Pernah merasa sesak napas disertai denyut jantung yang cepat dan berkeringat? Waspadai karena bisa jadi itu adalah gejala hipoksia. Apa itu hipoksia, apa saja penyebabnya dan bagaimana pengobatannya? Secara singkat, hipoksia adalah kondisi kekurangan oksigen pada sel dan jaringan tubuh. Namun, untuk lebih jelasnya, mari simak selengkapnya di artikel ini.
Apa Itu Hipoksia?
Hipoksia adalah kondisi di mana sel dan jaringan tubuh kekurangan oksigen sehingga tidak dapat berfungsi normal atau mengalami gangguan. Kondisi ini berbahaya karena dapat mengganggu fungsi otak, hati, dan organ lainnya hanya beberapa menit setelah gejala dimulai.
Apa bedanya dengan hipoksemia? Hipoksemia adalah kondisi di mana kadar oksigen dalam darah rendah. Akibatnya, darah tidak membawa cukup oksigen ke jaringan untuk memenuhi kebutuhan tubuh sehingga terjadi hipoksia.
Artikel terkait: Asma mengganggu aktivitas? 4 Bahan alami ini bisa meredakannya
Apa Saja Gejala Hipoksia yang Paling Umum?
Gejalanya dapat berbeda antar individu, namun ada beberapa gejala umum yang dapat dikenali, antara lain:
- Sistem pernapasan mengalami gangguan seperti sesak napas, napas cepat, batuk, dan mengi.
- Pada kardiovaskular, denyut jantung menjadi cepat.
- Kulit mengalami perubahan warna dari biru ke merah ceri.
- Pada saraf pusat, antara lain nyeri kepala, linglung, dan penurunan kesadaran.
- Gejala lainnya adalah gelisah, berkeringat, dan lemas.
- Pada bayi dan anak, antara lain lemas, lesu, rewel, gusar, tidak fokus, dan gelisah.
Penyebab Hipoksia
Ada dua faktor yang berisiko hipoksia, yakni internal dan eksternal. Risiko eksternal seperti merokok atau perokok pasif, polusi udara, bahan kimia, debu di udara, atau berada di ketinggian. Risiko internal, seperti pada pengidap penyakit paru-paru dan kardiovaskular.
Serangan asma yang parah, dapat menyebabkan hipoksia pada orang dewasa dan anak-anak. Ketika asma menyerang, saluran udara menyempit, sehingga sulit untuk mendapatkan udara ke paru-paru. Sementara itu, batuk yang berfungsi untuk membersihkan paru-paru justru menggunakan lebih banyak oksigen dan dapat memperburuk gejala.
Beberapa penyebab dari hipoksia adalah hal-hal sebagai berikut:
1. Hipoksia hipoksik
Terjadi ketika kadar oksigen dalam pembuluh arteri turun. Beberapa penyebabnya, antara lain:
- Berada di situasi dengan kadar oksigen rendah, seperti kebakaran, tenggelam, dan berada di ketinggian.
- Terdapat penyakit paru, seperti asma, pneumonia, edema paru, penyakit paru obstruktif kronis, kanker paru, pneumothorax, dan sleep apnea.
- Keadaan yang membuat berhenti bernapas, seperti penggunaan obat fentanyl.
Artikel terkait: Benarkah olahraga renang efektif menyembuhkan asma?
2. Hipoksia stagnan atau hipoperfusi
Terjadi akibat gangguan aliran darah. Beberapa penyebabnya, antara lain:
- Gangguan jantung, seperti bradikardia dan fibrilasi ventrikel.
- Terhentinya aliran darah arteri ke organ, seperti pada orang dengan luka tembak atau trombosis arteri.
3. Hipoksia anemik
Terjadi saat kemampuan darah yang membawa oksigen berkurang kapasitasnya, sehingga darah kekurangan oksigen. Beberapa penyebabnya, antara lain:
- Anemia dan kondisi ketika fungsi sel darah merah rusak, seperti pada penyakit methemoglobinemia.
- Keracunan karbon monoksida (CO).
4. Hipoksia histotoksik
Terjadi saat terdapat gangguan pada sel dalam menggunakan oksigen. Penyebabnya antara lain keracunan sianida.
5. Hipoksia sitopatik
Umumnya disebabkan oleh peradangan dan sepsis.
Bagaimana dokter mendiagnosisnya?
Dokter akan melakukan wawancara medis untuk mencari tahu penyebab hipoksia, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang, seperti:
- Pemasangan alat pulse oximetry pada jari dan telinga untuk mendeteksi kadar oksigen dalam darah.
- Pemeriksaan analisis gas darah dengan mengambil sampel darah dari pembuluh arteri.
- Rontgen sinar-X bagian thorax (dada) untuk mengetahui masalah pada paru dan jantung.
- Pemeriksaan fungsi paru untuk mengetahui adanya masalah obstruksi pada paru.
Pengobatan dan Penanganan
Jika mengalami gejala, segeralah ke rumah sakit untuk mendapat penanganan yang tepat. Setelah dokter melakukan diagnosis, pasien akan diberikan terapi oksigen dengan selang melalui hidung atau masker yang menutupi hidung dan mulut. Ini akan membantu menaikkan level oksigen dalam tubuh.
Obat inhaler atau obat asma melalui mulut juga dapat mempermudah pernapasan. Jika tidak berhasil, dokter mungkin akan memberi obat melalui vena di lengan. Obat steroid juga mungkin diperlukan untuk mengurangi peradangan di paru-paru sementara antibiotik dibutuhkan untuk mengobati infeksi yang mendasarinya.
Jika kondisi semakin memburuk dan pasien dalam bahaya, mungkin memerlukan mesin (ventilator) untuk membantu bernapas.
Pencegahan Hipoksia bagi Penderita Asma
- Jaga asma tetap terkendali, setiap hari sambil tetap melanjutkan perawatan sebelumnya.
- Minum obat untuk membantu mencegah mengi dan sediakan selalu inhaler.
- Makan dengan benar dan tetap aktif.
- Ketahui pemicu asma dan temukan cara untuk menghindarinya.
Itulah penjelasan singkat mengenai hipoksia, semoga bermanfaat!
Sumber: WebMD, Halodoc
Baca juga:
Ini Perbedaan Gejala Asma Pada bayi dan Bedanya dengan Sesak Nafas
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.