Bahayakah Bayi Nonton TV? Kenali Dampaknya dan Panduan Screen Time Menurut Ahli

Benarkah nonton TV bisa menghambat perkembangan otak bayi? Cari tahu jawabannya di sini!

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Rata-rata keluarga di Indonesia memiliki TV di rumah. TV memang jadi sarana hiburan paling terjangkau yang dapat dinikmati hampir semua kalangan. Namun, bagaimana jika bayi nonton TV, apakah boleh atau justru bisa berdampak buruk?

Tak sedikit orang tua yang merasa terbantu dengan kehadiran TV di ruang keluarga, anak-anak bisa duduk anteng sementara Ayah dan Bunda bisa menyelesaikan pekerjaan lainnya. Terlebih lagi, saat ini sudah banyak tersedia pilihan program acara edukasi atau tontonan yang dirancang khusus untuk anak-anak.

Di sisi lain, sebagian orang tua memilih membatasi akses anak-anak, terutama yang masih bayi, terhadap tayangan TV. Hal ini dilakukan karena para orang tua tersebut meyakini bahwa TV dapat memberikan dampak negatif terhadap perkembangan si kecil.

Benarkah Bayi Nonton TV Itu Berbahaya?

Membiasakan anak-anak menonton tayangan TV memang kerap jadi perdebatan di kalangan orang tua. Sebagian merasa itu adalah tindakan yang tidak bijak, sebagian lagi merasa anak bisa belajar banyak hal dari tontonannya. Lantas, mana tindakan yang tepat sebagai orang tua?

Tahukah Bunda, banyak dokter memang tidak merekomendasikan anak-anak menonton TV atau menggunakan perangkat seluler pada usia yang terlalu dini.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Akan tetapi, faktanya, survei yang dilakukan American Academy of Pediatrics (AAP) menemukan bahwa lebih dari 92 persen bayi berusia 1 tahun telah menggunakan perangkat seluler, bahkan sebagian di antaranya sudah mulai diperkenalkan sejak usia 4 bulan.

Banyak orang tua memberikan tontonan kepada anak, baik melalui TV maupun gadget lainnya, dengan dalih sebagai sarana hiburan sekaligus edukasi. Lagi pula, si kecil tampak menyukainya, demikian alasan yang kerap dikemukakan.

Jika Bunda amati, bayi mungkin terlihat menatap warna-warna cerah dan gerakan di layar. Namun nyatanya, otak mereka tidak mampu memahami atau mengartikan semua gambar itu.

Saat berusia 18 bulan, barulah otak bayi yang sedang berkembang bisa memahami gambar atau simbol di layar kaca, kemudian anak mampu membandingkan dengan benda-benda serupa di kehidupan nyata.

Adapun bagi bayi di bawah usia 18 bulan, kemampuan tersebut belum ia miliki. Sehingga, bayi akan menafsirkan apa yang ia lihat di TV sebagai kehidupan nyata.

Ketika masih di bawah 2 tahun, sebenarnya yang paling dibutuhkan bayi adalah interaksi dengan Ayah dan Bunda serta orang-orang di sekitarnya. Ia belajar banyak hal dari interaksi langsung dan berbagai aktivitas yang melatih kemampuan motorik kasar maupun motorik halusnya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Jika bayi yang belum cukup umur sudah terpapar TV atau gadget, penelitian menunjukan bahwa hal tersebut akan memberi dampak buruk. Beberapa efek negatifnya termasuk mengganggu perkembangan bahasa anak, keterampilan membaca, dan memengaruhi memori jangka pendeknya. Bayi nonton TV juga menyebabkan gangguan tidur dan kesulitan untuk fokus.

6 Dampak Buruk Bayi Nonton TV

Berikut ini berbagai dampak buruk TV bagi bayi yang tidak bisa Bunda abaikan.

1. Memengaruhi Perkembangan Otak Bayi

Sebuah penelitian tahun 2019 mencoba mengamati hubungan antara durasi screen time anak dengan perkembangan otaknya. Studi tersebut mengamati 47 anak sehat yang berusia 3 hingga 5 tahun, yang melihat layar lebih dari 1 jam sehari.

Hasilnya, ternyata anak-anak tersebut memiliki ukuran yang lebih rendah dari organisasi mikrostruktur dan mielinisasi saluran materi putih otak yang mendukung bahasa dan keterampilan literasi.

2. Menyebabkan Keterlambatan Bicara

Masih sejalan dengan penelitian di atas, studi ilmiah yang dipublikasikan pada tahun 2017 menemukan bahwa screen time terkait dengan keterlambatan bicara pada balita. Semakin sering bayi menonton, maka semakin besar risikonya ia mengalami keterlambatan bicara.

Coba Bunda bayangkan suatu kondisi di mana TV di rumah dibiarkan menyala begitu saja, biasanya orang tua dan anak cenderung lebih sedikit berbicara dan berinteraksi bahkan ketika TV tidak ditonton secara langsung sekalipun.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

3. Memengaruhi Durasi dan Kualitas Tidur Bayi

AAP menyatakan bahwa peningkatan penggunaan paparan media digital pada anak usia dini dikaitkan dengan kurangnya waktu tidur di malam hari. Selain itu, bayi yang terpapar konten visual atau media digital di malam hari memiliki durasi tidur yang lebih pendek jika dibandingkan dengan bayi yang tidak terpapar layar di malam hari.

Artikel terkait: Mengapa Anak Tidak Boleh Nonton TV Terlalu Lama?

4. Menurunkan Kemampuan Anak untuk Fokus

Anak-anak perlu belajar bagaimana berkonsentrasi dan fokus. Kemampuan ini mulai berkembang selama tahun-tahun awal kehidupan bayi ketika otaknya lebih sensitif terhadap lingkungan sekitar.

Agar otak berkembang dan tumbuh, diperlukan rangsangan dari dunia luar. Lebih penting lagi, bayi membutuhkan waktu untuk memproses rangsangan tersebut. Misalnya saat membacakan buku cerita dengan suara keras, akan memberi anak-anak waktu untuk memproses kata-kata, gambar, dan suara.

Hal tersebut tidak terjadi ketika bayi menonton TV. Gambar dan pesan yang ditampilkan di layar kaca secara konstan memengaruhi rentang perhatian dan fokus anak.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

5. Menghambat Imajinasi dan Motivasi

Anak-anak perlu belajar bagaimana mengatasi frustrasi dan mengendalikan impuls mereka. Namun, jika anak kecil terus-menerus dirangsang oleh layar, mereka lupa bagaimana mengandalkan diri sendiri atau orang lain untuk hiburan. Mereka begitu terpaku pada layar TV. Hal ini bisa menyebabkan frustrasi dan menghambat imajinasi dan motivasi.

6. Dampak Lain Bayi Nonton TV, Berkurangnya Empati

Penelitian menunjukkan bahwa pararan TV dan gadget menghambat kemampuan anak kecil untuk memahami ekspresi wajah dan mempelajari keterampilan sosial. Padahal, dua hal tersebut merupakan faktor utama yang diperlukan anak untuk mengembangkan empati.

Interaksi tatap muka adalah satu-satunya cara anak kecil belajar memahami isyarat nonverbal dan menafsirkannya. Itulah mengapa, lebih penting bagi bayi untuk berinteraksi langsung dengan orang sekitar alih-alih duduk anteng di depan TV.

Minimal Usia Berapa Bayi Nonton TV?

AAP merekomendasikan anak di bawah 18 bulan agar tidak perlu diberi tontonan atau konten visual, baik melalui TV maupun gadget. Si kecil baru bisa disuguhkan tontonan edukatif saat usianya telah mencapai 18 bulan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Berikut ini pedoman screen time untuk anak-anak yang perlu Bunda ketahui dan terapkan:

  • Sampai usia 18 bulan, batasi screen time hanya untuk video call dengan orang dewasa, misalnya dengan orang tua atau kakek-neneknya yang berada di luar kota.
  • Antara 18 dan 24 bulan, screen time perlu dibatasi dan anak hanya disuguhkan program atau konten edukatif dengan didampingi orang tua atau pengasuh.
  • Untuk anak usia 2-5 tahun, batasi screen time untuk konten non-edukasi baik melalui TV maupun gadget sekitar 1 jam per hari dan 3 jam pada hari-hari libur atau akhir pekan.
  • Untuk usia 6 tahun ke atas, dorong kebiasaan sehat dan batasi aktivitas di depan layar.
  • Matikan semua layar TV dan gadget saat makan dan jalan-jalan keluarga. Pelajari dan gunakan aplikasi kontrol orang tua.
  • Hindari menggunakan TV dan gadget sebagai alat untuk menenangkan anak saat ia sedang tantrum.
  • Matikan layar TV dan gadget paling lambat 30-60 menit sebelum tidur. Jangan meletakkan TV maupun gadget di kamar tidur anak.

Artikel terkait: Hati-hati, ini 7 tanda anak kecanduan menonton TV

Aturan Nonton TV dan Screen Time untuk Anak-Anak

Nah, jika si kecil sudah cukup umur untuk menikmati tayangan TV, tentu tetap ada aturan dan batasan yang perlu diterapkan. Menonton TV bisa memberikan banyak hal positif untuk anak, selama Ayah dan Bunda menerapkan beberapa hal berikut ini:

  • Suguhkan tontonan yang sesuai usia anak, kemudian diskusikan dengan anak tentang apa yang mereka lihat di layar kaca.
  • Tunjukkan perilaku yang baik, seperti kerja sama, persahabatan, dan kepedulian terhadap orang lain. 
  • Lewati tayangan iklan, anak di bawah 6 tahun tidak memahami perbedaan antara acara dan iklan, hal itu memengaruhi pilihan atau preferensi anak.
  • Berikan contoh yang baik dengan kebiasaan screen time yang aman dan sehat.
  • Dorong anak untuk mempelajari aktivitas lain seperti olahraga, musik, seni, dan hobi yang tidak melibatkan TV dan gadget.

Sedangkan untuk bayi di bawah 18 bulan, lakukan aktivitas seru yang bisa merangsang kreativitas dan antusiasme si kecil, misalnya seperti:

  • Membaca buku atau dongeng bersama Ayah dan Bunda.
  • Main petak umpet dengan objek seperti boneka binatang.
  • Main cilukba di depan cermin.
  • Bermain di taman dan biarkan anak menginjak rumput tanpa alas kaki.
  • Menari dan bernyanyi sambil menggendong si kecil.
  • Mengunjungi kebun binatang, sebutkan jenis binatang yang berbeda sambil menunjukkannya.
  • Berjalan-jalan ke luar rumah dan tunjukkan ragam kendaraan yang berbeda kepada si kecil.

Jadi, bayi nonton TV tidak direkomendasikan, ya, Bunda. Adapun untuk balita di atas 18 bulan dan anak-anak yang lebih besar, konsumsi konten visual dari TV maupun gadget perlu tetap dibatasi.

Baca juga:

Meniru adegan film kartun, bocah ini terjatuh dari apartemen hingga tewas

5 Trik menyiasati kecanduan TV pada anak

Inilah Keajaiban No Screen Time di 2 Tahun Pertama Kehidupan Anakku

Penulis

Titin Hatma