Parents, sudah menjadi rahasia umum kalau polusi udara sangat berbahaya bagi kesehatan. Namun, bahaya polusi udara bagi janin dan ibu hamil lebih besar, lho. Bahaya ini tidak bisa dianggap enteng, sebab janin yang terpapar polusi udara berisiko terkena beberapa penyakit berbahaya, salah satunya autisme. Mari kita simak seperti apa bahaya polusi udara bagi janin.
Bahaya Polusi Udara Bagi Janin, Bisa Menyebabkan Autisme
Dalam Zoom Class yang diadakan oleh theAsianparent dan Yayasan Alam Sehat Lestari (ASRI) tentang “Waspada! Polusi Udara Bisa Ganggu Kesehatan Ibu Hamil, Janin, dan Anak”, dokter kandungan, Darrell Fernando, Sp.OG menjabarkan mengapa polusi udara bisa menyebabkan gangguan terhadap ibu hamil dan janin.
Pada umumnya paparan polusi udara dalam jangka panjang dapat menyebabkan kondisi kronik, dari mulai penyakit jantung, paru-paru, sampai kanker paru-paru. Sedangkan pada kehamilan dapat berisiko membuat pertumbuhan janin terhamat, berat badan lahir rendah, prematuritas, dan autisme.
“Efeknya terhadap autisme, ADHD, Hiperaktif, dan gangguan perkembangan motorik itu memang sudah ada banyak penelitiannya. Bahwa memang bisa terpengaruh dari ibu yang terdaftar polusi udara selama kehamilannya, anaknya pas lahir bisa mengalami kondisi-kondisi seperti tadi, autisme dll,” kata dr. Darrell.
Artikel Terkait: 7 Rekomendasi Air Purifier Xiaomi, Bantu Bersihkan Udara di Rumah!
Sebuah penelitian di Nature Communications mengungkapkan kalau partikel karbon hitam ditemukan di dalam plasenta ibu hamil yang terpapar polusi udara dan kualitas udara yang buruk.
Menurut penelitian itu, ibu hamil yang tinggal di lingkungan udara yang sangat tercemar memiliki kemungkinan dua kali lebih besar memiliki anak yang didiagnosis dengan gangguan spektrum autisme, dibandingkan dengan mereka yang tinggal di daerah yang sedikit tercemar.
Perlu diingat, penelitian ini merujuk pada jenis polutan seperti bahan bakar diesel, timah, mangan dan merkuri. Atau semua logam berayy dan bajan kimia yang terkait dengan industri berat. Polusi jenis ini banyak dirasakan oleh orang-orang yang tinggal di kota besar atau di dekat pabrik.
Artikel terkait: Polusi Jakarta tertinggi di dunia, ini bahayanya untuk anak dan Bumil!
Dampak Jangka Panjang Polusi Udara Pada Ibu Hamil
Nampaknya bahaya polusi udara bagi janin ini bisa berketerusan hingga dewasa. Diungkapkan dr. Darrell bahwa disepanjang kehamilan sampai anak sudah dewasa, efek dari terpapar polusi udara saat hamil bisa semakin berbahaya.
“Sepanjang kehamilan itu bisa berdampak, pada ibu hamil dan janin seperti tadi, berisiko autisme, peradangan plasenta, gangguan fungsi DNA, gangguan darah dan radikal bebas, gangguan sirkulasi plasenta, dan banyak gangguan paru-paru pada ibu. Kalau semua itu terjadi, dampaknya akan lebih parah.
Pada janin bisa menyebabkan lahir prematur, pertumbuhan janin terhambat, dan berat badan lahir rendah. Pada ibu hamilnya, meningkatkan risiko preeklampsia, hipertensi pada kehamilan, dan stres ibu. Sedangkan pada anak kecerdasannya berkurang (skor kognitif berkurang), gangguan perilaku, autisme, hiperaktif (ADHD). Bagi orang dewasa, penyakit jantung, kanker, sampai kematian,” ungkap dr. Darrell.
Lalu bagaimana kita tahu kualitas udara di lingkungan kita buruk? Hal ini tidak bisa hanya dilihat dari pandangan mata saja, tetapi perlu ada perhitungan khusus melalui air quality index (AQI) yang bisa diakses melalui aplikasi smartphone, atau pada air purifier yang memiliki sensor AQI.
“Kalau menunjukkan warna hijau berarti tidak banyak mengandung partikel-partikel polusi di dalam udara, sehat-sehat aja dan nggak ada masalah. Yang masalah itu seperti tadi, jam 12 siang di Jakarta indeksnya 157 itu merah angkanya. Cara menghindarinya gimana, di rumah aja, tutup pintu dan jendela. Jangan buka pintu dan jendela supaya udaranya masuk, polusinya malah masuk. Kalau misalnya harus keluar rumah, jangan lupa pakai masker, selain untuk covid, untuk menghindari pencemaran udara juga,” tandas dr. Darrell.
Bagaimana Cara Meminimalisir Polusi Udara di Lingkungan Rumah?
Memang tidak mudah untuk bisa menghindari 100% paparan polusi, apalagi kualitas udara di kota-kota besar memang sulit dikendalikan. Tapi Setidaknya kita bisa meminimalisir paparan tersebut dengan menerapkan beberapa kebiasaan baik.
“Susahnya, udara itu kan seperti kebutuhan dasar, ada di sekitar kita, dan kita tidak bisa menyangkal itu. Bagaimana cara mengakalinya, yang pertama ketahui dulu indeks polusinya berapa di lingkungan rumahnya. Di aplikasi ada seberapa tinggi polusinya di masing-masing kota, atau beli air purifier yang ada sensor indeks polusinya,” ucap dokter yang berpraktek di Mayapada Hospital ini.
Nah, selain untuk menghindari Covid-19, penggunaan masker juga sangat membantu menyaring udara. Dr. Darrell juga mengingatkan agar tidak beraktivitas di luar rumah jika kualitas udaranya sedang buruk.
“Pakai masker jika keluar rumah, karena masker bisa menyaring partikel-partikel PM2,5 itu. Itu membantu untuk menyaring. Kurangi aktivitas di luar rumah saat kualitas udaranya jelek. Hindari daerah padat dan ramai, jangan lupa untuk pantau kualitas udara di lingkungan. Sedangkan Untuk di rumah, pastikan ventilasi udara baik, tutup pintu dan jendela bila kualitas udara buruk, gunakan air purifier, dan gunakan tanaman yang bisa menyaring udara,” tandasnya.
Artikel terkait: Bahaya polusi udara pada kesehatan reproduksi wanita, Bunda perlu waspada!
Pola Hidup Sehat Sebagai Pencegahan Penyakit Akibat Polusi
Tak kalah penting dari yang dijelaskan sebelumnya, pola hidup yang sehat juga dapat menghindarkan kita dari penyakit yang disebabkan polusi udara. Karena tubuh yang sehat juga dapat menangkal penyakit-penyakit dan radikal bebas.
“Tapi jangan lupa juga penuhi kebutuhan nutrisi yang sehat. Nggak bisa hanya melihat polusinya aja, kita harus lihat gaya hidup kita secara umum. Olahraga gimana, pola makannya gimana, merokok atau tidak, itu juga perlu diperhatikan. Jangan lupa kalau kita juga berkontribusi terhadap polusi udara, jadi sebisa mungkin kita bisa mengurangi energi, go green, penggunaan listrik yang efisien, kendaraan asapnya hitam apa nggak, bakar sampah nggak. Hal-hal seperti itu harus dimulai dari diri sendiri,” tutup dr. Darrell.
Menanam Pohon di Pekarangan Rumah Membantu Meminimalisir Polusi
Parents juga bisa menanam tanaman di pekarangan rumah untuk membantu meminimalisir kualitas udara yang buruk. Sebab, kehadiran banyak tanaman bisa membuat udara semakin bersih dan sejuk.
Menurut Mahardika Putra Purba, S.Hut., M.Sc, Konsultan Program dan Riset Yayasan Alam Sehat Lestari (ASRI) menanam pohon di pekarangan rumah sangat membantu menjernihkan udara di lingkungan rumah. Namun, seberapa banyak ya, kita harus menanam pohon di pekarangan rumah?
“Kalau untuk penyerapan karbondioksida, dalam satu batang pohon itu dapat menyerap 20-36 gram per hari. Jadi kalau ada 10 pohon dalam sebulan itu bisa menyerap 10 kg dan dapat menyimpan 750 kg karbondioksida. Jadi lebih banyak lebih baik, karena sangat banyak manfaatnya,” kata Mahardika.
Sedangkan menyoal jenis pohon apa saja yang dapat menyerap polusi udara, Mahardika mengatakan kalau semua jenis bisa saja. Namun ada jenis yang cepat tumbuhnya dan lambat tumbuhnya.
“Biasanya jenis pohon yang cepat tumbuh dan berdaun lebar, itu menyerap karbondioksida lebih banyak dan menghasilkan oksigen lebih banyak dibanding pohon yang berdaun kecil dan tumbuhnya lambat. Parents bisa menanam pohon buah-buahan, mangga, rata-rata itu cepat tumbuh,” tutup Mahardika.
***
Itulah informasi tentang bahaya polusi bagi janin dan cara untuk meminimalisir paparannya. Semoga informasi ini bermanfaat untuk Parents!
Baca juga
1 Baby 1 Tree, Selamatkan Masa Depan Anak dengan Menanam Pohon
Bahaya Polusi Udara Bagi Bumil, Menembus Plasenta hingga Sebabkan Anak Lahir Autis
Ternyata ASI Juga Melindungi Bayi Dari Polusi Udara
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.