theAsianparent Indonesia Logo
theAsianparent Indonesia Logo
  • Ramadan 2021
  • Gizi & Stimulasi
  • Hidrasi Keluarga
  • Cek Alergi
  • Sukses ASI Eksklusif
  • Cari nama bayi
  • Kehamilan
    • Project Sidekicks
    • Tips Kehamilan
    • Trimester Pertama
    • Trimester Kedua
    • Trimester Ketiga
    • Melahirkan
    • Menyusui
    • Kehilangan bayi
  • Tumbuh Kembang
    • Bayi
    • Balita
    • Prasekolah
    • Usia Sekolah
    • Praremaja
  • Parenting
    • Keluarga
    • Pernikahan
    • Seks
    • Berita Terkini
  • Kesehatan
    • COVID-19
    • Info Sehat
    • Penyakit
    • Vaksinasi
    • Kebugaran
  • Gaya Hidup
    • Hiburan
    • Travel
    • Fashion
    • Kecantikan
    • Keuangan
    • Marvelous Asian Mums Special 2021
  • Nutrisi
    • Resep
    • Makanan & Minuman
  • Videos
    • Kata Pakar Parenting
    • Pilihan Parents
    • Plesiran Ramah Anak
    • Kisah Keluarga
    • Event
    • Kesehatan
    • Kehamilan
    • Tumbuh Kembang
  • Belanja

"Keadaan Membuat Kami Belajar Sabar," Kisah Ibu yang Anaknya Microcephaly dan Cerebral Palsy

Bacaan 7 menit
•••
"Keadaan Membuat Kami Belajar Sabar," Kisah Ibu yang Anaknya Microcephaly dan Cerebral Palsy"Keadaan Membuat Kami Belajar Sabar," Kisah Ibu yang Anaknya Microcephaly dan Cerebral Palsy

Mengaku kaget dan sempat stres lantaran anaknya didiagnosis mengidap Microcephaly dan Cerebral Palsy, inilah kisah inspiratif seorang ibu dalam mendampingi anak special needs.

Anak adalah anugerah terindah dan teristimewa yang Tuhan berikan kepada setiap pasangan yang sudah menikah. Begitu pun dengan amanah sebagai orangtua, menjalankan peran dan tanggung jawab yang luar biasa. Namun bagaimana jika Parents dianugerahi anak dengan special needs?

Seperti halnya pasangan suami istri yang berdomisili di Kota Samarinda, Maulidya Risdza Rindawan (32) dan Elza Rozeffian Alamsyah (34). Mereka orangtua hebat yang dianugerahi anak dengan kebutuhan spesial.

Cerita Maulidya Risdza Rindawan, Membersamai Anak Special Needs

anak special needs

Dalam rangka memperingati Hari Down Syndrome Dunia, kali ini tim theAsianparent Indonesia memiliki kesempatan untuk mewawancari Lidya, sapaan akrab dari ibu dua orang anak laki-laki ini.

Melalui Lidya, Parents akan mengetahui bagaimana ibu hebat tersebut dalam kesehariannya membersamai dua buah hati yang bernama Raziq Habibie Alamsyah (7,5) dan Ammar Hafizh Alamsyah (3). Di mana salah satu buah hatinya merupakan anak berkebutuhan khusus, yakni mengalami Microcephaly dan Cerebral Palsy.

Lantas, bagaimana Lidya membersamai dan bisa berdamai dengan keadaan tersebut? Yuk, Parents simak cerita dari Lidya dan sang suami.

Certain sedikit, dong, sekarang sedang sibuk apa saja, khususnya di masa pandemi ini?

Alhamdulillah, masa pandemi ini dirumah saja, malah semakin sibuk memikirkan segala sesuatu yang bisa dilakukan di rumah. Misal saja olahraga, hiburan anak, belajar anak. Kalau pun keluar rumah kami ke alam terbuka, dan berempat saja.

Kebetulan masih disibukkan dengan perpustakaan mandiri kami Ramah Baca dan juga bisnis rumahan Ramah Berbelanja serta program baru kami Ramah Lelang.

Saat ini bagaimana dengan Ramah Baca yang Mba dirikan, apakah masih berjalan?

Alhamdulillah sekarang sudah buka lagi dengan protokol kesehatan, ya. Semenjak awal pandemi memang kami tutup kurang lebih hampir setahun jadi ngangenin banget. Nah, sekarang ini sistemnya #sabtubersamabuku dilakukan secara online. Begitu pun program Ramah Baca lainnya dilakukan secara online, misal saja live via Instagram.

Program terbaru kami adalah para sahabat Ramah Baca bisa memimjam buku untuk dibaca di rumah masing-masing setiap satu minggu sekali. Jika Parents, ingin join ada grup telegramnya dan bisa kepoin juga Instagram-nya di @ramahbaca.

Artikel terkait: Perjalanan Namira Monda, Ibu Spesial yang Lahirkan dan Besarkan Anak

Boleh cerita, apa yang menginspirasi Mba Lidya mendirikan Ramah Baca?

Insiprasinya dari anak-anak itu sendiri. RaMaH Baca itu sebetulnya kepanjangan dari Raziq Ammar Alamsyah gemar baca, hehehe. Awalnya mau Rumah Baca cuma, kok, sering dengar, jadinya singkatin nama anak saja.

Memang sejak ada Ammar yang spesial ini, saya memutuskan di rumah saja sejak 2018. Lalu, saya berpikir, harus bikin sesuatu yang bermanfaat dari rumah. Kebetulan juga tempat tinggal kami, banyak anak-anak main di depan rumah setiap sore.

Anak pertama kami, Raziq memang suka membaca buku, kami pun harap Ammar demikian. Aamiin… Koleksi buku Raziq cukup banyak, nah, daripada ditaruh di rak buku begitu saja setiap kali habis dibaca. Akhirnya kami memutuskan carport depan rumah dijadikan perpustakaan mini Ramah Baca.

Boleh cerita juga tentang perjalanan Mba Maulidya Risdza Rindawan menjadi orangtua dengan anak special needs?

anak special needs

Sejak awal dianugerahi anak pertama, memang kami sebagai orangtua sudah diberikan keistimewaan. Anak pertama kami speech delay, jadi kami memang tahu dan mencari tahu tentang terapi.

Saya pribadi juga tertarik dengan tumbuh kembang anak. Saat anak kedua lahir, yakni Ammar, secara prematur, saya dan suami tentunya sebagai orangtua berupaya yang terbaik.

Namun, ternyata Allah berkehendak lain, kami masih harus banyak belajar lagi dan juga bersabar serta terus berusaha menjalankan peran sebagai orangtua terbaik. Ketika usia Ammar, sekitar 4 atau 5 bulan, kami merasakan tanda-tanda bahwa tumbuh kembangnya tidak sesuai dengan usianya saat itu.

Untuk itu, kami mulai ikhtiar dan mencari tahu dengan menjalankan screening lengkap kepada Ammar. Alhasil, anak kami didiagnosis microcephaly, cerebral palsy. Saat itu juga, kami berniat harus memantas diri karena diberikan Ammar yang sangat spesial.

Dikenal sebagai ibu pekerja ranah domestik yang sibuk berbisnis dan mendamping dua jagoan yang luar biasa, tantangan apa yang dihadapi selama mendampingi Ammar?

Tantangan yang dihadapi adalah sabar. Sebab memang tidak mudah, apalagi saat awal-awal, Ammar menuju gizi buruk serta harus menggunakan NGT. Itu, kan, biasanya sering lepas dan seminggu sekali harus ganti. Saat itu pula sudah enggak kehitung per hari Ammar muntah-muntah dan nangis-nangis.

Kami hanya bisa sabar. Suami pun sangat memaklumi keadaan. Ia tidak pernah protes dengan keadaan rumah. Kakak Raziq pun jadi mandiri. Keadaan tersebut membuat kami semua belajar sabar, karena terkadang kami enggak tega dan kasihan lihat Ammar cuma bisa nangis saat merasa tidak nyaman dan kesakitan.

Sedangkan untuk bisnis yang sekarang dijalankan, kebetulan memang passion saya. Allah juga yang kasih jalan. Saya bisa berbisnis dari rumah jadi bisa sambil mendampingi anak-anak.

Untuk posting produk dan balasin chat orderan itu, siang hari sambil menemani Ammar tidur siang. Atau pagi-pagi kadang juga malam sebelum dan sesudah urusan suami serta anak-anak selesai.

Bagaimana proses atau perjalanan Mba Lidya bersama suami berdamai dengan kondisi tersebut?

anak special needs

Awalnya tentu kami kaget dan shock, sempat juga menutup diri karena stres. Namun, Alhamdulillah, saat menjalani terapi dan pengobatan, kami dipertemukan dengan para dokter yang sangat menguatkan dan para terapi yang sangat sabar. Lambat laun, kami sudah menerima dan meyakini bahwa ini memang jalan hidup kami.

Walau dengan keadaan demikian, kami tetap mengucap syukur. Apalagi saat pergi ke rumah sakit, lihat anak lain dengan berbagai kondisi. Melalui kondisi Ammar ini kami pun mendapatkan pelajaran berharga mengenai rasa syukur atas apa yang jadi milik kami. Sampai pada akhirnya kami terbiasa.

Tapi kalau harus flash back, kami enggak nyangka bisa melaluinya hingga tahapan sekarang ini. Karena untuk pengobatan dan keseharian Ammar itu macam-macam.

Alhamdulillah, Allah mudahkan segalanya. Jadi kami hanya bisa ikhtiar, doa minta sama Allah agar Ammar bisa juga makan lahap, duduk sendiri, berjalan dan berkomunikasi. Aamiin…

Artikel terkaitaa: Mendirikan Rumah Ramah Rubella, Grace Melia: “Terharu Bisa Mendekatkan Hubungan Orangtua dan Anak”

Lalu, bagaimana dukungan suami, keluarga dan orang terdekat Mba Lidya, saat tahu kondisi Ammar yang merupakan anak special needs?

Saat awal tahu, panik pasti. Semua ikut bantu, sahabat juga pada telepon dan datang ke rumah, semua kasih support. Alhamdulillah kami dikelilingi teman dan keluarga yang sangat support.

Bahkan ada beberapa teman dan keluarga juga seorang dokter, jadi kami pun mendapatkan informasi yang luar biasa. Alhamdulillah.

Pernah enggak, mendapatkan stigma negatif dari masyarakat?

Kami enggak mau mikirin dan cari hal itu. Sebab akan memengaruhi pikiran dan perasaan kami. Memang, sih, saat Ammar masih menggunakan NGT, tiap di tempat umum dilihatin.

Tapi tidak sedikit juga rezeki menghampiri kami. Misal saja kami disambut baik dengan semua pegawai di toko, resto, hotel, dan tempat hiburan. Jadi semuanya ikutan happy.

Apa definisi ibu hebat di mata Maulidya Risdza Rindawan?

Maulidya Risdza Rindawan

Saat bisa berdamai dengan dirinya sendiri. Sebab saya pun masih belajar berdamai dengan diri saya sendiri, posisi dan keadaan saya. Tentunya juga, sosok yang selalu bersyukur dan bahagia. Sebab ibu bahagia, maka sekelilingnya pun ikut bahagia.

Adakah sosok yang menginspirasi Mba Lidya? Siapa dan mengapa?

Baginda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam. Sangat diingat, kisah Nabi Muhammad, saat dihina, dicaki, dan diperlakukan tidak baik. Namun beliau tetap sabar, ikhlas dan senantiasa bersyukur. Kisah-kisah Nabi itulah, yang sering kami kisahkan kepada anak-anak.

Kami mengajarkan bahwa harus selalu bersyukur di setiap keadaan, percaya dengan Qada dan Qadar Allah dan selalu berdoa, minta yang terbaik menurut Allah.

Artikel terkait: Sang Ibu Sempat Kewalahan Merawatnya, Inilah Suka Duka Keluarga Kembar Lima AIUEO

Pesan atau value apa yang ingin disampaikan kepada orangtua yang sedang mendampingi anak special needs?

Yakin, InsyaAllah kita bisa, kita kuat. Ikhlas dengan takdir dan ketetapan Allah yang diberikan kepada umatNya, InsyaAllah ini yang terbaik menurut Allah.

Ada pesan dari dokter anak yang masih kami ingat sampai saat ini “Tidak apa-apa microcephaly, mungkin seperti komputer yang kapasitasnya kecil. Namun kalau isinya Allah semua, Alhamdulillah.”

Jadi saat ini, kami selalu kasih yang terbaik untuk Ammar. Biar Allah saja, Allah lagi, Allah terus. Semangat, ya, Parents, ikut komunitas juga, tidak perlu menutup diri, InsyaAllah ada jalan.

***

Parents, itulah kisah dari Maulidya Risdza Rindawan, seorang ibu hebat yang diberikan keistimewaan mendampingi anak yang istimewa pula. Semoga kisah inspiratifnya menjadi inspirasi untuk para orangtua yang sedang mendampingi anak special needs.

Baca juga:

7 Artis ini jadi korban Mom Shaming di Medsos, bagaimana reaksi mereka?

Pesan manis untuk semua ibu bekerja: "Kerja keras Anda tidaklah sia-sia…"

4 Hal Yang Perlu Dipelajari Wanita

Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.

img

Penulis

Tias Septy Julian

  • Halaman Depan
  • /
  • Keluarga
  • /
  • "Keadaan Membuat Kami Belajar Sabar," Kisah Ibu yang Anaknya Microcephaly dan Cerebral Palsy
Bagikan:
•••
  • "Anak cacat kok dibawa ke tempat umum" Kisah ibu dengan anak cerebral palsy

    "Anak cacat kok dibawa ke tempat umum" Kisah ibu dengan anak cerebral palsy

  • Cerebral palsy pada anak sering telat diketahui, waspadai tanda-tanda berikut ini!

    Cerebral palsy pada anak sering telat diketahui, waspadai tanda-tanda berikut ini!

  • Inisiasi Menyusui Dini (IMD), Langkah Awal Suksesnya ASI Eksklusif
    Cerita mitra kami

    Inisiasi Menyusui Dini (IMD), Langkah Awal Suksesnya ASI Eksklusif

  • 20 Tahun Menikah, Bambang Pamungkas Digugat Seorang Perempuan Soal Nafkahi Anak

    20 Tahun Menikah, Bambang Pamungkas Digugat Seorang Perempuan Soal Nafkahi Anak

app info
get app banner
  • "Anak cacat kok dibawa ke tempat umum" Kisah ibu dengan anak cerebral palsy

    "Anak cacat kok dibawa ke tempat umum" Kisah ibu dengan anak cerebral palsy

  • Cerebral palsy pada anak sering telat diketahui, waspadai tanda-tanda berikut ini!

    Cerebral palsy pada anak sering telat diketahui, waspadai tanda-tanda berikut ini!

  • Inisiasi Menyusui Dini (IMD), Langkah Awal Suksesnya ASI Eksklusif
    Cerita mitra kami

    Inisiasi Menyusui Dini (IMD), Langkah Awal Suksesnya ASI Eksklusif

  • 20 Tahun Menikah, Bambang Pamungkas Digugat Seorang Perempuan Soal Nafkahi Anak

    20 Tahun Menikah, Bambang Pamungkas Digugat Seorang Perempuan Soal Nafkahi Anak

  • Kehamilan
    • Tips Kehamilan
    • Trimester Pertama
    • Trimester Kedua
    • Trimester Ketiga
    • Melahirkan
    • Menyusui
  • Tumbuh Kembang
    • Bayi
    • Balita
    • Prasekolah
    • Praremaja
    • Usia Sekolah
  • Parenting
    • Pernikahan
    • Berita Terkini
    • Seks
    • Keluarga
  • Kesehatan
    • Penyakit
    • Info Sehat
    • Vaksinasi
    • Kebugaran
  • Gaya Hidup
    • Keuangan
    • Travel
    • Fashion
    • Hiburan
    • Kecantikan
    • Sitemap
  • Lainnya
    • TAP Komuniti
    • Beriklan Dengan Kami
    • Hubungi Kami
    • Jadilah Kontributor Kami


  • Singapore
  • Thailand
  • Indonesia
  • Philippines
  • Malaysia
  • Sri Lanka
  • India
  • Vietnam
  • Australia
  • Japan
  • Nigeria
  • Kenya
Merek Mitra
Influencer Partner Brand LogoMama's Choice Partner Brand Logo
© Copyright theAsianparent 2021. All rights reserved
Tentang Kami|Tim Kami|Kebijakan Privasi|Syarat dan Ketentuan
Artikel
  • img
    Komuniti
  • img
    Ramadan 2021
  • img
    Gizi & Stimulasi
  • img
    Hidrasi Keluarga
  • img
    Cek Alergi
  • img
    Sukses ASI Eksklusif
  • img
    Cari nama bayi
  • img
    Kehamilan
  • img
    Tumbuh Kembang
  • img
    Parenting
  • img
    Kesehatan
  • img
    Gaya Hidup
  • img
    Nutrisi
  • img
    Videos
  • img
    Belanja
Fitur
  • ?Komunitas Para Bunda
  • Pemantau Kehamilan
  • Pemantau Perkembangan Bayi
  • Resep
  • Makanan
  • Jajak
  • img
    VIP Parents
  • Kontes
  • Photobooth

Unduh aplikasi kami

  • Beriklan Dengan Kami
  • Tentang Kami
  • Tim Kami
  • Pedoman Komunitas
  • Hubungi Kami
  • Syarat dan Ketentuan
  • Jadilah Kontributor Kami
  • Fitur
  • Artikel
  • ?Beranda
  • Jajak
Buka di aplikasi