Selain mual dan muntah, alergi kulit saat hamil menjadi masalah yang kerap mendera. Kendati terdengar sederhana, kondisi ini tentu memicu rasa tak nyaman dan mengganggu aktivitas keseharian.
Alergi kulit terjadi karena berbagai hal, salah satunya disebabkan adanya perubahan kadar hormon, peningkatan aliran darah, dan imunitas tubuh. Tak jarang, kulit akan memerah dan terasa gatal, selanjutnya dapat menyebar luas ke area tubuh lainnya. Lantas, apa saja macam-macam alergi kulit yang wajib diketahui?
7 Jenis Alergi Kulit Saat Hamil
1. Prurigo
Faktanya, sekitar 1 dari 300 orang mengalami prurigo saat hamil yang merupakan salah satu jenis alergi kulit yang mendera selama kehamilan. Prurigo merupakan kondisi adanya benjolan atau bintil kecil yang mengenai area kulit lengan, kaki, bahkan perut. Benjolan ini biasanya terasa gatal sehingga dapat mengganggu kenyamanan.
Perlu diketahui bahwa prurigo dapat terjadi kapan saja mulai dari trimester pertama hingga beberapa bulan setelah melahirkan. Penelitian mengungkap bahwa kondisi ini disebabkan kulit yang kering dan perubahan fungsi imunitas tubuh selama fase kehamilan sehingga memicu timbulnya alergi. Kendati hilang, beberapa orang mungkin akan mengalami situasi ini pada kehamilan berikutnya.
Biasanya, dokter akan menganjurkan steroid topikal dan antihistamin oral sebagai perawatan mutakhir. Jika memang terasa mengganggu, jangan sungkan berkonsultasi ke dokter.
2. Pruritic Urticarial Papules and Plaques of Pregnancy (PUPPP)
PUPPP atau papula urtikaria pruritus dan plak kehamilan (PUPPP) merupakan kondisi kulit di mana muncul ruam yang memicu rasa gatal. Bercak merah akan timbul dan berkembang saat usia kehamilan Bunda memasuki trimester ketiga, namun ada juga yang mengalaminya sejak awal kehamilan. Melansir laman resmi American Family Physician, sekitar 1 dari 300 orang menderita kondisi ini saat tengah hamil.
Bercak awal akan timbul di perut. Namun, tak menutup kemungkinan akan menyebar ke area lengan, dada, kaki, bahkan bokong. Penyebabnya antara lain:
- Tubuh terlalu kurus saat hamil
- Kondisi kulit sangat kering
- Kulit kurang terhidrasi dengan baik
Perawatan dengan menggunakan kortikosteroid topikal, antihistamin oral, dan prednison oral bisa digunakan untuk meredakan ruam PUPPP yang mendera Anda saat hamil. Umumnya, kondisi ini cenderung lebih sering terjadi pada kehamilan pertama kali dan kehamilan kembar. Jangan khawatir karena kondisi ini akan hilang setelah melahirkan dan tidak berpengaruh signifikan terhadap kondisi janin.
3. Herpes Gestationis, alergi kulit saat hamil yang langka
Herpes gestationis disebut juga sebagai pemphigoid gestationis. Kondisi ini bisa terjadi pada ibu hamil dan termasuk penyakit autoimun yang cukup langka. Menyerang 1 dari 50.000 orang, alergi kulit jenis ini muncul pada trimester kedua atau ketiga dan bisa datang lagi pada kehamilan berikutnya.
Secara umum, alergi satu ini muncul secara tiba-tiba pada area perut. Namun, perlu digarisbawahi bahwa ini dapat menyebar ke area tubuh lain dalam waktu singkat. Benjolan yang muncul bahkan bisa melepuh dan selanjutnya menjadi plak yang besar di bagian kulit.
Jika Bunda mendapati kondisi ini pada kehamilan, bicaralah dengan dokter mengenai langkah terbaik karena kondisi ini dapat memengaruhi berat bayi lahir rendah bahkan persalinan prematur. Dokter biasanya meresepkan kortikosteroid topikal atau oral untuk mengobati herpes gestationis. Penyakit ini juga bisa hilang dengan sendirinya pasca melahirkan.
4. Folikulitis Pruritus
Folikulitis pruritus atau pruritic folliculitis merupakan permasalahan kulit ibu hamil yang mana terjadi peradangan folikel sehingga menimbulkan reaksi berupa ruam dan gatal.
Penyakit alergi jenis ini bermula sebagai lesi atau menyerupai jerawat yang mengandung nanah dan dapat menyebar ke area tubuh lainnya. Bintik berwarna kemerahan timbul pada perut, lengan, dada, dan punggung. Muncul pada trimester kedua dan ketiga kehamilan, ruam ini akan semakin melebar jika terus digaruk.
Sayangnya, penyebab pasti Folikulitis pruritus tidak diketahui dan umumnya sembuh setelah melahirkan dan tidak berpengaruh apa-apa pada janin. Namun, lakukanlah perawatan agar masa kehamilan berjalan lebih nyaman. Perawatan yang dilakukan mencakup terapi cahaya ultraviolet B, kortikosteroid topikal, atau benzoil peroksida.
5. Psoriasis pustular
Psoriasis pustular termasuk salah satu jenis peradangan kulit yang ditandai dengan kemunculan bintil pustula. Kondisi ini bisa terjadi saat masa kehamilan, khususnya saat menjelang akhir trimester kedua. Ruam dapat timbul di area tubuh mana saja dan menimbulkan kulit merah menebal, meradang, dan sisik putih keperakan.
Gejala lain yang mungkin ditimbulkan termasuk mual, muntah, diare, demam, dan masalah kelenjar getah bening. Psoriasis pustular bahkan dikaitkan dengan adanya penyakit lain seperti diabetes, kardiovaskular, dan depresi pada ibu hamil. Infeksi kulit, cedera pada kulit seperti luka bakar atau tergores, dan konsumsi obat-obatan tertentu juga turut menjadi pemicu.
Perawatan untuk psoriasis selama kehamilan akan bergantung pada seberapa parah kasus yang dialami. Salah satunya yakni dengan obat topikal (losion atau krim yang dioleskan ke kulit), pelembap, atau kortikosteroid topikal dosis rendah.
6. Alergi kulit saat hamil yang berbahaya: Intrahepatic Cholestasis of Pregnancy (ICP)
ICP atau kolestasis intrahepatik kehamilan termasuk salah satu masalah kesehatan yang terjadi pada ibu hamil. Biasanya masalah ini terjadi ketika sudah masuk trimester akhir. Kondisi ini disebabkan cairan empedu merusak fungsi hati akibat hormon.
Rasa gatal yang cukup hebat akan timbul dan selanjutnya menimbulkan ruam. Bermula dari telapak tangan, gatal akan menyebar ke telapak kaki lalu pelan-pelan menyebar ke anggota tubuh yang lain. Gejala lain yang mungkin muncul yaitu kulit dan mata menguning, serta sulit tidur akibat gatal.
Kendati biasanya akan sembuh setelah melahirkan, Bunda sebaiknya tidak menganggap remeh penyakit satu ini. Pasalnya, ICP dapat menyebabkan masalah bagi janin seperti risiko kelahiran prematur, bayi lahir mati, atau masalah paru-paru. Beberapa bayi yang lahir dengan perempuan yang menderita ICP juga berisiko memiliki detak jantung lambat dan kekurangan oksigen selama persalinan.
Konsultasikan kepada dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut untuk memantau bayi dalam kandungan, seperti non stress tes dan profil biofisik, bahkan dokter mungkin akan menyarankan untuk induksi dini pada kasus tertentu.
7. Hives
Hives atau biduran menjadi alergi kulit saat hamil terakhir yang patut Anda ketahui. Termasuk dalam kelompok bintik merah atau bercak, benjolan ini muncul secara tiba-tiba pada permukaan kulit yang mana rasanya gatal. Pada beberapa kasus, Bunda sangat mungkin merasakan sensasi terbakar atau menyengat pada kulit.
Gatal ini muncul tiba-tiba dan menghilang dalam kurun waktu beberapa hari hingga enam minggu. Biduran ini disebabkan oleh histamin dalam tubuh sebagai respons terhadap hal-hal seperti stres emosional, perubahan hormon, atau infeksi. Alergen tertentu turut menjadi pemicu seperti makanan, gigitan serangga, serbuk sari, atau pemicu alergi lainnya.
Terkadang biduran bisa menimbulkan reaksi anafilaksis seperti kesulitan bernafas, dimana memerlukan segera pemberian antihistamin, kortikosteroid maupun anti inflamasi.
Bumil, segera kunjungi rumah sakit terdekat apabila mengalami alergi kulit saat hamil di atas!
Artikel telah ditinjau oleh:
dr.Gita PermataSari, MD
Dokter Umum dan Konsultan Laktasi
Baca juga :
8 Penyebab Rasa ASI Berubah dan Cara Mengatasinya, Busui Wajib Tahu
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.