Sampai saat ini, masih banyak yang percaya bahwa ciuman menularkan HIV. Tidak hanya berciuman, sekadar duduk bersama ataupun bersalaman denang ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) pun banyak yang enggan melakukannya lantaran takut tertular HIV.
Padahal, bersentuhan kulit dengan penderita HIV tentu saja tidak menularkan virus tersebut. Sementara ciuman sendiri, tergantung bagaimana cara menciumnya. Artinya, bisa berisiko menularkan HIV bisa juga tidak.
Ciuman menularkan HIV, bagaimana cara penularannya?
Ciuman menularkan HIV ternyata tidak sepenuhnya benar.
Dr. Hanny Nilasari, SPKK, seorang dokter spesialis kulit dan kelamin mengungkapkan bahwa ciuman tidak selalu bisa menularkan HIV. Hal ini tergantung pada cara berciuman itu sendiri.
“Dari beberapa penelitian, ciuman kan ada tingkatannya. Nah tingkatan ini yang menentukan apakah bisa terjadi penularan HIV atau tidak,” tutur dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini di acara Media and Community Gathering Peluncuran Hasil Survei Lengkap Eduka5eks oleh Durex RB Indonesia di Jakarta (21/11).
Menurut dr. Hanny, berikut ini adalah tingkatan ciuman dan masing-masing tingkatan risiko penularan HIV yang bisa terjadi:
- Ciuman skin to skin, yakni ciuman yang sekedar menempelkan bibir tanpa bertukar lidah. Hal ini tidak akan menularkan HIV, sama halnya dengan berjabatan tangan atau mencium kening.
- Ciuman dengan mukosa to mukosa. Mukosa adalah bagian dalam mulut yang lebih basah, bila melakukan ciuman bibir yang melibatkan bagian dalam mulut ini, terdapat risiko penularan HIV, namun cenderung rendah.
- Ciuman French Kiss. Jenis ciuman ini memiliki risiko penularan HIV yang paling tinggi. Karenanya melibatkan lidah dan pertukaran lendir yang bisa jadi mengandung virus HIV.
Cara penularan HIV yang berisiko tinggi
Selain ciuman dengan french kiss , beberapa hal berikut ini juga bisa menularkan HIV dari ODHA ke orang non ODHA :
- Hubungan seks. Melakukan hubungan seksual baik dengan sesama jenis maupuan lawan jenis berisiko tinggi menularkan HIV/AIDS. Penetrasi melalui vagina, anal seks, bahkan seks oral pun bisa membuat mereka yang non ODHA terinfeksi HIV. Cara mencegahnya bisa dengan memakai kondom ketika berbungan seksual dan setia pada satu pasangan saja.
- Jarum suntik bekas yang terinfeksi. Bila orang yang sehat menerima injeksi dengan jarum suntik yang terkontaminasi darah ODHA, dia bisa tertular virus HIV. Hal inui tentu saja memiliki risiki sangat tinggi.
- Hamil, melahirkan dan menyusui. Ibu yang telah terinfeksi HIV berisiko tinggi menularkan virus berbahaya ini kepada bayinya, selama masa kehamilan, saat proses persalinan, bahkan ketika menyusui. Untuk mencegahnya, Bumil yang ODHA bisa berkonsultasi dengan dokter untuk menjalani pengobatan HIV selama masa kehamilan.
- Transfusi Darah. Apabila seseorang yang sehat menerima transfusi darah dari donor yang terinfeksi HIV, maka ia berisiko tinggi tertular virus HIV. Hal ini bisa dicegah dengan melakukan uji kelayakan donor sebelum si donor memberikan darahnya pada orang lain.
Cara-cara pencegahan penularan virus HIV
- Memakai kondom setiapkali berhubungan seks. Terutama jika Anda tidak tahu status HIV pasangan Anda, maka wajib memakai kondom untuk mencegah penularan HIV. Tidak hanya saat melakukan seks penetratif, tapi juga jenis seks lainnya.
- Hindari seks anal. Variasi seks yang satu ini dikatakan berisiko tinggi dalam penularan HIV, karenanya disarankan untuk tidak dilakukan, dan selalu menggunakan kondom. Karena baik yang melakukan penetrasi maupun yang menerima penetrasi sama-sama berisiko tertular HIV.
- Hindair memakai jarum bekas. Saat menyuntikkan obat apapun, gunakan jarum steril yang masih baru, termasuk saat Anda membuat tato atau tindik, maka jarum yang digunakan harus disterilisasi terlebih dahulu.
- Setia pada satu pasangan. Terutama bagi Anda yang sudah memastikan status HIV pada pasangan Anda. Jangan suka bergonta ganti pasangan seksual yang bisa menyebabkan risiko tertular HIV lebih tinggi.
Semoga informasi ini bermanfaat.
Baca juga:
9 Cara menghindari risiko penularan HIV AIDS yang perlu Anda ketahui
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.