Kita tentunya mengetahui manfaat madu yang luar biasa bagi kesehatan. Namun tahukah Anda tentang risiko bahaya madu untuk bayi yang belum berusia 1 tahun?
Banyak sekali informasi yang beredar di sekitar kita, dan sayangnya kita sulit menyaring mana informasi yang benar dan salah. Terkadang, mitos sudah menjadi kebiasaan turun temurun dan dianggap suatu hal yang benar. Seperti halnya kebiasaan mengoleskan madu ke mulut atau empeng bayi yang sering dilakukan orangtua jaman dahulu.
Lalu seperti apakah bahaya madu untuk bayi? Dan apakah benar madu yang sudah diproses aman untuk bayi? Kali ini, kami membahasnya untuk Anda.
Bahaya madu untuk bayi
Di Inggris, kita selalu menemui tulisan “Unsuitable for infants under 12 months” pada semua botol madu yang dijual di toko ataupun supermarket. Beberapa negara lainpun melarang penggunaan madu.
Hal ini diawali pada tahun 1976, di mana sindrom infant botulism menyerang ratusan bayi di California. Saat itu, ditemukan tanda-tanda spora botulism pada BAB mereka.
Dua tahun kemudian the California Department of Health Services, melakukan penelitian epidemis terhadap 550 sampel makanan, obat-obatan dan benda-benda yang ada di lingkungan sekitar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 5 sampel tanah, 1 sampel debu dari vacum cleaner dan 9 sampel madu mengandung bakteri clostridium botulinum.
Bayi di bawah 1 tahun belum cukup kuat untuk mentoleransi bakteri tersebut. Tingkat kematian akibat Clostridium botulinum adalah 1,3%.
Oleh karena itulah, madu untuk bayi sangat tidak dianjurkan, meski telah dikenal sebagai salah satu pengobatan alami penghilang batuk dan panas dalam.
Gejala bayi terserang bakteri Clostridium Botulinum
Jika bayi terserang bakteri Clostridium Botulinum, gejala yang mungkin timbul meliputi:
- Konstipasi
- Nafsu makan / minum susu menurun
- Otot tangan dan kaki lemah
- Daya hisap ASI berkurang
- Tangisan lebih lemah daripada biasanya
- Leher lebih lemah daripada biasanya, sehingga tidak kuat menahan kepala
- Ekspresi wajah berkurang dibandingkan biasanya
- Terkadang tidak dapat menelan
- Dapat disertai kesulitan bernafas
Pertolongan medis sangat dibutuhkan untuk menangani penyakit tersebut.
Apakah madu yang telah diproses lebih aman untuk bayi?
Menurut UCSB Science Line, Bakteri Clostridium Botulinum tidak mudah dimatikan dengan proses pemanasan biasa. Memanaskan madu hingga mendidihpun tidak mematikan sporanya. Efek racun bateri tersebut hilang setelah dididihkan selama 10 menit, tetapi sporanya tidak mati.
Spora Bakteri Clostridium Botulinum mati bila dipanaskan di atas 120 Celcius dalam kondisi underpressure selama 30 menit, misalnya dengan pressure cooker atau presto. Namun kita tidak tahu apakah suhu di dalam presto tersebut mencapai 120C.
Bakteri Clostridium Botulinum juga pernah ditemukan pada madu yang telah di pasteurisasi. Jadi, sebaiknya hindarilah madu untuk bayi di bawah 1 tahun.
Alasan lain
Para ahli kesehatan tidak menyarankan madu untuk ditambahkan pada makanan atau minuman bayi karena dapat merusak gigi. Bayi yang sering mengkonsumsi makanan atau minuman manis akan ketagihan makanan atau jajanan manis dan cenderung menolak makanan lainnya.
Untuk itulah disarankan MPASI bayi di bawah 1 tahun bebas garam dan gula, walaupun sebagian ibu tidak dapat melakukannya secara konsisten ketika si anak mulai susah makan.
Alternatif terbaik untuk memberi rasa pada makanan adalah dengan mencampur buah pada makanannya, atau sayuran yang memiliki rasa manis seperti wortel. Sumber makanan tersebut memiliki rasa manis yang natural, tidak beresiko dan juga mengandung vitamin dan mineral yang penting untuk tumbuh kembang bayi.
Referensi : theguardian.com, babycentre.co.uk, mayoclinic.org, scienceline.ucsb.edu, healthycanadians.gc.ca
Baca juga artikel menarik lainnya:
Hati Ayam Bisa Berbahaya untuk Bayi dan Ibu Hamil
Kesalahan Umum pada Resep Bubur Bayi
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.