Seorang wanita asal Florida, Sheila O’Leary, harus merasakan dinginnya diding sel tahanan setelah hakim membacakan putusan pada 25 Juli 2022 lalu.
Wanita ini dijatuhi hukuman penjara seumur hidup dan harus bertanggung jawab atas kematian sang anak yang mengalami dehidarasi dan malnutrisi akut akibat dipaksa diet vegan. Berikut informasi selengkapnya!
Paksa Sang Anak Diet Vegan
Sumber: Pexels
Sheila dinyatakan bersalah atas kematian anaknya sendiri yang masih berusia 18 bulan. Dokter yang mengautopsinya menyatakan bahwa bayi malang berinisial E tersebut meninggal akibat malnutrisi akut. Hal ini disebabkan karena E hanya diberi ASI dan makan tambahan berupa sayuran dan buah-buahan mentah sebagaimana yang biasa orangtuanya makan.
Saat meninggal, diketahui berat badan sang bayi hanya 7,7 kg padahal berat bedan anak seusia E normalnya sekitar 10,9 kg. Seminggu sebelum kematiannya, E disebut tak mau makan sama sekali dan mengalami kesulitan tidur.
Sesaat sebelum kematiannya, E diketahui tiba-tiba kesulitan bernafas saat sedang menyusu. Alih-alih dilarikan ke rumah sakit, orangtuanya justru tidur meninggalkannya. Baru saat menyadari anaknya tak bernyawa, Sheila dan suaminya menelpon 911. Namun semua sudah terlambat.
Menelentarkan Tiga Anak Lainnya
Bukan hanya anak bungsunya yang bernasib nahas. Ketiga anak mereka lainnya juga diketahui memiliki masalah kesehatan lain. Bayi E dan ketiga saudaranya dilahirkan di rumah dan tak pernah sekalipun dibawa ke dokter untuk diperiksa kesehatannya.
Dua anak lainnya yang masih berusia 3 tahun dan 5 tahun juga dilaporkan mengalami malnutrisi. Kulit mereka tampak kekuningan dan salah satunya mengalami kerusakan gigi hingga warnanya hitam.
Syukur anak pertama Sheila, hasil pernikahan sebelumnya, yang saat ini berusia 11 tahun memiliki kondisi fisik dan kesehatan yang jauh lebih baik. Polisi menduga karena si sulung mendapat makanan yang lebih bernutrisi saat berkunjung ke rumah ayahnya.
Siap Hadapi Hukuman Penjara
Sumber: Pexels
Sheila dan suami yang memang diketahui penganut diet vegan ketat harus membayar egonya dengan nyawa sang anak. Pengadilan menganggap ini sebagai tindakan penelataran dan pengabaian yang sembrono terhadap kehidupan manusia.
Jaksa menuduh Sheila gagal mencari perawatan medis untuk E walau menyadari anaknya sakit. Ia justru memilih untuk mengabaikan tangisannya
“Dia tidak membutuhkan timbangan untuk melihat tulangnya. Dia tidak membutuhkan timbangan untuk mendengar tangisannya.” tuntut Asisten Jaksa Negara, Sara Miller, dalam persidangan.
Jaksa sangat menyayangkan tindakan sang ibu yang membiarkan anak-anaknya kelaparan hingga yang termuda harus meregang nyawa. Atas perbuatannya Sheila dan suaminya yang masih menunggu tanggal pengadilannya harus bersiap menghabiskan sisa hidupnya dalam kurungan jeruji besi.
Artikel Terkait: Bayi Vegetarian Menderita Malnutrisi Ekstrim Kini Dipisahkan Dari Orangtuanya
Apa Itu Diet Vegan?
Meski mirip, diet vegan berbeda dengan diet vegetarian. Diet vegetarian tidak mengonsumsi produk hewani namun masih mengonsumsi produk turunannya, seperti telur, keju, dan lain sebagainya. Sementara diet vegan menghindari semua produk hewani termasuk produk turunannya.
Itu sebabnya diet vegan disebut-sebut sebagai bentuk vegetarianisme yang paling keras.
Vegan Society mendefinisikan veganisme sebagai cara hidup yang berupaya untuk menjauhi segala bentuk eksploitasi dan kekejaman terhadap hewan, termasuk untuk dikonsumsi.
Banyak penelitian yang mengklaim bahwa diet vegan terbilang sehat untuk orang dewasa, namun tidak untuk anak-anak.
Menurut studi, anak yang mengikuti diet vegan rata-rata miliki tinggi 3 cm lebih pendek dan 3x lebih berpotensi kekurangan vitamin B, vitamin D, dan kalsium dibanding anak-anak non-vegan.
Artikel Terkait: Serupa Tapi Tak Sama, Ini Perbedaan Antara Vegan dan Vegetarian
Bahaya Diet Vegan untuk Anak
Sumber: Pexels
Bayi berusia 6 bulan ke atas membutuhkan Makanan Pendamping ASI (MPASI) selain ASI. MPASI diperlukan karena zat gizi yang terkandung dalam ASI sudah tidak cukup lagi memenuhi nutrisi yang dibutuhkannya. Dan salah satu kriteria MPASI yang baik adalah adekuat alias harus bisa mencukupi kebutuhan gizi yang diperlukan. Termasuk di dalamnya ada protein hewani dan lemak.
Yang perlu Parents pahami, kebutuhan nutrisi pada anak sangat berbeda dengan orang dewasa. Kalau orang dewasa mungkin harus menjaga diet karena alasan usia, berat badan, dan lainnya. Anak-anak butuh asupan gizi yang cukup dan lengkap untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangannya.
Itu sebabnya menerapkan diet vegan pada anak bukan hal yang tepat terlebih jika tidak dikonsultasikan terlebih dahulu dengan ahliny. Berikut ini adalah beberapa bahaya menerapkan diet vegan untuk anak-anak.
1. Nutrisi Anak Tidak Terpenuhi
Penganut diet vegan pantang makan produk hewani dan juga turunannya. Padahal bagi anak, lemak dan protein hewani sangat dibutuhkan. Bahkan lebih diutamakan ketimbang yang berasal dari bahan pangan nabati.
Dilansir dari laman Healthline, penerapan diet vegan untuk anak kecil atau bayi disebut lebih rumit dan berisiko tinggi sebab pola makan vegan tidak menggunakan produk hewani apapun, termasuk telur atau susu.
Padahal sejatinya manusia berada dalam animal kingdom sehingga penyerapan protein hewani 20 kali lipat lebih cepat daripada protein nabati. Protein hewani mudah diserap oleh sel-sel tubuh beberapa saat setelah dikonsumsi sementara protein hewani butuh beberapa hari untuk diserap.
2. Terlalu Banyak Serat Ganggu Tumbuh Kembang Anak
Orang dewasa memang dianjurkan untuk mengonsumsi banyak asupan serat untuk alasan kesehatan dan berat badan tetep ideal. Namun, lain halnya dengan anak-anak. Asupan serat pada anak perlu dibatasi.
Pasalnya serat membuat anak lebih cepat kenyang, sementara asupan lain yang lebih dibutuhkan belum sempat dimakan. Begitu pula dengan konsumsi sayuran dan buah-buahan yang kaya serat.
Serat boleh diperkenalkan asal tidak diberikan berlebihan.
3. Bisa Timbulkan Gangguan Pencernaan
Sumber: Pexels
Menurut Healthline, diet vegan mengandung serat terlalu banyak jika diberikan pada anak. Perlu diingat, saluran pencernaan anak kecil, apalagi yang masih bayi, belum sebesar dan sesempurna saluran pencernaan milik orang dewasa.
Kandungan serat yang terlalu tinggi beresiko menyebabkan bayi sering buang gas, rewel, bahkan diare.
Lebih dari itu, terlalu banyak serat juga menyebabkan penyerapan nutrisi penting jadi terganggu. Itu sebabnya pemberian makanan tinggi serat justru bersifat kontraproduktif pada tumbuh kembang anak. Zat besi yang terkandung dalam sayuran hijau misalnya, bisa menghalangi penyerapan kalsium yang dibutuhkan anak.
4. Diet Vegan pada Anak Bisa Sebabkan Defisiensi dan Stunting
Dalam sebuah konferensi bertajuk European Society for Paediatric Gastroenterology Hepatology and Nutrition (ESPGHAN), seorang ahli nutrisi bernama Prof. Mary Fewtrell dari University College London mewanti-wanti bahaya diet vegan pada anak.
Menurutnya, diet vegan identik dengan ketiadaan sejumlah nutrisi penting seperti vitamin B12, kalsium, seng, dan protein. Padahal kekurangan vitamin B12 sangat berbahaya bagi perkembangan otak, sistem saraf, dan darah anak.
Kurangnya asupan protein juga bisa memicu stunting. Sebaliknya kebanyakan serat membuat anak cepat kenyang sebelum mendapatkan seluruh nutrisi yang dibutuhkan sehingga bisa mengarah ke defisiensi gizi.
Baca Juga:
10 Jenis Susu Vegan sebagai Pilihan Alternatif Pengganti Susu Sapi
Amankah Diet Vegan saat Hamil? Inilah 12 Jenis Makanan yang Diperbolehkan dan Harus Dihindari
9 Rekomendasi Makanan Vegan untuk Ibu Hamil, Bunda Mau Coba?
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.