“Pusing banget lihat tingkah anakku. Dia nggak bisa diam dan super aktif banget. Kadang banyak barang-barang jatuh karena dia lari-larian terus,” cerita seorang ibu bernama Zakariya melalui aplikasi thaAsianparent Indonesia. Mungkin banyak Bunda yang mengalami hal serupa Bunda Zakariya, dan bertanya-tanya, gimana sih cara mengatasi anak hiperaktif agar tenang?
Merawat anak hiperaktif memang perlu ekstra sabar, pengertian, dan ekstra energi untuk mengikuti tingkahya. Dan sebaik mungkin orangtua perlu belajar untuk mengelola perilaku anak.
Perlu diketahui, memang wajar bila anak usia 2-5 tahun memiliki energi yang tidak habis-habisnya. Akan tetapi, Parents perlu mencurigai bila hal ini membuatnya sulit untuk mengontrol aktivitas dan reaksinya terhadap kejadian di sekitar dirinya. Kondisi ini bisa menjadi gelaja dari attention deficit hyperactivity disorder (ADHD).
Untuk memastikannya, Parents perlu tahu bagaimana membedakan anak hiperaktif yang wajar mana yang merupakan gejala dari ADHD.
Artikel terkait: Psikolog: Parents tak boleh terlalu sering bantu kerjakan PR anak, ini dampaknya!
Membedakan anak hiperaktif dan anak ADHD
Ilustrasi anak hiperaktif.
Anak hipereaktif merupakan kondisi yang menunjukkan ketidakmampuan anak untuk mengontrol perilakunya, sehingga tak heran kalau energinya melebihi rata-rata anak pada umumnya. Biasanya, anak hiperaktif juga sulit untuk memusatkan perhatian mereka, cenderung beraktifitas fisik yang berlebihan, dan bereaksi sangat cepat tanpa berpikir panjang.
Bila kondisi tersebut tidak terkontrol, perilaku tersebut bisa membahayakan anak atau pun orang lain. Sebab, terkadang anak tidak bisa mengira akibat dari perilakunya itu.
Hiperaktif sendiri merupakan salah satu perilaku yang mungkin dimiliki oleh anak dengan ADHD.
ADHD adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktivitas motorik anak yang menyebabkan aktivitas berlebihan dan agresif.
Umumnya, kondisi ini ditandai dengan anak yang mudah gelisah, emosi meletup-letup, tidak bisa duduk dengan tenang, sulit fokus dan cenderung banyak berbicara.
Karena itu, bila Parents memiliki anak yang kelewat hiperaktif, ada baiknya berkonsultasi dengan dokter atau psikolog. Hal ini perlu dilakukan agar bisa dipastikan hiperaktif tersebut berindikasi pada ADHD atau tidak.
Bila Parents mendapati ciri-ciri anak hiperaktif di atas, dan sudah terdiagnosis ADHD, dokter umumnya akan memberi resep obat dan terapi perilaku untuk mengontrol perilakunya.
Tapi bila si kecil tidak ada kecenderungan ADHD, dan hanya memiliki kepribadian yang lebih aktif dari anak lain, ada cara sederhana yang bisa Parents lakukan untuk mengontrol perilakunya.
6 Cara Mengatasi Anak Hiperaktif yang Bisa Parents Lakukan di Rumah
Jangan dulu menyerah menghadapi si kecil yang aktif berlarian ke sana ke mari. Ada beberapa cara mengatasi anak hiperaktif yang bisa Parents lakukan.
1. Sabar
Kesabaran menghadapi anak hiperaktif memang rasanya sangat tipis. Tak jarang anak hiperaktif sering membuat Parents kesal, karena ia bisa menunjukkan perasaannya dengan sangat jelas. Bila senang ia akan berlompat kegirangan, atau bila marah ia bisa tantrum.
Meski begitu, Parents harus menguatkan kesabaran dan tetap tenang. Sebisa mungkin hindari membentak dan memberikan hukuman fisik pada anak. Sebab, dua hal ini bisa membuat kemarahan anak tak terkendali.
Anda bisa mengajarkannya teknik pernapasan sederhana, misalnya mengambil napas dalam-dalam lalu mengembuskannya perlahan.
2. Buat peraturan yang konsisten
Menerapkan peraturan yang konsisten dan juga jelas menjadi pola asuh yang cocok untuk anak hiperaktif. Disiplin positif inilah yang nantinya membuat perilaku si kecil lebih terkendali.
Memberikan hukuman dan hadiah untuknya juga boleh dilakukan sesuai kondisi. Pujian yang diberikan untuk anak bila menuruti peraturan akan membuatnya merasa dihargai.
Jangan lupa untuk memberi pengertian kalau perilaku baiknya akan membuat hasil yang positif. Begitupun bila ia melanggar aturan, jelaskan mengapa ia harus menerima konsekuensi dengan alasan yang jelas.
3. Menetapkan pola hidup yang teratur
Banyak orangtua yang cenderng santai terhadap aktivitas anak-anaknya di rumah. Artinya, tidak ada pola hidup yang teratur untuk si kecil.
Meski pola asuh yang santai ini cocok bagi banyak anak, namum bagi anak hiperaktif tidak bisa disamakan. Sebab, anak hiperaktif cenderung merasakan kecemasan bila tidak tahu harus melakukan apa.
Karena itu, buatlah perintah yang jelas dan kegiatan terstruktur untuk diikuti. Rutinitas yang terjadwal misalnya dengan menentukan kapan waktu makan siang, sikat gigi, belajar, bermain, sampai kapan waktu tidur.
Dengan aktivitas yang terstruktur ini, anak akan lebih mudah menyalurkan energinya. Jangan lupa juga untuk menjadwalkan sesuatu yang disukainya, misalnya kegiatan menggambar atau menari.
4. Jauhkan anak dari gangguan atau distraksi
Anak hiperaktif dapat terganggu perhatiannya dan mudah hilang konsentrasi meskipun dari hal kecil yang tidak kita sadari. Itulah sebabnya, Parents perlu mengatur suasana nyaman di sekitarnya, terutama bila anak sedang belajar atau mengerjakan PR.
Yang perlu diingat, jangan memaksanya untuk duduk tenang, karena hal lini akan membuatnya semakin cemas. Sebaiknya, kurangi gangguan di sekitarnya agar ia dapat lebih fokus pada aktivitas yang sedang dikerjakannya.
5. Perhatikan asupan makan yang dikonsumsi
Percaya atau tidak, makanan yang dikonsumsi si kecil juga bisa memengaruhi perilakunya, lho. Mungkin Parents pernah mendengar kalau anak yang mengonsumsi gula berlebihan menyebabkan hiperaktif.
Meskipun pernyataan ini tidak tepat karena belum ada studi yang menunjukannya, mengonsumsi gula memang sedikit banyak memengaruhi perilaku seseorang.
Hal ini dikarenakan, gula yang merupakan karbohidrat sederhana sangat mudah untuk diserap oleh tubuh, namun bisa membuat peningkatan dan penurunan kadar gula darah dalam tubuh sangat cepat.
Pada tubuh anak, penurunan kadar gula darah secara drastis akan membuat ia menjadi rewel. Sebab, tubuh seolah-olah kekurangan energi. Sedangkan, bila gula darah meningkat secara drastis, ia bisa menjadi lebih berenergi dan ingin menyalurkan energi tersebut dengan perilaku atau kegiatan fisik.
Itulah sebabnya, sangat penting memerhatikan asupan makanan yang dikonsumsinya sehari-hari. Pastikan si kecil memenuhi asupan protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral yang sesuai. Jangan lupa hindari pula makanan olahan atau junkfood.
6. Berikan kegiatan fisik yang bisa menyalurkan energinya
Salah satu yang bisa Parents lakukan adalah memberikan kegiatan fisik untuk menyalurkan energinya. Misalnya dengan berolahraga ringan di rumah, menari, atau kegiatan lain yang disukai anak-anak.
Bila energi si kecil sudah tersalurkan, ia akan lebih tenang dan jangan lupa pastikan si kecil cukup istirahat, ya.
***
Referensi: Everyday Health, Momjunction
Baca juga
ADHD pada Anak: Penyebab, Ciri, Perawatan, dan Pengobatan
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.