Anak adalah anugerah terindah dan teristimewa yang Tuhan berikan kepada setiap pasangan yang sudah menikah. Begitu pun dengan amanah sebagai orang tua, menjalankan peran dan tanggung jawab yang luar biasa. Namun bagaimana jika Parents dianugerahi anak dengan special needs?
Seperti halnya pasangan suami istri yang berdomisili di Kota Samarinda, Maulidya Risdza Rindawan (32) dan Elza Rozeffian Alamsyah (34). Mereka orang tua hebat yang dianugerahi anak dengan kebutuhan spesial.
Cerita Maulidya Risdza Rindawan, Membersamai Anak Special Needs
Dalam rangka memperingati Hari Down Syndrome Dunia, tim theAsianparent Indonesia memiliki kesempatan untuk mewawancari Lidya, sapaan akrab dari ibu dua orang anak laki-laki ini.
Melalui Lidya, Parents akan mengetahui bagaimana ibu hebat tersebut dalam kesehariannya membersamai dua buah hati yang bernama Raziq Habibie Alamsyah (7,5) dan Ammar Hafizh Alamsyah (3). Di mana salah satu buah hatinya merupakan anak berkebutuhan khusus, yakni mengalami Microcephaly dan Cerebral Palsy.
Lantas, bagaimana Lidya membersamai dan bisa berdamai dengan keadaan tersebut? Yuk, Parents simak cerita dari Lidya dan sang suami.
Certain sedikit, dong, sekarang sedang sibuk apa saja, khususnya di masa pandemi ini?
Alhamdulillah, masa pandemi ini dirumah saja, malah semakin sibuk memikirkan segala sesuatu yang bisa dilakukan di rumah. Misal saja olahraga, hiburan anak, belajar anak. Kalau pun keluar rumah kami ke alam terbuka, dan berempat saja.
Kebetulan masih disibukkan dengan perpustakaan mandiri kami Ramah Baca dan juga bisnis rumahan Ramah Berbelanja serta program baru kami Ramah Lelang.
Saat ini bagaimana dengan Ramah Baca yang Mba dirikan, apakah masih berjalan?
Alhamdulillah sekarang sudah buka lagi dengan protokol kesehatan, ya. Semenjak awal pandemi memang kami tutup kurang lebih hampir setahun jadi ngangenin banget. Nah, sekarang ini sistemnya #sabtubersamabuku dilakukan secara online. Begitu pun program Ramah Baca lainnya dilakukan secara online, misal saja live via Instagram.
Program terbaru kami adalah para sahabat Ramah Baca bisa memimjam buku untuk dibaca di rumah masing-masing setiap satu minggu sekali. Jika Parents ingin join, ada grup Telegram-nya dan bisa kepoin juga Instagram-nya di @ramahbaca.
Boleh cerita, apa yang menginspirasi Mba Lidya mendirikan Ramah Baca?
Insiprasinya dari anak-anak itu sendiri. RaMaH Baca itu sebetulnya kepanjangan dari Raziq Ammar Alamsyah gemar baca, hehehe. Awalnya mau Rumah Baca cuma, kok, sering dengar, jadinya singkatin nama anak saja.
Memang sejak ada Ammar yang spesial ini, saya memutuskan di rumah saja sejak 2018. Lalu, saya berpikir, harus bikin sesuatu yang bermanfaat dari rumah. Kebetulan juga tempat tinggal kami, banyak anak-anak main di depan rumah setiap sore.
Anak pertama kami, Raziq memang suka membaca buku, kami pun harap Ammar demikian. Aamiin… Koleksi buku Raziq cukup banyak, nah, daripada ditaruh di rak buku begitu saja setiap kali habis dibaca. Akhirnya kami memutuskan carport depan rumah dijadikan perpustakaan mini Ramah Baca.
Boleh cerita juga tentang perjalanan Mba Maulidya Risdza Rindawan menjadi orang tua dengan anak special needs?
Sejak awal dianugerahi anak pertama, memang kami sebagai orang tua sudah diberikan keistimewaan. Anak pertama kami speech delay, jadi kami memang tahu dan mencari tahu tentang terapi.
Saya pribadi juga tertarik dengan tumbuh kembang anak. Saat anak kedua lahir, yakni Ammar, secara prematur, saya dan suami tentunya sebagai orang tua berupaya yang terbaik.
Namun, ternyata Allah berkehendak lain, kami masih harus banyak belajar lagi dan juga bersabar serta terus berusaha menjalankan peran sebagai orang tua terbaik. Ketika usia Ammar, sekitar 4 atau 5 bulan, kami merasakan tanda-tanda bahwa tumbuh kembangnya tidak sesuai dengan usianya saat itu.
Untuk itu, kami mulai ikhtiar dan mencari tahu dengan menjalankan screening lengkap kepada Ammar. Alhasil, anak kami didiagnosis microcephaly, cerebral palsy. Saat itu juga, kami berniat harus memantas diri karena diberikan Ammar yang sangat spesial.
Dikenal sebagai ibu pekerja ranah domestik yang sibuk berbisnis dan mendamping dua jagoan yang luar biasa, tantangan apa yang dihadapi selama mendampingi Ammar?
Tantangan yang dihadapi adalah sabar. Sebab memang tidak mudah, apalagi saat awal-awal, Ammar menuju gizi buruk serta harus menggunakan NGT. Itu, kan, biasanya sering lepas dan seminggu sekali harus ganti. Saat itu pula sudah enggak kehitung per hari Ammar muntah-muntah dan nangis-nangis.
Kami hanya bisa sabar. Suami pun sangat memaklumi keadaan. Ia tidak pernah protes dengan keadaan rumah. Kakak Raziq pun jadi mandiri. Keadaan tersebut membuat kami semua belajar sabar, karena terkadang kami enggak tega dan kasihan lihat Ammar cuma bisa nangis saat merasa tidak nyaman dan kesakitan.
Sedangkan untuk bisnis yang sekarang dijalankan, kebetulan memang passion saya. Allah juga yang kasih jalan. Saya bisa berbisnis dari rumah jadi bisa sambil mendampingi anak-anak.
Untuk posting produk dan balasin chat orderan itu, siang hari sambil menemani Ammar tidur siang. Atau pagi-pagi kadang juga malam sebelum dan sesudah urusan suami serta anak-anak selesai.
Bagaimana proses atau perjalanan Mba Lidya bersama suami berdamai dengan kondisi tersebut?
Awalnya tentu kami kaget dan shock, sempat juga menutup diri karena stres. Namun, Alhamdulillah, saat menjalani terapi dan pengobatan, kami dipertemukan dengan para dokter yang sangat menguatkan dan para terapi yang sangat sabar. Lambat laun, kami sudah menerima dan meyakini bahwa ini memang jalan hidup kami.
Walau dengan keadaan demikian, kami tetap mengucap syukur. Apalagi saat pergi ke rumah sakit, lihat anak lain dengan berbagai kondisi. Melalui kondisi Ammar ini kami pun mendapatkan pelajaran berharga mengenai rasa syukur atas apa yang jadi milik kami. Sampai pada akhirnya kami terbiasa.
Tapi kalau harus flash back, kami enggak nyangka bisa melaluinya hingga tahapan sekarang ini. Karena untuk pengobatan dan keseharian Ammar itu macam-macam.
Alhamdulillah, Allah mudahkan segalanya. Jadi kami hanya bisa ikhtiar, doa minta sama Allah agar Ammar bisa juga makan lahap, duduk sendiri, berjalan dan berkomunikasi. Aamiin…
Lalu, bagaimana dukungan suami, keluarga dan orang terdekat Mba Lidya, saat tahu kondisi Ammar yang merupakan anak special needs?
Saat awal tahu, panik pasti. Semua ikut bantu, sahabat juga pada telepon dan datang ke rumah, semua kasih support. Alhamdulillah kami dikelilingi teman dan keluarga yang sangat support.
Bahkan ada beberapa teman dan keluarga juga seorang dokter, jadi kami pun mendapatkan informasi yang luar biasa. Alhamdulillah.
Pernah enggak, mendapatkan stigma negatif dari masyarakat?
Kami enggak mau mikirin dan cari hal itu. Sebab akan memengaruhi pikiran dan perasaan kami. Memang, sih, saat Ammar masih menggunakan NGT, tiap di tempat umum dilihatin.
Tapi tidak sedikit juga rezeki menghampiri kami. Misal saja kami disambut baik dengan semua pegawai di toko, resto, hotel, dan tempat hiburan. Jadi semuanya ikutan happy.
Apa definisi ibu hebat di mata Maulidya Risdza Rindawan?
Saat bisa berdamai dengan dirinya sendiri. Sebab saya pun masih belajar berdamai dengan diri saya sendiri, posisi dan keadaan saya. Tentunya juga, sosok yang selalu bersyukur dan bahagia. Sebab ibu bahagia, maka sekelilingnya pun ikut bahagia.
Adakah sosok yang menginspirasi Mba Lidya? Siapa dan mengapa?
Baginda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam. Sangat diingat, kisah Nabi Muhammad, saat dihina, dicaki, dan diperlakukan tidak baik. Namun beliau tetap sabar, ikhlas dan senantiasa bersyukur. Kisah-kisah Nabi itulah, yang sering kami kisahkan kepada anak-anak.
Kami mengajarkan bahwa harus selalu bersyukur di setiap keadaan, percaya dengan Qada dan Qadar Allah dan selalu berdoa, minta yang terbaik menurut Allah.
Pesan atau value apa yang ingin disampaikan kepada orang tua yang sedang mendampingi anak special needs?
Yakin, InsyaAllah kita bisa, kita kuat. Ikhlas dengan takdir dan ketetapan Allah yang diberikan kepada umatNya, InsyaAllah ini yang terbaik menurut Allah.
Ada pesan dari dokter anak yang masih kami ingat sampai saat ini “Tidak apa-apa microcephaly, mungkin seperti komputer yang kapasitasnya kecil. Namun kalau isinya Allah semua, Alhamdulillah.”
Jadi saat ini, kami selalu kasih yang terbaik untuk Ammar. Biar Allah saja, Allah lagi, Allah terus. Semangat, ya, Parents, ikut komunitas juga, tidak perlu menutup diri, InsyaAllah ada jalan.
***
Parents, itulah kisah dari Maulidya Risdza Rindawan, seorang ibu hebat yang diberikan keistimewaan mendampingi anak yang istimewa pula. Semoga kisah inspiratifnya menjadi inspirasi untuk para orang tua yang sedang mendampingi anak special needs.
Baca juga:
7 Artis ini jadi korban Mom Shaming di Medsos, bagaimana reaksi mereka?
Pesan manis untuk semua ibu bekerja: "Kerja keras Anda tidaklah sia-sia…"
4 Hal Yang Perlu Dipelajari Wanita
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.