Bagi Parents yang suka mencuci pakaian di rumah sepertinya harus mulai berhemat dalam penggunaan detergen. Pasalnya, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) saat ini diketahui tengah mengkaji persoalan terkait rencana penerapan cukai untuk beberapa produk, seperti Bahan Bakar Minyak (BBM), ban karet, dan cukai detergen.
Kabar penerapan cukai tersebut disampaikan langsung oleh Kepala Badan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Kacaribu dalam rapat dengan Bagian Anggaran DPR RI beberapa waktu lalu. Febrio Kacaribu menjelaskan bahwa hal itu bertujuan dalam rangka mengurangi tingkat konsumsi.
“Yang sedang kita kaji beberapa konteks ke depan dalam hal pengendalian konsumsi adalah seperti BBM, ban karet, dan detergen,” jelas Kepala BKF Febrio Kacaribu, melansir dari Kompas.
Febrio kemudian menjelaskan alasan lainnya rencana pengenaan cukai terhadap beberapa produk tersebut karena potensi penerimaan negara dari kepabeanan dan cukai masih dapat dioptimalkan melalui ekstensifikasi barang kena cukai (BKC).
Sedangkan, penerimaan cukai saat ini masih didominasi oleh tembakau. Dan barang-barang yang kena cukai pun baru ada tiga, di antaranya adalah hasil tembakau, minuman mengandung etil alkohol (MMEA) dan etil alkohol itu sendiri.
“Untuk kepabeanan dan cukai ini didominasi oleh penerimaan cukai hasil tembakau. Nah, BKC termasuk yang exist adalah hasil tembakau, MMEA, dan etil alkohol,” papar Febrio.
Lebih lanjut, Febrio mengungkapkan bahwa barang-barang yang kini sedang dalam tahap persiapan penerapan cukai adalah plastik dan minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK). Sedangkan, barang-barang seperti BBM, karet, dan detergen masih dalam tahap kajian.
“Kita melakukan persiapan terus untuk plastik dan juga minuman berpemanis dalam kemasan,” katanya.
Artikel Terkait: Naik Drastis, Pemerintah Tetapkan Tarif Baru Naik ke Candi Borobudur
Waktu Penerapan Cukai BBM, Ban Karet, dan Cukai Detergen
Namun sayangnya, ketika ditanya perihal waktu dan kapan kebijakan penerapan cukai terhadap BBM, ban karet, dan detergen akan diberlakukan, Febrio Kacaribu belum bisa memastikannya. Hanya saja, pihaknya kini akan terus mengkaji rencana kebijakan tersebut.
“Belum (dikenakan), sabar,” ujar Febrio Kacaribu saat diwawancara di Gedung DPR, mengutip dari CNBC Indonesia.
Seperti diketahui, pada saat pandemi 2020 lalu, jumlah penerimaan cukai semakin tinggi karena terjadinya penurunan kegiatan perdagangan internasional. Oleh karena itu, sejak tahun 2021, penerimaan bea keluar mengalami peningkatan yang cukup drastis sejalan dengan kenaikan harga komoditas.
Selain itu, pemerintah menargetkan penerimaan kepabeanan dan cukai pada tahun 2022 ini sebesar Rp 245 triliun. Nominal itu terdiri atas penerimaan cukai sebesar Rp 203,92 triliun, bea masuk Rp 35,16 triliun, dan bea keluar Rp 5,92 triliun.
Di sisi lain, pemerintah juga telah memperkirakan bahwa penerimaan atas perpajakan pada tahun 2023 berkisar antara Rp 1.884,6 triliun sampai dengan Rp 1.967,4 triliun. Perkiraan penerimaan perpajakan ini diketahui lebih tinggi sebesar Rp 10,6 triliun dari batas proyeksi pemerintah.
Artikel Terkait: Putusan MA Pastikan Pemerintah Menyediakan Vaksin Halal untuk Umat Muslim di Indonesia
Tanggapan Ibu Rumah Tangga
Apabila kebijakan pengenaan cukai detergen benar-benar diberlakukan, maka orang yang paling merasakan dampaknya adalah sejumlah ibu rumah tangga (IRT).
Tak heran, sebagian besar IRT menanggapi rencana pemerintah ini dengan respon yang negatif. Mengingat, harga detergen pasti akan mengalami kenaikan jika kebijakan itu diberlakukan.
Mengutip dari CNN, sejumlah IRT turut menyuarakan pendapatnya mengenai rencana ini. Seperti misalnya, seorang IRT asal Tangerang, Debora yang mengaku tidak setuju terhadap rencana tersebut. Dia merasa kenaikan harga detergen akan semakin membebani para IRT lainnya.
“Naiknya bahan baku yang lain saja sudah cukup membuat kami IRT berpikir keras perihal alokasi keuangan dapur. Apalagi detergen juga yang notabenenya termasuk salah satu kebutuhan pokok. Makin pusing sih pastinya,” kata Debora.
Tidak hanya Debora saja yang tidak setuju dengan rencana tersebut, tetapi seorang IRT lainnya asal Dumai bernama Linda juga sependapat. Namun, Linda mengatakan jika harga detergen memang harus naik, maka kenaikan harganya jangan terlalu tinggi. Mengingat, harga bahan-bahan sembako sudah mengalami kenaikan.
Artikel terkait: Daftar Wilayah yang Berlakukan Pemutihan Pajak Kendaraan 2022, Catat Parents!
“Kalau kita emak-emak ini, jangan lah pakai cukai segala. Kalau pun naik harga jangan terlalu tinggi lah karena semua bahan-bahan sembako sudah naik, seperti bawang merah, cabai,” kata Linda.
Selain itu, warga asal Medan sekaligus pedagang bernama Marni, mengaku khawatir jika rencana pengenaan cukai detergen terealisasikan. Jika dia biasanya dapat menjual satu dus detergen seharga Rp 150 ribu selama seminggu, namun bagaimana kalau kebijakan ini terjadi? Menurutnya, kebijakan itu tentu saja akan menurunkan daya beli masyarakat.
Rencana kebijakan pengenaan cukai ini memang membuat banyak IRT merasa khawatir dan terbebani. Pasalnya, kebijakan itu pastinya akan menaikkan harga detergen, yang menjadi salah satu kebutuhan pokok. Apalagi mereka juga sudah terbebani dengan sejumlah kenaikan harga terhadap bahan baku lainnya.
Nah, kalau kebijakan ini benar-benar diberlakukan, Parents dapat melakukan beberapa cara untuk menghemat penggunaan detergen di rumah. Untungnya, kami telah merangkum cara menggunakan detergen agar tidak boros untuk Anda.
Tips Penggunaan Detergen Agar Tidak Boros
Banyak IRT yang kerap mengeluhkan bahwa detergen untuk mencuci pakaian cepat sekali habisnya. Padahal itu bisa terjadi karena kesalahan dalam penggunaannya.
Mengutip dari Suara, berdasarkan penelitian yang dilakukan Kao Indonesia bahwa 9 dari 10 IRT di Indonesia terbiasa menggunakan detergen cair langsung dari kemasan. Sehingga setiap bulannya perlu menyediakan dua kemasan reguler detergen cair.
Kebiasaan tersebut tentu saja mempengaruhi pengeluaran rumah tangga menjadi lebih banyak. Oleh karena itu, Parents bisa melakukan tiga cara agar detergen tidak cepat habis. Simak penjelasan berikut.
1. Gunakan detergen yang bekerja lebih cepat. Hal pertama yang bisa Parents lakukan saat membeli detergen adalah pastikan produk tersebut memiliki kemampuan dan kecepatan dalam mengangkat kotoran.
2. Pastikan detergen mampu membersihkan secara optimal. Selanjutnya, Parents juga harus pastikan bahwa produk yang dibeli mampu membersihkan noda secara optimal, meskipun hanya dengan sedikit pemakaian.
3. Gunakan detergen yang lebih irit tetapi tetap berkualitas. Carilah produk yang berkualitas namun harganya tetap terjangkau dan ramah di kantong. Sehingga Parents juga bisa memiliki kesempatan untuk menabung. Sebagai informasi, detergen yang baik memiliki tekstur lebih kental, tidak lengket, dan cepat larut dalam air.
4. Membuat detergen cair sendiri di rumah. Nah, langkah ini tidak membutuhkan uang yang banyak. Parents hanya perlu menyiapkan bahan-bahan sederhana. Apabila Anda tertarik membuatnya sendiri di rumah, Anda bisa mengikuti caranya berikut.
Bahan
- 45 gram soda pencuci
- 45 gram batang sabun netral
- 2,5 liter air
Cara Membuat
- Panaskan 2,5 liter air dalam panci. Tunggu sampai air mendidih.
- Kemudian, parut 45 gram batang sabun dan masukkan ke air. Aduk sampai sabun benar-benar larut.
- Selanjutnya, tambahkan 45 gram soda pencuci ke dalam panci tersebut. Aduk sampai soda benar-benar larut.
- Matikan api pada kompor dan biarkan campuran itu selama kurang lebih 12 jam.
- Setelah 12 jam, campuran akan menjadi lebih tebal. Pindahkan ke wadah dan kini siap digunakan.
Itulah beberapa cara yang bisa Parents lakukan agar menghemat detergen. Jadi, apabila rencana kebijakan cukai itu benar-benar terjadi, Parents tidak perlu khawatir. Semoga bermanfaat!
***
BACA JUGA:
Tetap Utuh Setelah Dilempar dari Gedung, Jedai Hercules Pecahkan Rekor MURI
Varian Baru Omicron BA.4 dan BA.5 Dideteksi Telah Masuk Indonesia, Ini Fakta-Faktanya
Perjalanan Karier dan Profil Jessi, Sempat Hampir Debut Bersama SNSD, Lho!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.