.
4. Penderita HIV atau Tengah Menjalani Terapi Imunosupresan
Stat News menulis, Pfizer-BioNTech juga melakukan uji klinis fase 2 dan 3 kepada orang-orang yang sistem imunnya lemah, seperti penderita HIV/AIDS dan menjalani terapi imunosupresan.
Namun, data yang dikeluarkan belum lengkap, sehingga –sama seperti pada kondisi ibu hamil dan menyusui, keputusan menerima vaksin diserahkan kepada pasien HIV dan orang yang menjalani program terapi imunosupresan.
5. Orang yang Baru Menerima atau Berencana Mendapat Vaksin Lain
Menerima beberapa vaksin bersamaan sebenarnya hal biasa. Namun sejauh ini belum ada perusahaan biofarmasi yang melakukan penelitian mengenai hal ini. Sehingga, untuk memastikan apakah vaksin-vaksin itu tidak rusak atau bekerja efektif, CDC tidak merekomendasikan seseorang mendapatkan vaksin COVID-19 berbarengan dengan vaksin lain selama 2 minggu sebelum dan 2 minggu setelah menerima vaksin COVID-19.
CDC menjelaskan, tiap orang mendapatkan dua dosis vaksin COVID-19 yang diberikan dengan interval minimal 14 hari sebelum dan sesudah pemberian vaksin lain. Jika vaksin ini diberikan tidak sengaja dalam rentang 14 hari setelah vaksin lain, maka dosis kedua vaksin tidak perlu diulang.
6. Orang yang Menerima Salah Satu Vaksin COVID-19 dengan EUA
Seperti dilansir dari Stat News, orang yang mendapat dosis pertama vaksin Pfizer atau Moderna harus mendapat dosis kedua 17-21 hari kemudian.
Tapi apakah kedua dua dosis tersebut bisa bergantian merek, misalnya dosis pertama menerima vaksin Pfizer dan dosis kedua vaksin Moderna?
Mengenai hal ini memang belum dilakukan penelitian. Agar lebih aman, ada baiknya vaksin digunakan sesuai aturan atau kewenangan.
7. Pernah Terkonfirmasi dan Terdiagnosis COVID-19
Orang yang pernah terkonfirmasi COVID-19 atau yang lebih dikenal dengan istilah penyintas sudah terbentuk antibodi dalam tubuh nya, sehingga tidak memerlukan vaksinasi.
Jika Tak Sempat atau Belum Boleh Mendapatkan Vaksinansi COVID-19
Jika Anda atau anggota keluarga lain termasuk dalam golongan orang yang tidak dianjurkan vaksin COVID-19, maka Anda harus menunggu ambang batas hingga 70 persen kekebalan kelompok (herd immunity) bisa aktif. Dengan begitu, Anda tetap terlindungi dari COVID-19 meski tidak divaksin.
Memang butuh waktu agar dunia mencapai herd immunity terhadap COVID-19. Yang bisa Anda lakukan sambil menunggu adalah tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah COVID-19. Yakni:
- Mengenakan masker terutama saat keluar rumah.
- Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun selama minimal 20 detik.
- Tetap menjaga pembatasan sosial (social distancing) 1,8-2 meter dengan orang lain.
- Tidak sembarangan menyentuh mata, hidung, dan mulut.
- Menghindari kerumunan dengan tetap berada di rumah dan hanya keluar jika ada keperluan penting atau mendesak.
Selain itu, tetap menjaga kesehatan dengan menjalani pola hidup sehat yakni dengan berolahraga rutin dan mengonsumsi makanan bergizi . Mau divaksin atau tidak tetap sehat ya, Parents!
Baca juga:
Baru Mendarat di Indonesia, Ini 4 Fakta Vaksin Virus Corona dari China
Sempat Tuai Protes Masyarakat, Begini Cara Kerja dan Tingkat Akurasi Swab Antigen
15 Publik Figur Dinyatakan Positif COVID-19 tahun 2020, Banyak yang Tidak Bergejala
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.