Varian baru omicron dan IHU kembali membuat resah. Maka itu, kita tetap perlu waspada dan menerapkan upaya pencegahan Virus Corona. Salah satunya adalah mengenali beda gejala COVID-19 setelah divaksin dengan gejala sebelum vaksin. Hal ini perlu diperhatikan mengingat jumlah transmisi varian omicron terus bertambah dengan cepat di berbagai daerah di Indonesia meski vaksinasi sudah banyak dilakukan.
Diketahui, ada beberapa gejala berbeda yang dirasakan penderita COVID-19 setelah disuntik vaksin dan sebelum vaksinasi. Seperti diketahui, walau sudah mendapatkan dua dosis vaksin, setiap orang masih berpotensi terjangkit Virus Corona.
Mengetahui gejala merupakan langkah awal agar bisa melakukan tindakan baik pengobatan, maupun mencegah penularan.
Artikel terkait: Habiskan Tahun Baru di Rumah, Acha Sinaga dan Suami Positif COVID-19
Beda Gejala COVID-19 Setelah Divaksin Menurut Ahli
Sumber: pexels
Dirangkum dari berbagai sumber, kita dapat mengenali beda gejala COVID-19 setelah divaksin dengan beberapa cara.
Seperti diketahui, gejala infeksi COVID-19 sebelum vaksin umumnya terdiri dari gejala ringan, sedang, dan berat. Hal ini pertama-tama harus dikenali sebagai gejala dasar, meliputi:
- Gejala ringan: demam, batuk kering, kelelahan
- Sedang: anosmia, hidung tersumbat, sakit tenggorokan, sakit kepala, nyeri otot, ruam kulit, mual muntah, diare, menggigil
- Gejala berat: sesak napas, hilang selera makan, kebingungan, dada terasa ditekan, demam di atas 38 derajat celcius
Melansir Miami Herald, dari sederet gejala tersebut, peneliti dari ZOE COVID Symptom Study membandingkannya dengan orang yang sudah divaksin. Hasil penelitian mereka menemukan bahwa orang yang sudah divaksin tetap mengalami gejala COVID-19, tetapi agak berbeda. Gejala COVID-19 bagi orang yang telah divaksin biasanya meliputi: sakit kepala, pilek, bersin, nyeri tenggorokan, dan anosmia.
Artikel terkait: Duh! Usai Liburan dari Amerika Serikat, Suga BTS Positif COVID-19
Mengalami Gejala COVID-19 Setelah Divaksin, Bukan Berarti Vaksin Tidak Manjur
Kesimpulannya, orang yang sudah mendapat vaksin cenderung mengalami gejala lebih ringan hingga sedang dan juga dalam waktu yang lebih singkat. Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa gejala yang paling banyak ditemui adalah bersin-bersin.
Direktur Vaksin, Imunisasi dan Biologi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Dr. Katherine O’Brien memaparkan menjelaskan bahwa hal ini menegaskan bahwa memang, pemberian vaksin bukan pada seseorang bukan berarti ia akan menjadi kebal virus. Kemungkinan terinfeksi virus setelah vaksin tetaplah ada, tetapi bukan berarti vaksin tidak manjur atau sia-sia.
Hal ini karena, tidak semua orang bisa mendapatkan perlindungan penuh, tetapi apabila terinfeksi, orang yang sudah divaksin akan memiliki tingkat keparahan lebih rendah daripada yang belum.
Sadar akan Pentingnya Vaksin Bisa Melindungi Diri dan Orang Lain dari COVID-19
Sumber: Freepik
O’Brien juga menegaskan, bahwa fungsi vaksin tidak hanya melindungi diri sendiri, tetapi juga orang lain yang rentan mengalami gejala COVID-19 yang parah. Bagi penerima vaksin, virus tidak bisa bertahan lama di tubuh mereka hingga tingkat penularannya lebih rendah dan bisa ditekan.
Lebih lanjut, O’Brien mengatakan bahwa orang yang sudah divaksinasi dan kemudian terinfeksi COVID-19, memiliki virus di hidung dan tenggorokannya dalam jumlahnya relatif lebih sedikit. Dengan begitu, risiko penularan juga berkurang. Itulah sebabnya vaksin sangat diperlukan, walau penderita tetap harus melakukan isolasi apabila dinyatakan positif.
Artikel terkait: Absen Libur Natal dan Tahun Baru, Host Jimmy Fallon Positif COVID-19
Tindakan Perlindungan Tambahan dengan Booster Vaksin COVID-19
Terkait hal tersebut, pemerintah telah memutuskan akan dimulainya penyaluran booster vaksin Covid-19 di awal 2022. Hal ini mengingat kemampuan vaksin dosis 1 dan 2 yang melindungi hanya dalam jangka waktu tertentu.
Satgas COVID-19 melaporkan setidaknya pada Kamis 6 Januari 2022, sudah ada 115.554.584 orang yang sudah menerima dosis pertama dan 115.554.584 orang sudah mendapat dosis kedua. Hal ini cukup menggembirakan karena mendekati target, yaitu di angka 208.265.720 orang.
Ini juga terkait dengan ditemukannya varian baru dengan tingkat penularan yang berbeda. Pemberian dosis tambahan vaksin atau yang dikenal sebagai booster dianggap bisa menambah perlindungan bagi penerima hingga nanti obat bisa benar-benar ditemukan.
Sementara itu, ketercapaian vaksin di Indonesia juga telah dilaporkan mengalami peningkatan. Beberapa daerah sudah melaporkan tingkat ketercapaian lebih dari 50 persen, sementara untuk anak-anak, dosis pertama dan kedua sudah mulai diberikan secara bertahap.
Dianjurkan untuk Tetap Terapkan Protokol Kesehatan
Foto ilustrasi: Pixabay
Beda gejala COVID-19 setelah divaksin menyadarkan bahwa masyarakat yang sudah divaksin tetap bisa tertular dan menularkan. Oleh karenanya, mendapatkan vaksin bukan alasan untuk melonggarkan protokol kesehatan.
Pandemi masih berlangsung dan semua negara menghindari adanya gelombang lanjutan dari munculnya mutasi varian baru. Sementara para ahli masih berjuang mencari obat yang bisa mengakhiri pandemi.
Mengenali beda gejala COVID-19 setelah divaksin adalah salah satu cara untuk tidak menyepelekan kondisi pandemi yang masih berlangsung. Sambil menata kebiasaan baru di era new normal, kepatuhan dan kesadaran dalam melakukan kebiasaan hidup bersih dan sehat masih harus dilakukan demi kepentingan bersama.
Baca juga:
12 Artis Korea Dinyatakan Positif COVID-19 di 2021, Lisa Blackpink hingga Member BTS!
Dihujat karena Positif COVID-19 Usai dari Turki, Ashanty: "Semoga Kalian Diberi Kesehatan"
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.