Bruxism adalah salah satu gejala unik yang mungkin terjadi ketika si kecil tidur. Apakah Parents pernah mendengar istilah ini? Atau Parents justru pernah mengalami dan memiliki buah hati dengan kondisi bruxism?
Untuk lebih jelasnya, yuk, simak informasi seputar kondisi bruxism pada buah hati berikut ini.
Bruxism Adalah Kondisi Menggertakkan Gigi pada Anak
Apakah Parents pernah mendapati si kecil menggertakkan gigi ketika tidur? Bruxism atau menggertakkan gigi adalah kondisi ketika seseorang menggeretakkan, menekan, atau menggesekkan giginya secara tidak sadar.
Umumnya bruxism terjadi pada malam hari saat tertidur. Tidak hanya pada orang dewasa, ternyata bruxism juga terjadi pada bayi dan balita.
Melansir dari laman klikdokter, hasil survei di Australia pada tahun 2014 menyatakan bahwa sebanyak 30 persen anak-anak di negara tersebut mengalami bruxism. Meskipun sebagian besar kasus bruxism tergolong ringan, kebiasaan ini bisa berdampak buruk pada gigi anak.
Penyebab Bruxism pada Anak
Beberapa hal yang menyebabkan bruxism pada bayi dan balita meliputi:
1. Infeksi pada Telinga yang Menyebar ke Rahang Bawah
Meskipun bukan penyebab langsung bruxism, infeksi telinga pada bayi atau balita dapat menyebabkan rasa sakit yang menjalar hingga bagian rahang bawah. Rasa sakit yang dirasakan tersebut membuat anak menggertakkan giginya.
2. Susunan Gigi yang Kurang Rata
Hal ini biasanya terjadi pada anak yang sudah memiliki gigi cukup banyak. Kondisi gigi yang tidak rata dapat menyebabkan rahang tidak mengatup dengan baik dan gigi dapat bergesekan satu sama lain.
3. Rasa Sakit dari Gigi yang Tumbuh
Gigi pada bayi biasanya akan muncul setelah memasuki usia 7 bulan. Proses keluarnya gigi pada gusi bayi hingga balita sering kali membuatnya merasa tidak nyaman. Bayi menggertakkan gigi atau gusinya untuk membantu meredakan rasa sakit yang dialaminya.
4. Gangguan Psikologis
Kondisi stres pada anak ternyata dapat membuat anak mengalami bruxism. Selain itu, anak yang memiliki gangguan psikologis juga meningkatkan kemungkinan anak mengalami kebiasaan tersebut.
5. Sleep Apnea
Sleep apnea adalah gangguan tidur yang menyebabkan pernapasan seseorang berhenti sementara selama tidur. Kondisi ini mengakibatkan otot-otot rahang menjadi terbuka tanpa sadar dan membuat anak menggertakkan gigi.
Gejala Bruxism pada Anak
Bruxism biasanya terjadi ketika seseorang sedang tidak sadar atau tertidur. Orang yang mengalami bruxism bahkan sering kali tidak menyadari kebiasaan menggertakkan gigi tersebut.
Bayi atau balita yang mengalami bruxism biasanya akan menunjukkan gejala seperti berikut ini.
- Gigi menggeretak dengan rahang yang mengatup keras
- Nyeri pada gusi dan rahang
- Sakit telinga atau sakit kepala
- Kemerahan pada pipi bagian dalam
- Kesehatan gigi memburuk
- Mendengkur atau bernafas melalui mulut
- Gigi mudah tanggal
Bayi tidak dapat menyatakan ketidaknyamanannya secara verbal. Jadi langkah terbaik bagi Parents untuk mengetahui apakah si kecil mengalami bruxism adalah dengan memperhatikannya ketika sedang tidur.
Cara Mengatasi Bruxism pada Anak
Meskipun terdengar mengkhawatirkan ketika si kecil menggertakkan giginya, sebenarnya kondisi bruxism pada tingkat ringan tidak perlu mendapatkan perawatan khusus. Mengutip dari situs Klikdokter, ada beberapa cara yang bisa Parents lakukan untuk mengatasi kebiasaan bruxism pada anak.
1. Memilih Teether dengan Gel Pendingin
Saat ini tersedia berbagai jenis teether di pasaran. Salah satunya memiliki sedikit cairan atau gel di dalamnya. Parents bisa memasukkan teether jenis ini ke dalam kulkas terlebih dahulu sebelum diberikan pada si kecil.
Rasa dingin pada teether ketika si kecil menggigitnya akan membuat rasa nyeri di gigi anak menjadi lebih baik.
2. Menggunakan Mouth Guard
Mouth guard merupakan salah satu alat yang bisa Parents gunakan ketika kebiasaan bruxism pada anak mengakibatkan kerusakan gigi yang cukup parah. Alat ini berfungsi untuk melindungi gigi agar tidak terus bergesekan dan saling merusak. Mouth guard bisa digunakan si kecil ketika sedang tidur.
3. Memberikan Teether
Teether atau mainan yang bisa bayi gigit bisa Parents gunakan untuk membuat si kecil merasa lebih nyaman. Sebaiknya gunakan teether yang berbahan halus dan tidak mengandung zat berbahaya seperti ftalat atau bisfenol A (BPA).
4. Mengoreksi Gigi
Pada kasus gigi bagian atas dan bawah yang tidak rata, mengoreksi gigi dapat dilakukan untuk mengurangi kebiasaan bruxism.
Kapan Perlu Berkonsultasi ke Dokter?
Sebagian besar kondisi bruxism termasuk dalam kondisi ringan dan tidak mengakibatkan efek jangka panjang. Namun, Parents tetap harus memperhatikan kesehatan gigi dan mulut si kecil. Parents sebaiknya memeriksakan si kecil ke dokter bila mengalami perubahan pada gigi, atau ia menjadi rewel karena merasa sakit pada rahang atau telinganya.
Demikianlah informasi terkait bruxism atau sebutan umumnya adalah kondisi menggertakan gigi. Semoga bermanfaat Parents.
Baca juga:
Begini Tahapan Imajinasi Anak Usia 1-5 Tahun, Sudah Tahukah Parents?
Urutan Tumbuh Gigi Anak dan Tanggalnya hingga Menjadi Permanen
Catat! Ini 9 Tips Mengasah Rasa Penasaran atau Ingin Tahu Anak
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.