Kekayaan budaya di Indonesia meliputi dunia seni musik. Berbeda daerah, berbeda pula alat musik tradisionalnya. Salah satu alat musik tradisional yang menarik adalah alat musik Tifa yang berasal dari daerah Papua. Pernahkah Parents melihat alat musik Tifa?
Mengenal Alat Musik Tifa
Menurut situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Tifa adalah alat musik pukul yang bentuknya seperti gendang dan tengahnya berlubang. Alat musik ini dianggap sakral dan kerap digunakan dalam berbagai upacara adat atau tarian tradisional.
Terdapat beragam ukuran Tifa yang berbeda-beda, mulai dari yang mungil dengan tinggi sekitar 60 sentimeter hingga yang tinggi menjulang lebih dari 1 meter. Semakin kecil ukuran Tifa, maka semakin tinggi suaranya. Namun semakin besar ukurannya, suara yang dihasilkan akan semakin rendah.
Sumber: Jubi
Artikel Terkait: 10 Alat Musik Khas Bali, Warisan Budaya Pulau Dewata
Alat musik Tifa sendiri dibagi menjadi empat berdasarkan warna suaranya. Jenis-jenis Tifa yaitu Jekir, Potong, Dasar, dan Bas. Saat dimainkan masing-masing akan menghasilkan suara berbeda namun tetap berirama harmonis.
Selain di Papua, masyarakat Maluku juga memiliki alat musik khas yang bernama Tifa. Namun Tifa Maluku dan Tifa Papua bentuknya berbeda.
Tifa Papua memiliki pegangan di bagian sampingnya dan lebih ramping, sementara Tifa Maluku bentuknya tabung biasa tanpa pegangan. Di Maluku, Tifa juga disebut dengan nama Tihal atau Tahito.
Sejarah Alat Musik Tifa yang Berasal dari Papua
Sumber; Orami
Cerita asal usul alat musik Tifa dibawakan secara turun temurun. Cerita tersebut bermula dari dua bersaudara bernama Fraimun dan Sarenbeyar yang tinggal di Biak.
Konon arti nama Fraimun adalah perangkat perang yang gagangnya dapat membunuh sementara Saren artinya busur dan Beyar adalah anak panak yang terpasang pada busur tersebut.
Kedua kakak beradik ini dikisahkan pergi dari desanya, desa Maryendi, karena desa tersebut sudah tenggelam. Alhasil keduanya memutuskan untuk tinggal di daerah Wampember, Biak Utara, setelah berpetualang melalui hutan belantara.
Ketika Fraimun dan Sarenbeyar sedang berburu di malam hari, mereka menemukan sebuah pohon bernama pohon Opsur. Opsur artinya kayu yang mengeluarkan suara di tengah hutan. Fraimun dan Sarenbeyar pun pulang dan kembali lagi mendatangi pohon tersebut di pagi hari.
Setelah ditelisik, pohon Opsur tersebut ditinggali bermacam-macam binatang seperti lebah madu, soa-soa, biawak, dan lain sebagainya. Keduanya pun menebang pohon tersebut dan mengeruk bagian tengahnya dengan menggunakan nibong, sebuah besi panjang yang tajam.
Kayu dari pohon Opsur tersebut pun menjadi berbentuk menyerupai pipa. Salah satu ujungnya mereka tutup dengan menggunakan kulit dari binatang soa-soa. Jadilah alat musik Tifa dan bentuknya terus berkembang hingga saat ini.
Pada masyarakat asli Papua, orang yang hendak memainkan Tifa harus mendapatkan izin terlebih dahulu dari kepala sukuk arena dianggap sakral.
Artikel Terkait: 12 Jenis Alat Musik Khas Maluku, Sejarah dan Cara Memainkannya
Proses Pembuatan Tifa
Sumber: Indonesia Kaya
Melansir dari Katadata, proses pembuatan alat musik Tifa memerlukan waktu yang tidak sebentar, yakni maksimal 1 minggu. Proses tersebut mulai dari penebangan pohon, pelubangan, pemangkasan, pengukitan, dan pemasangan kulit hewan.
Untuk membuat Tifa, pohon akan ditebang kemudian kayunya dilubangi dengan perkakas seperti kapak, parang, linggis, dan pahat. Kayu yang digunakan adalah kayu lokal khas Papua yaitu kayu Susu yang hanya dapat ditemukan di hutan belantara.
Kemudian tabungnya akan diwarnai dengan pewarna alam. Bagi orang Papua, warna-warna dasar adalah putih, merah, dan hitam. Mereka mewarnai Tifa dengan warna merah yang terbuat dari tanah liat dan biji-bijian, kemudian warna putih dari kapu, dan warna hitam dari biji-bijian dan arang.
Namun seiring berkembangnya zaman, Tifa diwarnai dengan menggunakan cat yang lebih modern.
Terdapat ukuran-ukiran dalam badan tabung Tifa yang menggambarkan interpretasi kehidupan masa lalu nenek moyang manusia. Motif-motif Tifa antara lain motif telur burung maleo, sirip ikan, makota kepala, dan buah-buah hutan yang umumnya ditemukan pada Tifa buatan orang Kamoro.
Sementara itu masyarakat Biak lebih cenderung mengukir motif manusia atau perahu. Kemudian, suku Serui dan Marind menyukai motif lingkaran-lingkaran yang melambangkan kehidupan.
Masyarakat Papua umumnya menggunakan kulit biawak, soa soa, atau kulit rusa. Kulit binatang ini direkatkan pada kayu menggunakan darah dan kapur atau getah pohon mangrove.
Artikel Terkait: Indahnya Alat Musik Gambus Khas Riau, Akulturasi Budaya Indonesia dan Timur Tengah
Cara Memainkan Alat Musik Tifa dari Papua
Sumber: Blogpacker Indo
Untuk memainkan Tifa, Parents cukup memegangnyanay menggunakan tangan kiri sementara tangan kanan memukul membrannya menggunakan empat jari tangan kanan. Namun ada pula permainan Tifa dengan menggunakan lima jari, dan tergantung pada kualitas suara Tifa.
Biasanya semakin kering kulit hewan yang digunakan sebagai membran Tifa, maka semakin bagus pula suaranya. Alat musik ini juga biasanya dimainkan bersama-sama dengan alat musik lainnya atau yang disebut musik pengiring.
***
Itulah beberapa hal menarik tentang alat musik Tifa yang berasal dari Papua untuk Parents ketahui. Yuk, lestarikan budaya asli Indonesia dengan mengenalkannya pada anak cucu kita.
Baca Juga:
10 Jenis Alat Musik Tradisional Suku Dayak Kalimantan, Unik dan Merdu!
Mengenal Alat Musik Tradisional Gambang, Instrumen Utama Kesenian Gambang Kromong Khas Betawi
16 Alat Musik Tradisional Indonesia yang Mendunia, Ada Rebab dan Kecapi
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.