Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Tragedi terjadi di Desa Bojonggaling, Kecamatan Bantargadung, Sukabumi, Jawa Barat. Secara tak sengaja, seorang balita minum cairan disinfektan kemudian meninggal pada Senin (20/4/2020) malam.
Sihabudin, ayah balita dua tahun itu, mengatakan anaknya meninggal dunia setelah beberapa jam mendapatkan penanganan tim medis di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Palabuhanratu.
“Ia putra kedua kami meninggal dunia di rumah sakit Palabuhanratu,” ungkap Sihabudin seperti dilansir Kompas (21/4/2020).
Balita minum cairan desinfektan, sempat dicegah sang kakek
Foto: ilustrasi
Kejadian pilu ini bermula ketika MA, si balita, pulang dari bermain dan diantar kakeknya. Setibanya di rumah, MA nampak kehausan dan sempat berkata ingin minum. Tiba-tiba dia mengambil botol air minum dalam kemasan (AMDK) yang berada di bawah kursi.
Malang, ternyata botol itu tidak berisi air minum melainkan cairan disinfektan yang sudah disembunyikan orang tuanya.
Mengetahui cucunya minum cairan disinfektan, sang kakek segera mencegahnya. Namun sayang, MA sudah terlanjur meminumnya.
“Sempat dicegah sama eyangnya juga. Tapi sepertinya sudah ada yang terminum,” tutur Sihabudin.
Sihab kemudian langsung meminumkan minyak sayur untuk memancing agar cairan disinfektan yang terminum bisa dimuntahkan. Tak lama kemudian korban muntah. Setelah mendapatkan pertolongan pertama, korban dibawa ke RSUD Palabuhanratu. Sampai di IGD RSUD Palabuhanratu, MA sempat dibantu menggunakan alat bantu pernapasan.
Menurut Sihab, informasi dari petugas medis anaknya harus dirawat di ruang PICU (Pediatric Intensive Care Unit). Namun alat itu hanya ada di RSUD R Syamsudin Kota Sukabumi dan RS Hermina. Sayangnya menurut informasi, ruang PICU di kedua rumah sakit itu penuh.
“Saya dapat antrean nomor tiga di RSUD Syamsudin dan menunggu keputusan jam 21.00 WIB. Saat itu kondisi anak saya sudah kritis,” kata Sihab.
Tak lama kemudian, si bocah malang meninggal dunia di RSUD Palabuhanratu setelah mendapatkan perawatan beberapa jam oleh tim medis.
Cairan disinfektan untuk sterilisasi COVID-19
Botol berisi cairan disinfektan yang tak sengaja diminum MA adalah milik sang ayah. Sihabudin mendapatkannya dari petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi.
Dia merupakan salah satu Petugas Penanggulangan Bencana Kecamatan (P2BK) Kecamatan Bantargadung. Rencananya disinfektan itu untuk dipakai menyemprot lingkungan sekitar tempat tinggalnya dan masjid yang jaraknya sekitar 10 meter dari rumah Sihab.
“Setelah mengambil cairan disinfektan untuk menyemprot masjid, botolnya saya simpan di bawah kursi,” tutur Sihab.
Sayang, meski sudah disembunyikan, botol cairan disinfektan bisa ditemukan oleh si kecil MA dan diminumnya. Kini MA telah pergi untuk selama-lamanya. Sihabudin dan keluarganya sudah ikhlas melepas kepergian sang anak karena semuanya adalah takdir Tuhan.
“Kami keluarga semuanya pasrah,” kata Sihab.
Bahaya mengintai di balik cairan disinfektan
Penggunaan disinfektan hanya dianjurkan untuk benda-benda di sekitar, bukan untuk manusia.
Di masa pandemi COVID-19, cairan disinfektan lazim digunakan orang untuk mensterilisasi benda-benda, ruangan, dan bahkan tubuh manusia. Mulai dari menggunakan alat semprot kecil, berupa bilik disinfektan hingga penyemprotan massal menggunakan kendaraan taktis water canon.
Namun ingat, disinfektan hanya digunakan pada permukaan benda mati, bukan untuk tubuh manusia. Menurut WHO, penyemprotan cairan disinfektan di fasilitas umum dinilai tidak efektif membunuh virus Corona karena belum teruji secara ilmiah.
Justru kandungan bahan-bahan kimia di dalamnya dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan manusia. Jika terkena pakaian atau selaput lendir seperti mata dan mulut, dapat mengakibatkan iritasi dan kerusakan.
Beberapa kandungan cairan disinfektan dan bahayanya:
- hidrogen peroksida (H2O2) dapat menimbulkan beberapa gejala seperti sakit tenggorokan, batuk, pusing, mual, sesak napas, bintik putih kemerahan di kulit, kulit terbakar, penglihatan kabur, luka bakar dalam yang parah, dan sakit perut. Menelan produk ini menyebabkan produksi busa yang dapat menghalangi saluran pernapasan dan mengakibatkan kerusakan di paru-paru. Jika tertelan dalam kadar yang tinggi dapat menyebabkan iritasi atau tukak lambung.
- Klorin (Cl2) dan klorin dioksida (ClO2) dapat mengakibatkan iritasi parah pada saluran pernapasan. Efek kesehatannya biasanya dimulai dalam hitungan detik hingga menit. Umumnya, gejala yang dirasakan setelah paparan klorin adalah iritasi jalan napas, sulit bernapas, sakit tenggorokan, batuk, dada sesak, iritasi mata, dan iritasi kulit.
- Larutan hipoklorit pada konsentrasi rendah jika digunakan secara terus menerus dalam jangka waktu lama, maka dapat mengakibatkan iritasi kulit dan kerusakan pada kulit. Sementara penggunaan pada konsentrasi tinggi dapat mengakibatkan kulit terbakar parah.
- Elektrolyzed salt water tak jauh beda bahayanya dengan klorin, klorin dioksida dan larutan hipoklorit
- Kloroksilenol dapat meningkatkan resiko tertelan atau secara tidak sengaja terhirup. Hasil studi EPA terkait bahan kimia ini pada hewan menunjukan bahwa kloroksilenol menyebabkan iritasi kulit ringan dan iritasi mata parah. Bahkan bisa menimbulkan kematian pada dosis tinggi.
Simpan bahan kimia jauh dari jangkauan anak-anak
Mengingat bahan kimia berbahaya yang terkandung dalam cairan disinfektan dan berkaca dari peristiwa MA, Parents harus lebih waspada ketika menyimpannya di rumah.
- Letakkan di tempat yang aman dan sulit dijangkau anak-anak, misalnya rak yang tinggi atau lemari yang tertutup.
- Jangan menyimpan dalam kemasan bekas makanan atau minuman atau wadah apapun yang bisa disalahpahami oleh anak-anak.
- Jika anak sudah agak besar, beri pengertian padanya bahwa itu adalah zat yang berbahaya dan bukan untuk mainan apalagi dikonsumsi.
Sumber: Kompas, Tirto, Halodoc
Baca juga:
Selebgram Dinda Safay membuat cairan diffuser dengan antiseptik, ini bahayanya!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.