Rasanya semakin geram saja membaca dan mendengar aksi bullying alias kekerasan di sekolah belakangan ini. Kali ini, bahkan menimpa anak tunarungu di sekolah!
Kasus ini menimpa Alex Hernandez, seorang anak tunarungu di Omaha Public School, Nebraska, Amerika Serikat.
Tahun ajaran baru di negeri Paman Sam tersebut baru saja mulai. Alex Hernandez sedang asyik menyantap makan siangnya di kantin saat dua orang siswa pria mengambil tasnya dan membawanya ke toilet.
Tidak disangka mereka membuang semua isi tas Alex ke dalam toilet. Selain buku dan alat sekolah, barang lain yang ikut terbuang adalah kartu debit serta baterai cadangan untuk alat bantu dengarnya.
Ketika diwawancarai stasiun TV setempat, Alex merasa kecewa karena kini bullying bahkan tidak lagi memandang penyandang difabilitas sepertinya.
Sementara itu, pihak sekolah mengaku akan menindak tegas pelaku kekerasan ini, namun demi keamanan siswa, sekolah memutuskan untuk tidak mempublikasikan nama-nama siswa yang telah menyerang Alex.
Solidaritas sekolah
Ketika mendengar ada kawannya yang diserang dan isi tasnya semua dimasukkan ke toilet, teman sekolah Alex bergerak membantu.
Mereka membuat aksi sosial di GoFundMe (semacam situs urunan dana untuk misi tertentu) guna membantu Alex mengembalikan isi tasnya. Responnya amat positif, dana yang ditargetkan sebesar 800$ terkumpul hanya dalam tiga hari!
Alex mengaku tidak dendam dan ia justru ingin berbicara pada mereka yang telah menyerangnya seperti itu.
“Aku ingin berbicara dengan mereka dan orangtua mereka. Sehingga mereka bisa menanamkan nilai-nilai yang baik pada anak-anaknya. PR ku ikut rusak dan basah dalam kejadian itu. Padahal, aku berusaha amat keras mendapat nilai baik agar membanggakan ibuku.” Ujarnya.
Meskipun sekolah telah melakukan investigasi, demi keamanan Alex, ia akan dipindahkan ke Ralston High School dalam waktu dekat.
Baca juga:
Anak Alami Bullying di Sekolah, Ini Cara Menyikapinya
Sudah tidak asing bukan dengan kasus bullying yang dilakukan anak sekolah kepada temannya, lalu akhirnya dimuat di beberapa media? Tidak hanya di Indonesia, di negeri Paman Sam juga terjadi kasus serupa kepada anak penyandang disabilitas di suatu sekolah. Ia mendapat perlakuan tidak nyaman dari teman teman sekolahnya. Inilah perlunya edukasi kepada setiap anak untuk tidak mengganggu teman lainnya. Berikut kisah anak tunarungu yang mengalami perundungan.
Stop Perundungan!
Bullying atau perundungan memang banyak terjadi, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Beberapa pelaku bullying melakukan hal tersebut untuk mendapat kepuasan dengan menyiksa orang lain. Apakah dengan mengganggu orang lain dapat mendatangkan kebahagiaan? Bahagia yang diperoleh hanyalah sesaat, perasaannya tetap kosong dan hampa. Sejatinya ia hanya orang yang kesepian, bahkan kekurangan kasih sayang. Sehingga tidak suka melihat orang lain bahagia.
Bagikan “Stop Bullying” di seluruh media sosial yang Anda miliki, mungkin dapat mengedukasi orang lain yang merasa memiliki kekuasaan dan kekuatan agar tidak menindas orang lain. Orang orang yang lemah bukan sasaran untuk melampiaskan kehampaan yang Anda rasakan. Ia juga manusia yang tidak nyaman dan tidak suka jika diganggu. Perlakukan orang lain seperti Anda ingin diperlakukan, sehingga tidak akan timbul rasa ingin menindasnya.
Perundungan yang Dirasakan Alex
Alex adalah salah satu siswa penyandang disabilitas di Omaha Public School, Nebraska, Amerika Serikat. Negara semaju Amerika tidak menjadikan penduduknya lebih teredukasi, sehingga jauh dari kasus perundungan. Di negeri Paman Sam tersebut banyak kasus perundungan yang tidak muncul ke permukaan atau masuk ke media massa. Hal ini yang menjadikan pelaku bullying semakin menjadi jadi karena merasa sikapnya aman aman saja.
Kasus bullying dirasakan Alex pada siang hari, saat makan siang. Ketika ia sibuk menikmati makan siangnya, tiba tiba tasnya disambar oleh dua orang siswa. Kemudian tas Alex dibawa ke toilet dan seluruh barang barangnya dibuang ke dalam toilet. Barang barang yang dibuang tidak hanya buku dan alat sekolah. Dengan kejam mereka juga membuang kartu debit dan baterai cadangan untuk alat bantu dengarnya.
Kasus ini diusut secara mandiri oleh pihak sekolah dan tidak akan dimuat di media massa, pelaku hanya akan mendapat sanksi dari sekolah. Alex menyatakan rasa kecewanya saat diwawancarai atas kejadian yang menimpanya, ia tidak menyangka perundungan juga akan menimpa anak tunarungu seperti dirinya. Sangat miris, tidak adanya keadilan untuk korban!
Melindungi putra putri adalah tugas setiap orang tua, ketika di rumah. Berbeda halnya ketika di sekolah, guru yang harus memastikan siswa siswinya belajar dengan tenang. Dengan adanya keadilan dan jaminan keselamatan akan membuat siswa belajar dengan tenang. Apa jadinya jika di sekolah bebas melakukan bullying? Perlunya tindakan tegas agar tidak ada lagi kasus serupa dan tidak ada lagi korban seperti Alex ke depannya!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.