Babi rusa atau babyrousa babyrussa, selama puluhan tahun dianggap sebagai hewan mitos oleh warga Maluku. Pasalnya, meski sering terdengar namanya, banyak masyarakat belum pernah melihat hewan ini secara langsung di alam.
Di zaman dulu, babi rusa merupakan hewan yang dipelihara dan dikembangbiakkan oleh penguasa-penguasa di Sulawesi. Bukan tak beralasan, mereka melakukannya untuk menjadikan hewan satu ini sebagai persembahan para penguasa kepada negarawan yang berkunjung alias sebagai bentuk hadiah diplomatik.
Saat ini, satwa istimewa di hutan Gorontalo itu tidak lagi disajikan sebagai hadiah untuk tamu istimewa, melainkan dijual di sejumlah pasar tradisional di Sulawesi Utara.
Seperti apa fakta menarik babi rusa yang penting untuk diketahui? Mari simak selengkapnya dalam pemaparan berikut seperti dilansir dari berbagai sumber:
Fakta Menarik Babi Rusa
Mengenal Babyrousa (wikipedia)
Babi rusa merupakan hewan kerabat babi dengan ciri taring panjang ke atas keluar dari mulutnya. Hewan yang satu kelompok dengan babi hutan atau sus scrofa ini merupakan endemik Wallace.
Yaitu, terdiri dari tiga jenis yakni babirusa sulawesi (Babyrousa celebensis), babirusa togean (Babyrousa togeanensis), dan babirusa maluku (Babyrousa babyrussa).
Artikel terkait: 6 Hewan yang Dilindungi di Indonesia karena Terancam Punah, Apa Saja?
Ciri Khas Babi Rusa
Ciri Khas Babyrousa (balisafarimarinepark.com)
Hewan omnivora yang berjenis kelamin jantan memiliki ciri khas sepasang taring melengkung ke atas. Meski begitu, tidak pernah sampai menusuk bagian kepala.
Hasil pengamatan Hanom di lapangan mengungkapkan, babi rusa Sulawesi umumnya hidup berkelompok, meski terkadang tampak sendiri.
Hewan satu ini memiliki satu hingga dua ekor anak dengan matang kelamin setelah berusia empat tahun, dan dapat hidup hingga 20 tahun lamanya.
Babi rusa Sulawesi memiliki habitat di hutan primer dataran rendah dan biasa mendatangi lembah, area datar, serta tepi sungai. Hewan ini juga kerap mendatangi tepi hutan primer yang berbatasan dengan hutan sekunder.
Habitat khusus babirusa di area rawa atau tergenang air karena untuk berkubang serta mata air bergaram untuk memenuhi kebutuhan mineral dalam tubuhnya.
Hewan satu ini mengonsumsi buah-buahan seperti rao dan pangi. Selain itu, babyrousa juga senang makan hewan kecil seperti ulat, cacing, burung, reptil kecil, dan ikan.
Artikel terkait: 10 Hewan Paling Langka di Dunia, Ada yang di Pulau Jawa!
Spesies yang Terancam Punah
Spesimen yang Terancam Punah (planterandforester.com)
Spesimen yang dilarang diperdagangkan dalam bentuk hidup, mati, bagian-bagian, atau produk turunannya, babyrousa termasuk jenis yang terancam punah.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, sebagaimana lampirannya diubah melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 106 tahun 2018, babi rusa dilindungi oleh peraturan perundangan.
Terbukti, berdasarkan survei sejak tahun 1995 mengungkapkan, tidak pernah merekam langsung hewan satu ini hidup, kecuali jejaknya.
Meski begitu, Pulau Buru terkonfirmasi sebagai salah satu habitat hewan ini usai tengkoraknya ditemukan pemburu di sekitar Gunung Kapalatmada pada tahun 1997.
Artikel terkait: 11 Hewan Langka di Indonesia yang Harus Dilestarikan
Babi Rusa Masih Diperjualbelikan
Masih Diperjualbelikan (planterandforester.com)
Meski pemerintah telah mengeluarkan larangan memperjualbelikan hewan yang terancam punah ini, hasil penelitian H.J. Kiroh dkk yang dipublikasikan pada tahun 2020 menunjukkan hasil mengejutkan.
Dalam penelitian tersebut terungkap, daging satwa liar ini masih beredar dan diperjualbelikan di beberapa pasar tradisional di Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara. Pasar yang dimaksud adalah Pasar Tondano, Remboken, Kawangkoan, Langowan, dan Tanawangko.
Daging babi rusa yang beredar di pasar-pasar tersebut, menurut penelitian tersebut, dipasok dari Sulawesi Tengah sebanyak 58 persen, Gorontalo 25 persen, dan Bolaang Mongondow 17 persen.
Tak hanya itu saja, berdasarkan penelitian yang dilakukan Rosyidi dan Wibowo pada tahun 2020 turut mengungkapkan, salah satu penyebab kasus penurunan populasi babi rusa di Sulawesi Utara adalah masih tingginya konsumsi daging hewat ini oleh masyarakat lokal non-Muslim.
Itulah fakta menarik babi rusa yang penting untuk diketahui. Semoga bermanfaat ya Parents!
Baca juga:
China Teliti Susu Babi, Peluang Gantikan Susu Sapi di Masa Depan
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.