Beberapa waktu yang lalu, sejumlah orangtua panik mendapati sejumlah jajanan anak yang mengandung aspartame. Info seputar bahaya aspartame pun mulai ramai menghiasi beranda-beranda sosial media.
Meskipun BPOM sudah memberikan surat edaran bahwa produk tersebut lolos inspeksi tetapi kekawatiran masyarakat rupanya masih belum tuntas.
Mengenal Aspartame
Bahaya aspartame
Aspartame merupakan salah satu pemanis artifisial yang paling banyak digunakan saat ini.
Pemanis buatan ini dibuat dengan menggabungkan beberapa ikatan asam aspartat dan phenylalanine. Ditemukan pertama kali pada tahun 1965 oleh James Schslatte, sebagai hasil dari percobaannya yang gagal.
Saat ini produk ini banyak digunakan sebagai pemanis tambahan pada obat-obatan, makanan dan minuman karena rasanya yang 200 kali lebih manis dari gula. Terutama untuk semua jenis makanan dan minuman yang tidak memerlukan suhu tinggi dalam pengolahannya.
Jadi, sedikit saja penggunaan pemanis buatan ini rasanya sudah sangat manis. Hasilnya, makanan dan minuman pun mengandung lebih sedikit kalori dibandingkan jenis-jenis yang menggunakan pemanis gula biasa.
Di dalam tubuh, aspartame akan terurai menjadi phenylalanine, asam aspartat, dan methanol. Methanol sangat berbahaya bagi tubuh bila terdapat dalam jumlah cukup banyak. Namun Parents tidak perlu kawatir, hasil peruraian methanol dari aspartame tidaklah cukup besar untuk membahayakan tubuh manusia.
Regulasi penggunaan dan konsumsi untuk menghindari bahaya aspartame
Penggunaan segala jenis zat aditif atau bahan-bahan lain dalam makanan, minuman, kosmetik, dan obat-obatan, umumnya mengacu pada ketentuan dari FDA. Meski Indonesia sudah memiliki BPPOM, tetapi mau tidak mau industri keempat industri di atas tetap memakai standar FDA dalam proses pengolahan produk mereka.
Penggunaan aspartame menurut FDA ditetapkan dalam jumlah maksimal yang diperbolehkan (ADI/ Acceptable Daily Intake) adalah 50 mg/ kg berat badan. Sementara Uni Eropa menetapkan 40 mg/kg berat badan. BPPOM sendiri menganut standar regulasi FDA dalam menetapkan jumlah aspartame yang boleh dikonsumsi setiap hari.
Standar jumlah aman ini biasanya dipertimbangkan 100 kali lebih rendah dari jumlah paling sedikit yang dapat membahayakan kesehatan. Jadi, bila berat si kecil adalah 20 kg, maka konsumsi maksimum yang diperbolehkan 800 mg menurut standar Uni Eropa dan 1000 mg menurut standar FDA. Atau kira-kira 22-28 bungkus minuman serbuk kemasan yang biasanya dikonsumsi oleh anak-anak.
Benarkah dapat menyebabkan kanker?
Pemanis buatan ini telah menuai banyak kontroversi sejak pertama dipakai di Amerika Serikat pada tahun 80-an. Sebagiaan pendapat mengatakan produk ini sangatlah berbahaya bagi tubuh sementara pendapat lain mengatakan tidaklah berbahaya selama digunakan dalam batas yang telah ditentukan.
Phenylalanine dan asam aspartat merupakan asam amino yang secara alami terdapat juga dalam beberapa makanan. Secara umum, kedua zat tersebut tidak menyebabkan gangguan kesehatan. Namun bagi mereka yang menderita phenylketunuria harus membatasi atau malah menjauhi semua jenis makanan yang mengandung zat ini.
Untuk mengetahui risiko pemanis buatan ini pada kesehatan, peneliti menggunakan dua tipe penelitian, yaitu apakah aspartame merupakan zat pemicu kanker atau apakah termasuk zat yang membantu kanker tumbuh dalam tubuh (biasa disebut dengan zat karsinogenik).
Penelitian dilakukan dengan dua metode. Yaitu secara labotorium dengan mengamati efeknya pada tikus, dan yang kedua membandingkan kesehatan dua kelompok orang dengan paparan aspartame yang berbeda.
Studi laboratorium pada tikus yang sengaja diberi aspartame lebih dari 4000 mg per hari, membuktikan bahwa aspartame tidak menjadi pemicu utama kanker atau gangguan kesehatan lainnya.
Sementara studi yang membandingkan dua kelompok orang dengan paparan aspartame yang berbeda, satu kelompok selalu terpapar sementara kelompok yang lain tidak; juga membuktikan bahwa tidak ada perbedaan kesehatan di antara keduanya. Dan jika terdapat tanda-tanda kanker,
Jika pernah beredar rumor meningkatnya risiko kanker darah pada tikus yang terpapar aspartame pada dosis tinggi; FDA dan ESFA menolak mengakui hasil tersebut karena ada beberapa data penelitian yang hilang sehingga menyebabkan hasil penelitian menjadi tidak valid.
Jadi, amankah mengkonsumsi makanan dan minuman dengan pemanis buatan ini?
Seperti telah dikemukakan di atas, tidak ada bukti nyata munculnya kanker atau gangguan kesehatan lainnya dari konsumsi makanan mengandung pemanis buatan ini. Meski begitu penelitian terhadap pemanis buatan masih terus dilakukan hingga saat ini untuk melihat kemungkinan-kemungkinan yang timbul.
Namun bila Parents ingin menjauhi aspartame, cara terbaik adalah dengan selalu membaca komposisi makanan pada label sebelum membeli atau mengkonsumsi semua jenis makanan dan minuman. Terlebih bila saat ini Parents sedang dalam keadaan hamil atau si kecil masih berusia di bawah lima tahun.
***
Baca juga:
Hati-hati, Jajanan Anak Mirip Kondom Beredar di Sekitar Sekolah
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.