Halo, aku Nurul. Umurku 25 tahun. Aku perempuan karier plus bumil yang sedang mengandung anak pertama. Promilku prosesnya cukup singkat, yaitu kosong 1 bulan dari tanggal pernikahan. Setelah mengandung, aku sadar suatu hal, ternyata belajar manajemen waktu saat hamil itu tidak mudah.
Aku sudah jadi Bumil, alhamdulilah. Awalnya kupikir jadi Bumil itu bisa rebahan, kerja santai, dan, ya, yang nyaman-nyaman karena kupernah mendengarkan cerita temanku sebelumnya.
Ternyata… jeng jreng!!! Semua tak sesuai ekspektasi di trimester pertama, karena mungkin syok dan belum terbiasa.
Artikel terkait: Ingin Sukses Menyusui? Ini 4 Hal Penting yang Perlu Busui Ketahui
Pengalaman Belajar Manajemen Waktu Saat Hamil Pertama
Aku bangun sering kesiangan karena malam merasakan perubahan badan yang tidak nyaman. Rumah dan suami enggak keurus karena pagi aku kerja, dan pulang kerja aku merasakan mual.
Mulai mengakhiri trimester pertama, aku mulai membaik dan introspeksi kesalahanku di bulan sebelumnya sambil dibantu suami. Aku atur untuk jam 9 malam, aku udah harus tidur, dibantu bantal bumil dan enggak banyak minum.
Bersyukurnya aku, perusahaan memintaku untuk WFH saja karena kondisi sedang pandemi seperti ini. Alarm-ku, diatur jam 4 pagi, aku sudah harus mulai hangatkan nasi dan hangatkan makanan yang dibuat kemarin atau pesan sarapan ke warung dekat rumah. Sambil nunggu nasi masak, aku mandi, shalat, dan suami bantu angkat nasi kalo udah masak ketika aku masih dandan dan bersiap untuk bekerja.
Aku mual bekerja jam 6 pagi dan selesai jam 3 sore. Sambil kerja pun, aku harus ngemil karena bayi dalam janin ku enngak boleh kekurangan nutrisi. Di jam istirahat, aku suka ke warung untuk beli cemilan dan beli lauk untuk di masak sore hari.
Artikel terkait: Pesanku untuk Para Bunda yang Hadapi Tantangan Pernikahan: “Kalian Tidak Sendirian”
Ketika jam kerjaku selesai, aku rebahan dulu, meregangkan otot kurang lebih 30 menit lalu lanjut jalan jalan sore sebentar. Kemudian, aku mulai masak untuk suami yang pulang kerja. Untuk beres-beres, biasanya di hari libur dan dibantu suami. Sebisa mungkin jika kondisi kerjaan tidak banyak, aku curi-curi waktu untuk rebahan atau jalan jalan santai supaya tidak terus menerus duduk.
Pertengahan trimester 2, orangtuaku sakit sehingga aku dan suami harus menetap di rumah orangtuaku untuk mengurus mereka. Karena adikku laki-laki dan belum lihai mengurus rumah tangga. Manajemen waktu yang sudah kuatur, diubah lagi sedikit. Jadi biasanya kalau kerjaan sedang tidak banyak, aku bisa istirahat. Tapi sekarang digunakan untuk memberikan obat buat ortu dan memastikan kondisinya lebih baik.
Alhamdulillah… dalam kondisi 2 minggu, orangtuaku kembali sehat, tapi badanku yang drop 🙁
Pernah Terpikir untuk Resign, Tapi…
Aku dianjurkan istirahat cukup oleh bidan, tapi alhamdulillah-nya bayi dalam rahimku sehat, aku bersyukur. Bayiku ini bisa sekuat baja di saat ibunya sibuk. Aku mengikuti semua anjuran bidan untuk minum vitamin, makan makanan yang sehat, dan istirahat cukup (aku enggak berani nyangkal karena aku ingin sehat).
Pernah berpikir, aku ingin resign dari pekerjaanku saat ini. Tapi di sisi lain, pekerjaan suamiku juga sedang tidak stabil karena pandemi. sehingga penghasilannya tidak sebaik dulu. Maka, aku mengurungkan niatku karena kupikir, aku masih bisa handle ini. Yang perlu aku lakukan sekarang adalah, bagaimana caranya tetap memanajemen waktu supaya semuanya teratasi. Aku tidak ingin menyiksa bayi dalam janinku karena egoku yang ingin bisa meng-handle semua pekerjaan, seperti layaknya perempuan yang belum hamil.
Artikel terkait: Pengalaman Anemia Saat Melahirkan, Mendadak Tidak Bisa Melihat hingga Pingsan
Memang terkesan riweuh dan runyam kendala yang aku alami sampai kehamilanku di minggu ke-34 ini. Namun, aku selalu berusaha untuk tetap bisa melakukan ‘me time’ supaya bayi dalam janinku sehat dan tidak menganggu aktivitasku.
Semua hal yang aku lakukan memang tidak mudah. Namun, kalau sudah biasa, pasti bisa. Plus, suami dan keluarga pun harus bantu support karena pada dasarnya Bumil tidak bisa berjuang sendiri. Mungkin, jika nanti aku mengandung anak ke-2, manejemen waktunya juga berbeda, enggak akan sama seperti ini.
Terima kasih sudah menyimak ceritaku tentang belajar manajemen waktu di kehamilan pertama ini! 🙂
***
Ditulis oleh Bunda Nurul Faidzah.
Baca juga:
Senyum Anak, Alasan dan Semangatku Menjadi Ibu Pekerja Sekaligus Ibu Rumah Tangga
Bekerja Sebagai Terapis, Saya Bertemu Para Ibu Istimewa yang Dikaruniai Anak Spesial
id.theasianparent.com/pengalaman-saat-hamil-anak-kembar