Setiap orang memiliki emosi, tetapi tidak semua orang bisa mengungkapkan emosinya. Dalam psikologi, ini dikenal dengan istilah alexithymia, yaitu kondisi mental seseorang yang sulit memahami dan mengekspresikan emosinya.
Istilah ini diperkenalkan awal tahun 1972 oleh seorang profesor dan ahli kejiwaan dari Harvard Medical School, meminjam istilah dari bahasa Yunani yang secara harfiah berarti “tidak ada kata-kata untuk emosi”.
Orang dengan alexithymia digambarkan sebagai individu yang tidak memiliki emosi sekuat orang pada umumnya.
Misal, mereka mungkin tidak merasakan bahagia maupun gembira ketika diberi hadiah atau mendengar kabar baik. Ia bisa jadi akan bingung untuk menjawab ketika ditanya, “Bagaimana perasaanmu?” Mereka juga sulit merasakan dan memberikan empati kepada sesama.
Diperkirakan, satu dari sepuluh orang mengalami alexithymia. Namun, perlu dicatat bahwa ini adalah kondisi kejiwaan, bukanlah gangguan mental maupun penyakit.
Alasannya, karena bersifat subklinis yang berarti tidak dapat dijelaskan gejalanya, sebagaimana penyakit pada umumnya, seperti flu, batuk, kanker, dan lainnya.
Meski demikian, alexithymia diakui keberadaannya sebagai fenomena psikologis. Jika Anda atau kerabat merasa mengalaminya, ahli kejiwaan dapat membantu menangani.
Berikut ini kita akan membahas lebih jauh tentang alexythimia, seperti dirangkum dari berbagai sumber.
Artikel terkait: 5 Gejala Gangguan Mental Pada Anak-anak, Bunda Wajib Tahu!
Alexythimia: Penyebab, Ciri-ciri, dan Cara Penanganan
Sebenarnya, belum diketahui dengan pasti apakah penyebab alexithymia, tetapi para ahli memperkirakan ada kaitan dengan faktor genetik, serta kemungkinan kerusakan pada otak di bagian insula.
Bagian otak ini bertanggung jawab terhadap perilaku dan keterampilan sosial, seperti empati, serta emosi seseorang.
Selain genetik, beberapa faktor ini juga diperkirakan memiliki kaitan dengan alexithymia:
Mengutip dari Healthline, beberapa penelitian menunjukkan bahwa hingga setengah dari orang dengan autisme juga mengalami alexithymia.
Dengan kata lain, alexithymia yang menyebabkan kurangnya empati, bukan autisme itu sendiri.
Penelitian menunjukkan bahwa antara 32 dan 51 persen orang dengan gangguan depresi juga memiliki alexithymia.
Artikel terkait: 10 Jenis Depresi, Amati dan Kenali Berbagai Gejalanya
Orang-orang yang mengalami trauma, terutama di masa kanak-kanak, tercatat memiliki alexithymia.
Trauma dan penelantaran di masa kecil dapat menyebabkan perubahan pada otak, yang dapat membuat sulit untuk merasakan dan mengidentifikasi emosi di kemudian hari.
Penelitian juga menunjukkan beberapa kondisi yang terkait dengan kondisi ini. Di antaranya:
– Penyakit Alzheimer
– Distonia
– Epilepsi
– Penyakit Huntington
– Sklerosis ganda
– Penyakit Parkinson,
– Pernah mengalami pukulan keras
– Cedera otak traumatis
Ciri-ciri Alexithymia
Karena kondisi kejiwaan ini bersifat internal, ciri-cirinya mungkin sulit dideteksi orang lain. Namun, perilaku seperti apatis dan tidak mudah berempati, biasanya yang mudah dikaitkan dengan kondisi tersebut.
Sebaliknya, secara personal, orang-orang dengan kondisi ini mungkin mengalami beberapa hal-hal berikut:
- Bingung atau sulit memahami perasaan dan emosinya sendiri
- Susah memahami ekspresi wajah orang lain
- Kurang bisa mengungkapkan dan menjelaskan emosinya ke orang lain
- Sulit menanggapi emosi orang lain
- Sulit menafsirkan gestur tubuh orang lain
- Mempunyai gaya berpikir yang logis, kaku, serta tidak memperhitungkan emosi
- Apabila mengalami stres, dia kesulitan untuk menangani (keterampilan coping stres yang rendah)
- Kurang mampu memerhatikan kepentingan atau kebutuhan orang lain
- Sulit bercanda
- Frustrasi dan sulit merasa puas pada banyak hal di hidupnya
Sebagai contoh gambaran kondisi, misalnya, Anda merasa jantung berdegup dengan kencang, tapi Anda sulit mengidentifikasikan itu sebagai kegembiraan atau ketakutan. Namun, Anda tahu, ada respons fisiologis yang Anda alami.
Artikel terkait: Jangan abaikan! Gangguan psikis ini bisa dipicu rasa stres
Hingga saat ini, belum ada penanganan khusus untuk alexithymia. Sebagai gantinya, ahli kejiwaan kemungkinan akan mengajukan pertanyaan dan memberikan diagnosis berdasarkan jawaban. Anda mungkin juga diminta untuk mengisi kuesioner yang perlu diisi sendiri.
Selain itu, tes MRI yang dilakukan oleh ahli saraf juga dapat dilakukan, untuk memberikan gambaran kondisi insula otak.
Apabila Anda didiagnosis mengalami alexithymia, penanganan yang diberikan ahli kejiwaan kemungkinan tergantung pada kebutuhan kesehatan secara keseluruhan.
Di samping itu, pilihan terapi berikut ini juga kemungkinan akan membantu kondisi individu dengan alexithymia:
- Terapi perilaku kognitif (CBT)
- Terapi berkelompok
- Psikoterapi atau yang juga dikenal sebagai terapi melalui bicara.
Demikian penjelasan mengenai kondisi alexithymia. Apakah Parents pernah merasakan gejala atau mengenal seseorang yang sepertinya memiliki alexithymia?
***
Baca juga:
Thalasemia Minor: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobatinya
Bisa Dialami Siapa Saja, Kenali Gejala dan Penyebab Gangguan Depresi Mayor
Overthinking adalah Terlalu Banyak Berpikir, Ini Tanda-Tanda dan Cara Mengatasinya!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.