Istilah asidosis mungkin masih asing di telinga Parents. Namun, secara harfiah, asidosis bisa diartikan sebagai tingginya kadar asam di darah.
Agar dapat berfungsi normal, tubuh perlu menjaga derajat keasaman (pH) darah ini. Pasalnya, bila terlalu asam (asidosis) atau terlalu basa (alkalosis), akan timbul masalah kesehatan yang serius.
Cara Tubuh Menjaga Keseimbangan Asam Basa di Dalam Darah
Sebelum memahami lebih lanjut soal asidosis, mari ketahui dulu bagaimana respon tubuh terhadap adanya gangguan asam basa di dalam darah.
Darah memiliki derajat keasaman yang diukur melalui skala pH. Skala ini berkisar dari 0 (sangat asam/asidik) hingga 14 (sangat basa/alkali). Nilai tengahnya, yakni pH 7.0, disebut netral. Derajat keasaman darah berada di kisaran 7.35 sampai 7.45. Umumnya tubuh akan menjaga pH darah mendekati 7.40.
Bila peningkatan asam melebihi kemampuan tubuh dalam mengatur keseimbangan asam basa ini, kadar pH darah turun dan menjadi asidik. Kondisi ini akan memicu otak untuk meminta paru bernafas lebih cepat dan lebih dalam agar lebih banyak karbondioksida yang dikeluarkan. Dengan demikian, pH darah dapat kembali normal. Selain paru, ginjal juga berespon dengan mengeluarkan lebih banyak asam di dalam urin untuk menaikkan kembali pH darah.
Akan tetapi, kedua organ ini bisa kewalahan bila tubuh terus memproduksi terlalu banyak asam. Dalam hal ini, dapat terjadi asidosis berat yang menimbulkan gangguan jantung, koma, hingga kematian.
Penyebab Asidosis
Berdasarkan penyebab dan mekanisme terjadinya, terdapat dua macam asidosis.
Asidosis metabolik terjadi ketika jumlah asam di dalam tubuh meningkat melalui beberapa cara berikut:
- Keracunan akibat konsumsi zat yang bersifat asam atau dapat diuraikan menjadi asam, seperti metanol, etilen glikol, atau aspirin dalam dosis besar. Beberapa obat dan racun lain juga dapat menyebabkan asidosis.
- Meningkatnya produksi asam, akibat syok tahap lanjut (asidosis laktat) dan pada diabetes yang tidak terkontrol (ketoasidosis diabetikum).
- Berkurangnya pengeluaran asam akibat gangguan ginjal.
- Kehilangan zat bikarbonat akibat gangguan pada saluran cerna, seperti muntah dan diare.
- Respiratorik
Jenis ini terjadi ketika paru tidak mengeluarkan karbondioksida secara memadai. Kondisi ini dapat terjadi pada:
- Gangguan-gangguan yang berdampak hebat pada paru, seperti penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), pneumonia berat, gagal jantung, dan asma.
- Adanya kelainan pada otak atau saraf/otot dada yang mengganggu pernapasan, seperti sindrom Guillain-Barré atau sklerosis lateral amiotrifik (ALS).
- Ketika laju pernafasan melambat akibat penggunaan narkotika jenis opioid, alkohol, atau obat tidur (sedatif). Sebagai akibat dari pernapasan yang melambat, kadar oksigen di dalam darah juga menurun.
- Adanya henti napas saat tidur (sleep apnea).
Faktor Risiko Asidosis
Faktor-faktor yang meningkatkan risiko terjadinya tingginya kadar asam di darah, mencakup:
- Asidosis metabolik
- Kebiasaan diet tinggi garam dan protein hewani serta rendah serat
- Obesitas
- Dehidrasi
- Keracunan aspirin atau metanol
- Memiliki kondisi medis tertentu seperti diabetes, gagal ginjal, atau sindrom Sjogren
- Asidosis respiratorik
- Sedang menjalani operasi dan menggunakan sedatif (obat tidur)
- Memiliki asma atau PPOK stadium akhir
- Merokok
- Menggunakan narkotika jenis opioid
Gejala yang Perlu Diperhatikan
Baik asidosis metabolik maupun respiratorik dapat memiliki gejala yang sama. Namun gejala umumnya bervariasi tergantung penyebab yang mendasarinya.
Asidosis metabolik umumnya menimbulkan gejala, seperti:
- Rasa lelah dan lemah
- Mual dan muntah
- Detak jantung meningkat
- Napas cepat dan pendek
- Sakit kepala
- Hilangnya nafsu makan
- Kebingungan
- Nafas beraroma buah-buahan, tanda khas dari ketoasidosis diabetikum
Sedangkan asidosis respiratorik, menimbulkan gejala awal, seperti:
- Mengantuk
- Sakit kepala
- Mengi atau nafas berbunyi ‘ngik’
- Kesulitan bernapas
- Rasa cemas
- Gangguan tidur
- Kulit tampak kebiruan karena rendahnya kadar oksigen di dalam darah
Diagnosis
Diagnosis tingginya kadar asam di darah ini bisa ditentukan berdasarkan gejala, riwayat penyakit dan hasil pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan ini mencakup:
- Analisi gas darah (AGD). Pemeriksaan ini dapat menilai, pH, kadar oksigen dan karbondioksida di dalam darah.
- Pemeriksaan darah lain untuk menentukan kadar bikarbonat, fungsi ginjal, kadar gula darah, kadar elektrolit dan mineral lain (seperti calcium) di dalam tubuh.
- Rontgen dada atau tes fungsi paru.
- Analisis urin untuk melihat pH urin.
Pemeriksaan lain juga mungkin diperlukan untuk membantu menentukan penyebab asidosis yang spesifik.
Pengobatan yang Bisa Dilakukan
Dokter umumnya perlu mengetahui apa yang menyebabkan tingginya kadar asam di darah sehingga dapat ditentukan pengobatan yang tepat sasaran. Namun pada kasus berat dan mengancam nyawa, umumnya diperlukan pengobatan yang dapat dengan cepat menetralkan kondisi asidosis, apapun penyebabnya.
Ini dicapai dengan memberikan natrium bikarbonat (soda kue) untuk meningkatkan pH darah, baik secara oral maupun melalui selang infus. Perlu diketahui bahwa pemberian obat ini hanya bersifat sementara dan memiliki risikonya tersendiri.
Agar asidosis dapat dikoreksi secara permanen, pengobatan perlu ditujukan pada penyebabnya yang spesifik.
- Pada asidosis metabolik misalnya, diberikan insulin untuk mengendalikan kadar gula darah pada diabetes yang tidak terkontrol atau diberikan penawar untuk menetralkan zat beracun.
- Pada asidosis respiratorik, pengobatan ditujukan untuk memperbaiki fungsi paru, misalnya melalui pemberian obat-obatan yang berfungsi melebarkan jalan nafas untuk individu dengan asma dan PPOK. Atau memberikan obat penangkal untuk menetralkan efek obat atau zat yang membuat laju pernapasan melambat. Pada kasus gangguan pernapasan berat, individu mungkin memerlukan alat bantu napas seperti ventilator.
Pencegahan yang Bisa Dilakukan
Meski kondisi kesehatan ini tidak bisa dicegah sepenuhnya, tetapi ada beberapa cara untuk menurunkan risiko individu mengalaminaya.
- Asidosis metabolik
- Cukup minum, yakni 2 Liter per hari agar tidak dehidrasi.
- Jaga kadar gula darah tetap terkontrol bila memiliki diabetes.
- Berhenti atau batasi konsumsi alkohol.
- Batasi konsumsi garam, makanan berlemak, dan sumber protein hewani. Sebaliknya, tingkatkan konsumsi serat melalui buah dan sayur.
- Asidosis respiratorik
- Gunakan obat tidur sesuai anjuran dokter dan jangan pernah mencampurnya dengan alkohol.
- Hindari merokok. Rokok dapat merusak paru dan membuat pernapasan kurang efektif.
- Jaga berat badan di rentang ideal. Kondisi obesitas akan menyulitkan proses bernapas.
Sebagian individu dapat pulih sepenuhnya dari asidosis. Sebagian lainnya mengalami gangguan organ yang permanen hingga kematian. Seberapa besar peluang pulih dari asidosis tergantung pada penyebabnya.
Namun, penanganan yang cepat dan tepat juga menengaruhi proses pemulihan. Oleh sebab itu, segera kunjungi dokter bila mengalami gejala serupa asidosis.
Baca Juga:
Heparin Diperlukan untuk Penyembuhan Pasien COVID-19 Rawat Inap, Mengapa?
8 Pilihan Obat Gangguan Lambung yang Aman dan Efektif
id.theasianparent.com/vitamin-k
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.